Rabu, 27 Februari 2013

hadiah ^_^

Anggaplah ini hadiah

Mungkin yang kau tunggu dan mungkin juga tidak. Tapi, meskipun tidak kau harap, semoga harapan baik tentangmu dan tentang kita dapat terasa di lembar-lembar jiwamu kelak.


Empat tahun aku mengenalmu, salah! Lebih tepatnya merasa mengenalmu. Tapi ternyata belum


Saat itu aku menjadi pendidik non formalmu. Aku anggap kamu sama seperti yang lain. Anak-anak berseragam putih abu-abu yang masih labil dan kelabu. Kupikir begitu...


Perhatianmu terhadap bidang pelajaran yang kuajarkan terasa, bahkan kupikir berlebihan. Kupikir tanyamu saat sesi mengajar berakhir hanya sebatas pertanyaan yang ingin kau dapatkan lebih dari sekadar pengetahuan. Salah... sebenarnya kau tahu, hanya saja sedang mengetesku. Aku maklum, baru menginjak semster 2 bangku kuliahan sudah berasa lebih pintar dengan mengajarkan kamu dan kalian yang akan bersedia menanggalkan seragam kebanggaan.


Kamu, jauh lebih pintar dari yang aku  bayangkan, pikiranmu panjang, kritis, cocok menyandang gelar anak kuliahan.

Tidak seperti aku, meski sudah kuliah tapi masih saja kekanak-kanakan. Bahkan masih sering menangis, jika jadi bahan olokan  di kelas, oleh temanmu yang usil atau memang suka menyindir.


Lambat laun semua berlalu. Setelah itu kita tidak bertemu sampai ujianmu berlalu. Tahu-tahu di hari pengumuman penerimaan mahasiswa baru, kamu mengirim sebuah pesan untukku. Tanpa sebutan "kak" yang seperti biasa kau sapa. Aneh, seperti bukan kamu, muridku dahulu. Kita satu kampus, tapi jarang bertemu karena memang kita beda penjurusan ilmu. Aku di sastra kamu di hukum. Baru kusadar ternyata kamu sengajak membuat pertemuan yang seolah kebetulan.


Kamu bilang suka, sejak jumpa pertama. Aku hanya tertawa, kuanggap itu hanya pernyataan suka sewajarnya. Murid pada gurunya.


Namun, lambat laun aku mulai sadar. Rasa sukamu seperti kesukaan pada lawan jenis yang wajar. Ternyata kamu suka aku beneran.


Aku nggak pacaran, jelas kubilang. Lalu tanyamu menantang. Lalu mau apa?

Kujawab tak kalah lantang, jika memang kau cinta, jangan cuma asal kau ucapkan. Ada satu ikatan suci yang bisa kau lalui untuk mendapatkan aku. Pernikahan. Jawabku asal dengan pertimbangan pengetahuan.

Kamu mengangguk, seolah mengerti lalu begitu saja pergi.


Saat aku wisuda akhirnya aku bertemu kamu lagi. Tapi kamu agak berbeda, jauh dari awal sikap dan rupa. Kamu banyak menunduk tapi aku senang mendapat ucapan dan seikat bunga ucapan selamat, jujur membuat hati sedikit teraduk. Lalu kamu pergi dan tak kutemui hingga dua minggu yang lalu.


Kamu datang masih dengan wajah tertunduk. Setahun setelah wisuda kita tak jumpa. Ternyata kini kau datang membawa undangan wisudamu. Cepat sekali semua berlalu, dan entah kenapa sepertinya aku punya rasa yang tidak bisa kujabar ataupun kuucapkan.


Aku, minta maaf tidak bisa datang di wisudamu. Lalu kamu tersenyum tanpa dengar penjelasanku. Padahal, aku bukan tidak mau, hanya saja waktu wisudamu berbarengan dengan tugas kantor untuk mengontrol.


Kupikir kamu marah, ternyata tidak. Sehari setelah itu kamu menunggu, lebih tepatnya memaksaku agar bersedia kau tunggu. Selepas itu, semua berlalu, ternyata rasa yang kuanggap semu semakin tebal di kalbu.


Kamu nyatakan keseriusan. Aku hanya bisa senyum, keheranan. Antara yakin dan hanya lelucon. Ternyata yang kau utarakan kau buktikan.


Tiga hari yang lalu, kamu datang ke rumahku, memintaku pada abi dan umiku.


Pernyataanmu tak main-main dan aku menemukan kamu yang lain.


Tunggu aku, muridku. Biarkan aku berpikir agar ini semua berakhir. Muridku, jika memang kamu merasa akulah orangnya maka bersiaplah :)


Hayalan sebelum lelap.

Untuk JOSH


Published with Blogger-droid v2.0.4

Selasa, 26 Februari 2013

Masak masak masak

kisah ini bermula saat aku di depok. begitu sampai rumah, aku langsung cari makan. Om yang melihat bergegas menyimak, kebiasaan. Sepertinya tahu bahwa aku kelaparan.


Maklum anak kosan, biasa makan mie terus-terusan. Saat di depok selalu bilang, perbaikan gizi selama beberapa hari. Tapi toh lama-lama bosan makan mie. Sampai akhirnya om bilang, kamu kan bisa masak. kenapa nggak masak aja sih.


perkataan om bikin kepikiran beberapa hari ke depan, sampai akhirnya sore ini. Aku sudah belanja beberap sayuran. Tak ketinggalan bawang merah dan bawang putih yang selalu hadir saat olah mengolah masakan


selepas tiga rakaat, bergegas menjadi juru masak. berhadapan kembali dengan wajan, pisau, dan beberapa perlengkapan yang jarang kusentuh.


Tidak sampai 30 menit. tumis kacang panjang plus telor plus irisan rawit merah tersedia dalam sebuah tatapan. wanginya menggoda membuat terlena.


tambahan lauk, tempe iris tipis-tipis di balur tepung racikan di cemplungkan ke dalam wajan. kering, menguning, renyah terasa di lidah.


pelangkap, nasi putih hangat dan segelas air putih membuat terperangkap. tak bisa melirik yang lain karena masakan ini terlalu menarik.


bismillahirahmanirahim...

Terima kasih Allah yang memberi nikmat makan dan minum senikmat ini :)


Aku pensiun makan mie karena menikmati keisengan masak yang memikat lidah dan hati.


Alhamdulillah :)


Published with Blogger-droid v2.0.4

Senin, 25 Februari 2013

spesial tidak pakai telor

Ini bukan sembarang masakan. Hanya ada satu yang kusiapkan dan kubuatkan spesial untukmu. Bahan-bahannya tak ada duanya. Semuanya spesial untukmu seorang.

Ini terbuat dari bawang doa, bawang pelita dan sedikit garam harap tak lupa pemanis cinta.

Memasaknya pun tak perlu repot. Aku tinggal memejamkan kedua mata setelah kutunaikan kewajibanku pada Sang Maha Segala yang sejatinya nanti akan memberikanmu segala sesuatu yang spesial juga.

Aku membuat ini  tidak setiap hari, tidak setiap bulan, dan tidak juga setiap waktu. Sekali saja di tahun ini. Spesial di harimu yang memang sepertinya kau tunggu.

Kamu mau tahu rasanya? Rasanya nikmat sekali seperti rasa oksigen yang setiap hari kau hirup secara bebas dan gratis dari Tuhanmu, Tuhan kita.

Atau kau merasakan nikmat yang lain? Semoga kamu senantiasa bersyukur karena Dia masih beri kesempatan padamu untuk bernapas secara gratis sampai detik ini.

Ini spesial, tidak pakai telor memang. Tapi pasti terasa di hatimu, dihatiku.

Semoga kesehatan setia menemanimu. Kebahagiaan tak bosan berteman denganmu, dan tentunya aku pun begitu.

Turut berduka cita atas berkurangnya umurmu. I love you Nicky Lestari. Sahabat dewasaku yang masih mungil dan setia menemani. Meski tak lagi ada jeda untukku bertatap denganmu saat ini :)

Published with Blogger-droid v2.0.4

Minggu, 24 Februari 2013

kisah Firaun dalam Yunus :)

Siang ini entah kenapa buku-buku yang berjejer rapi di rak buku tak begitu menarik dan memikatku. Mataku tertuju pada yang lain, sebuah buku, biasa disebut kitab, yang berlaku,yang mengingatkan, yang mengisahkan, yang terbaik di antara yang paling baik bahkan tiada bandingan, yang terindah, yang berfaedah, yang menjadikan pedoman hingga sepanjang masa. Masa di waktu bumi terus berputar pada porosnya, masa ketika matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat dan sampai nanti hingga saatnya tiba


Al-Quran, kitab penyempurna kitab-kitab terdahulu. Kuawali dengan bismillahirahmanirahim. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang.


Aku ingin bercerita tentang apa yang kulakukan terhadap kita itu. Aku membacanya seperti membaca buku. Kubuka secara acak, kupilih mana yang ingin kubaca dan aku bertemu dengan surat Yunus.

Aku membaca seperti membaca kisah, banyak pengetahuan yang selama ini aku dapatkan dengan lebih lengkap. Salah satunya tentang Firaun. Raja kesesatan yang senantiasa melawan dan zalim pada Allah dan rasul yang diutusnya. Aku mendapat kelengkapan dalam kisah yang kudengar saat kecil. Ternyata Nabi Musa tak sendirian, ia diutus Allah bersama Nabi Harun. Kubaca itu dalam Yunus ayat 75. Selama ini yang kutahu bahwa Nabi Musa sendiri beserta pengikutnya. Satu ilmu bertambah lagi.

Lalu aku bertemu dengan ayat 90. Ayat yang menerangkan bahwa firaun hampir tenggelam di tengah lautan. Ternyata saat ia hampir tenggelam, firaun menyatakan ke Esaan Allah,

"Aku percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkanTuhan yang dipercayai oleh Bani Israil dan aku termasuk orang-orang muslim (berserah diri)"


Dan saat ini pun aku baru tahu bahwa firaun mengakui Allah sebagai Tuhannya. Padahal selama ini yang aku tahu ia tenggelam begitu saja. Dan memang dalam ayat selanjutnya Allah berfirman


"Mengapa baru sekarang engkau beriman, padahal sesungguhnya engkau telah durhaka sejak dahulu, dan engkau termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan"

"Maka, kami selamatkan jasadmu, agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu. Tetapi banyak manusia tidak mengindahkan tanda-tanda kekuasaan kami" (Yunus, 91-92)


Masya Allah, di sini aku berpikir dan merenung.  Mungkin juga bertanya-tanya. Apakah Allah memaafkan firaun? Karena firaun akhirnya mengakui ke Esaan Allah. Dan Allah menyelamatkan jasadnya agar jadi pelajaran untuk kita semua. Hanya Allah yang tahu, tapi mu gkin Allah mengampuninya....


Al Quran memang berlaku sepanjang masa. Memang sampai sekarang jasad firaun masih ada.

Semoga kita semua termasuk orang -orang yang berserah diri dan senantiasa beriman pada Allah swt. Alhamdulillah siang hari ini aku belajar lagi. Ilmu baru kudapatkan lagi. Semoga senantiasa menjadi pribadi yang mau belajar dan berpikir. Aamiin

Alhamdulillahirabbilalamiin segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam


Published with Blogger-droid v2.0.4

Sabtu, 23 Februari 2013

sahabatpun berjodoh

Kisah kita hari ini bermula di restoran, berlanjut di tempat makan lantai dasar, kemudian di parkiran, hingga di depan rumah.

Singkat memang, tapi apa daya itu yang menjadikan tambahan keyakinan.

Dan sekali lagi, kita menghabiskan malam minggu bersama. Lalu...

Kau memakan menu makan malam yang sama denganku. Sate ayam. Padahal jelas kita sudah berpisah tempat. Aku di rumahku dan kamu di rumahmu.

Lalu... kau bilang makan 3 tusuk sate ayam. Tahukah kau, akupun begitu.

Kita berjodoh, aku tahu.

Semoga persahabatan ini senantiasa mendapat ridho dari Sang empunya sekenario kehidupan. Agar di antara kita senantiasa mengingatkan


Untuk Rissa, :') sahabat, yang namanya hampir mirip denganku.


Published with Blogger-droid v2.0.4

Sahabat-sahabatku :)

Satu persatu langkah kami bertemu. Dalam siang yang merambat senja.

Pertemuan kami terjadi dan akhirnya celotehan inspirasi saling berbagi. Banyak kisah banyak petuah. Banyak ilmu banyak guru.

Dulu kami dari rahim yang sama lalu kami menjadi berbeda-beda. Bukan sebagai pembeda tapi untuk melahirkan banyak karya.

Tawa tumpah ruah. Rindu kami terbalas sudah.

Akulah orang terkaya hari ini dan seterusnya karena masih punya kalian yang senantiasa berbagi cerita. Dan hingga malam di hari minggu ini tiba, aku jatuh cinta.

Cinta pada sebuah tatap yang berjeda lebih lama antara aku dan kalian semua.

Untuk IKSI 2007 :') aku bahagia di sabtu malam minggu.

Published with Blogger-droid v2.0.4

Jumat Malam kemarin

Ini terkait kemarin, kusuka karena terjadi. Dua perempuan dan dua lelaki. Beriringan menuju suatu tempat di malam hari. Tak peduli gerimis dan dingin angin menyerang diri. Tapi hanya satu jawaban bahwa mereka akan melewatkan kebersamaan


Hubungan mereka luar biasa. Tak ada yang seindah itu dan yang utama.


Mereka sedarah, hingga tercipta menyoal panggilan yang sejak dari kelahiran Adam di sematkan pada turunannya. Hanya saja hal tersebut lebih modern. Mama, kakak, dan adik tapi sejatinya itu sama saja.


Di suatu tempat kami menyaksikan kehidupan 5 cerita. Yang kesemuanya tak patut kutiru namun tak perlu kuadu. Kecintaanku pada sesuatu sudah pernah kujabarkan lebih dulu.

Dan itu masih setia dan terus berlaku.


Hujan menjadi penyambung cerita kami saat itu. Saat semua dengan kehangatan kendaraan yang berlalu. Kami sempat dirundung sesat karena jalan gelap. Namun semua lewat dan kami bertemu hujan di jalan pulang


I love you All :')

Familly

Father Mother I Love You 


Published with Blogger-droid v2.0.4

Kamis, 21 Februari 2013

sehabis hujan

Kau kah Lelaki dengan kesederhanaan yang ditutupi atau tertutupi oleh kemampuan akting di belahan bumi lain?

Pakaianmu selalu suci. Terhiasi bulir-bulir kisah suci yang kau dan aku puji.

Sayangnya aku awam yang rela nekat jadi awan. Melayang-layang di udara dan tak tak jelas berlabuh di mana. Kekuatanku hanya angin. Sama sepertimu hanya saja itu keluar melalui rongga mulutmu

Berkomat kamit mengucap mantra dan menyebarkannya dengan segenap jiwa.

Ada yang lain denganku jelas benar, kalau kamu masih saja tidak merasa coba tarik awan itu. Saat kau tarik yang akan kau temui adalah guratan air yang menetes lalu kering. Sama seperti kekerontangan jiwamu yang kini asing dan tersingkir.

Bila memang asa yang kau punya untuknya tak perlu kau bawa sisanya untukku.

Buat apa? Sebagai sisa tempat untuk menaruh udara di awanku? Kurasa tak perlu.

Kecintaan pada savana jelas sudah mengikatmu menjadi yang lain. Tak lagi membutuhkan awan sebagai peneduh dikala ada seonggok dagingmu yang terasing.

Memayungi savana agar tak kena tetesan air awanku bukanlah perkara sulit dan bukan juga perkara gampang. Semua butuh keberanian agar rumput-rumput yang tumbuh liar bebas tak bertuan. Kecuali jika kau punya pelindung itu.

Ayo kembalilah dengan baju zirah dan kuda putihmu lalu tanamilah savana itu dengan asamu. Hujan awanku akan setia membasahi hingga tumbuh dan akhirnya utuh


Published with Blogger-droid v2.0.4

Supir Angkot dan Kembalian





Pagi ini seperti biasa aku menghadang pagi dengan Bangun lebih awal. Beberapa hari ini belum menemukan inspirasi yang bisa aku bagi. Sampailah sehabis subuh aku berdoa agar ada kisah menarik yang kualami di hari ini serta dapat menginspirasi semua.

Tuhan memang baik. Ia selalu baik. Pagi ini aku memulai kisah sederhana yang membuatku berkaca-kaca. Kisah tentang orang sederhana bukan siapa-siapa. Dia hanyalah berprofesi sebagai supir angkot.

Seperti biasa setiap pukul 07.30 pagi aku sudah berdiri di sebuah tempat untuk menuju ke kantor. Beberapa kali angkot yang ingin kunaiki selalu melewatiku dengan kondisi penumpang yang penuh.  Hingga akhirnya ada sebuah angkot yang berhenti di depanku. Angkot itu kosong. Aku berpikir pasti butuh waktu lebih lama untuk sampai ke kantor karena biasanya tukang angkot suka menunggu penumpang penuh. Ternyata pikiranku salah. Sang supir segera menginjak gasnya setelah aku berhasil duduk dengan manis. Alhamdulillah …

Tak berapa lama kemudian seorang pria bertato di leher naik dan duduk di bangku paling depan. Disusul kemudian seorang ibu yang naik bersama putri kecilnya yang kutaksir berusia tiga tahun. Lalu seorang bapak dan pemuda berpakaian rapi. Berangsur-angsur angkot hampir penuh. Dua orang gadis tak berapa lama kemudian naik. Ibu dan putri kecilnya naik angkot  hanya beberapa menit saja. Tidak sampai 100 meter sang ibu menghentikan angkot.  Lalu membayarkan selembar uang dua ribuan kepada sang supir. Aku jelas sekali mendengar sang supir bilang “Alhamdulillah… penglaris…”

Kuterka bahwa angkot ini baru mulai narik. Benar saja tak berapa lama setelah sang Ibu beserta putrinya turun. Seorang bapak-bapak menghentikan angkot. Sang Bapak mengeluarkan uang lima ribuan. Sang supir ternyata tak punya kembalian. Dengan senyum ia berkata “sudah Pak… nggak usah. Saya nggak ada kembalian”jelas Pak supir. Sang Bapak-bapak pun sebenarnya merasa tidak enak hal itu terlihat dari raut mukanya yang terlihat olehku. Kebetulan aku duduk di belakang pak supir persis sehingga aku bisa melihat apa yang terjadi.

Sang Bapak tersebut akhirnya mengucapkan permohonan maaf dan terima kasih karena ia juga tidak memiliki uang receh. Di dalam angkot kulihat orang-orang seketika membuka dompet mungkin mencari uang receh sama seperti yang aku lakukan. Kasihan si pak supir jika penumpangnya nanti membayar dengan uang lima ribuan atau lebih dan ternyata sang supir tak punya kembalian.

Benar saja tidak berselang lama setelah sang bapak-bapak turun  kemudian dua orang gadis yang tadi naik bersamaan pun turun. Dua di antara mereka tidak ada yang memegang uang ribuan. Sang gadis pun menyodorkan uang pecahan 10 ribu.

“Waduh neng. Bapak belumpunya receh. Nggak ada uang receh?” ujar sang supir angkot lalu sang gadis pun menggeleng. Sang gadis satunya sepertinya masih berusaha mencari uang receh terlihat sedari tadi mata dan tangannya masih mengubek-ubek tas. Sepertinya hasilnya nihil.

“Ya udah neng… bawa aja nggak apa-apa” Jelas sang Bapak supir lalu berjalan perlahan. Dua orang gadis tersebut sepertinya juga merasa tidak enak karena raut muka yang terlihat dari kaca belakang terlihat jelas.
Di dalam angkot tinggal aku serta seorang pemuda berpakaian rapi. Di bagian depan seorang pria bertato di leher juga masih duduk terdiam. Aku bisa bernapas lega karena aku memegang dua lembar uang seribuan yang akan kupergunakan untuk membayar kepada supir angkot saat nanti aku sampai ke tujuan.

Beberapa menit kemudian pemuda berpakaian rapi memberhentikan angkot. Ia mengeluarkan uang 20 ribuan. Jelas saja pak supir tidak punya kembalian. Dan lagi-lagi sang supir mengikhlaskan penumpang tanpa membayar. Jujur dalam hati aku kasihan tapi mau bagaimana lagi kalau pak supir itu ikhlas pasti nanti Tuhan akan membalas. 

Setelah melewati pertigaan. Pemuda dengan tato di leher bilang “kiri” pak supir pun segera berhenti. Dan tahukah apa yang terjadi. Sang pemuda bertato mengeluarkan uang bergambar Pak karno dan Bung Hatta. Pak Supir tersenyum getir. Jelaslah kembalian  ia tak punya.

Dan ternyata Tuhan punya rencana tak terduka. Membuatku ingin meneteskan air mata. “Ini buat bayar yang tadi naik Pak. Sekalian sama mbaknya yang di belakang” jelasnya lalu berjalan meninggalkan angkutan. Pak supir terdiam sama terdiamnya sepertiku. Antara sadar dan tidak. Tapi klakson dari arah belakang akhirnya membuyarkan keterpesonaanku terhadap kejadian itu.

Aku sempat mendengar pak supir meneriakan terima kasih . Sementara aku hanya bisa mengangguk tersenyum saat pemuda bertato tadi berjalan dan menengko ke arahku.

Di dalam perjalanan sang supir angkot bergumam. “Ya Allah pagi-pagi udah dapat rezeki. Semoga pemuda tadi  terus dapat rizki.” Aku ikut mengaminkan dalam hati.

 Sang supir angkot terlihat merasa bahagia. Kulihat raut mukanya dari spion kaca. Tak berapa lama akupun turun. Tetap saja aku menyerahkan ongkos sewaku karena bagiku itu hak sang Bapak.

“Neng… nggak usah. Tadi amanahnya anak tadi kan bayar sewa neng juga.” Jelas sang Bapak dan akupun akhirnya mengangguk.

Angkot yang kuturuni kini kosong seperti saat kunaiki tadi. Semoga pak supir angkot tersebut senantiasa mendapatkan rizki. Dengan keihlasannya rizki yang datang menghampiri.

Semoga kisah ini benar-benar menginspirasi
RD


Rabu, 20 Februari 2013

ironi

IRONI DIRI


di depan orang, sibuk & lama ke sana ke mari cari perhatian | menghadap Rabbi, paling sebentar kadang sambil lari-larian#ironi


Curhat sana sini riang ke mari |giliran curhat sama Rabbi lupa diri #ironi


Selalu sediakan&luangkan waktu untuk ke salon, jalan-jalan pesta-pesta|giliran untuk ngaji, diskusi agama, serta mngerjakan sunahnya di sela-sela #ironi


Nyebutin nama artis&penulis yg mengispirasi,luar biasa hapal|giliran disuruh sebut nama sahabat nabi yang meneladani, kenal saja sangsi #ironi


Diajak ngegosip seleb, ngerumpi, lidah mudah melingkar-lingkar| giliran diajk diskusi, ngomongin kisah-kisah teladan nabi, lidah cuma bisa diam&ingkar #ironi


Senang dengar orang merayu dengan kata-kata jitu bikin hati tak tentu|mendengar ceramah dengan kata-kata ramah penuh ajakan kebaikan senantiasa diabaikan #ironi


senantiasa berharap dipuji tentang penampilan hari ini|tapi jarang memuji Dzat yg dg indah menciptakan diri #ironi


rajin ngaca setiap mau keluar berjumpa manusia| tapi jarang ngaca dan berkaca tentang diri hakekat hidup sebagai manusia #ironi


siapin uang untuk jalan-jalan, belanja gampang diatur| giliran bayar zakat, hak umat harus ditutur #ironi


makan di restoran habis 45ribu itu biasa berlalu | di dpn kotak amal, menimbang-nimbang paling masukin di bawah 10 ribu #ironi


ke mall, pesta2, kaki mudah melangkah |ke mesjid, ngaji-ngaji kaki berat mengikuti #ironi


Mau ke pesta pakaian rapi dengan hiasan tak terkira| untuk salat, pakai pakaian ala kadarnya #ironi


Di panggil atasan siap sedia| di panggil Allah lewat azan sering tunda-tunda #ironi


baca novel 4 jm kelar. baca Quran nunggu ramadan #ironi


Published with Blogger-droid v2.0.4

Selasa, 19 Februari 2013

campur kata 3

Badan ini lelah dan payah

Tapi di menit-menit perputaran bumi pada porosnya mata ini terus menatap.

Diistirahatkan ia berontak. Suara kipas angin yang senantiasa berputar kanan kiri kini jadi saksi bahwa aku tidak dapat tidur menutup kelopak di tengah malam ini.


Sudah kuadukan hal ini berkali-kali

Pada Tuhanku. Mungkin karena terbiasa menghardik waktu sehingga aku mendapat balasan begitu.


Ataukah mungkin karena kosa kota dipikiran membeludak. Membuat mata berdesak-desak hingga ubun-ubun kepala bergegas menggeliat.

Sejatinya ini termakan kata-kata sendiri.

Seperti bernapas seperti itulah menulis.

Dan ini napasku di 19 februari 2013


19 februari, kala itu

Seorang gadis tergolek di atas kasur. Ujung-ujung kakinya membeku dan kaku. Sesekali ia bolak-balikan kepalanya. Antara menatap tembok dan lemari busana.

Bukan kematian yang sedang dinantinya. Tapi ucapan-ucapan doa yang dirindukannya. Antara takut menghadapi dan berdamai dengan umur baru

25 tahun setara 1/4 abad  sudah hidup waktunya.

Ponsel di tangannya berdering. Panggilan masuk bertuliskan mama memanggil.

Dan percakapan sederhana itu teralir. Antara rindu dan syahdu saat itu terlampir

"Selamat hari melahirkanku, Ma" ucap sang gadis pada bagian akhir.

Dan kasihku padamu tak akan pernah terambil seujung kuku, pun kau potong berkali-kali

Selamat hari lahir untuk sahabatku, semoga kau senantiasa mampir dalam hidup yang lain.


Published with Blogger-droid v2.0.4

antara aku dan kamu Dek

chia
aku
Chia
chia&aku





aku-chia-aku

Senin, 18 Februari 2013

gulakopi; kita bertemu


Ini hari yang sebenarnya tak pernah aku nantikan tapi senantiasa kurindukan. Berat untuk menapaki hari ini. Bukan karena panas matahari yang membuat tubuhku kini berkeringat. Bukan juga karena aku tak tahu apa yang akan dan harus kulakukan. Hanya saja kaki ini berat untuk melangkah ke dalam. Masuk dalam sebuah kedai kopi di pinggir jalan ibu kota seperti siang ini. Tapi aku harus menemui mereka. Ya harus.


Mereka. Mereka adalah sekumpulan sahabat terbaikku di dunia. Meski yang kulakukan adalah bersahabat dengan mereka melalui dunia virtual yang maya. Tapi, secara garis besar dalam hidupku mereka yang mengisinya. Mereka hidup dan senantiasa menghidupkanku.

Kami terdiri dari 6 orang. Tak ada yang tahu gender kami masing-masing selama satu tahun belakangan ini. Namun akhirnya lambat laun gender kami terlucuti oleh perlakuan, sikap, dan perkataan yang senantiasa kami pamerkan di dunia maya. Chatting!

Ya... kami bertemu 1,5 tahun yang lalu dalam sebuah milis. Kami berenam sama-sama menyukai kopi. Tapi jenis kopi yang kami sukai berbeda-beda. raden sang pecinta kopi tubruk, jenjang sang pencinta kopi susu, tembikar sang pencinta capucino, kapas sang pecinta mocafrio, daluang sang pecinta vanilalate dan aku sendiri sang pecinta kopi bubuk campur gula. Lah apa maksudnya? Yah, aku suka mengemil campuran kopi dan gula tanpa air sedikitpun.

Kami hanya tahu nama nick masing-masing tapi kami tak pernah asing. Oh iya kebetulan nick name ku gulakopi jadi ya mereka berlima memanggilku begitu pun sebaliknya dengan diriku. Setiap hari kamis malam kami habiskan waktu tak kurang dari 4 jam untuk melampiaskan kata-kata atau apapun yang ada dipikiran kami. Semuanya sambung menyambung saling sahut. Hingga ke enam hati kami terpagut untuk bertemu di hari ini.

Aku segera melangkah ke dalam dengan mata yang tak habis menyapu sudut demi sudut ruangan dalam kedai. Ada beberapa orang yang duduk tapi saling terdiam.

Merekakah orangnya? Segera saja aku hampiri empat orang yang sedang duduk berhadapan. Aku berdehem sesaat lalu mereka menoleh ke arahku. Ya kodeku ketika datang haruslah bersuara deheman. Suara oi oi bersahut itu berarti si jenjang, kodenya demikian. Yang lain tak bersuara seperti kode jadi aku dan si jenjang saling menaikan bahu. Berarti bukan mereka. Tapi kemudian tangan salah seorang perempuan menarik lenganku.

"Gulakopi akhirnya" ucapnya tersenyum lalu memeluku. Aku bertanya dalam hati apakah dia sang tembikar. "Aku tembikar" jelasnya kubalas memeluknya erat. Yang lain bertatap. Orang yang bernick si jenjang segera tertawa hebat.

"Akhirnya... kalian kutemukan di depan mata secara nyata" jelasnya pada kami. Seorang laki-laki berdiri menjabat tangan jenjang yang mengenakan topi bertuliskan java jazz.

"Gile, gak nyangka gue" ujar pemilik gelang kesehatan yang kulihat melingkar di tangan kirinya.

"Daluang" jelasnya.

Seorang perempuan tampak ragu-ragu menyapa kami. Padahal kuyakin dia adalah kapas. Belum sempat dia perkenalkan diri kami berempat menebaknya

"Kapas" dia pun mengangguk lalu tetesan air dari ujung matanya mengalir.

"Ternyata kapas emang sensitif abis. Cup-cup sini daluang peluk" jelas daluang yang memang senantiasa membuat guyonan. Jenjang sesuai namanya, dia tinggi dan lehernya jenjang. Manis.

"Hoi.... terpesona ketemu gue?" Ujar daluang yang memergokiku memandang jenjang. Seketika aku menjitaknya. Biasanya aku menjitak lewat emotikon tapi kini nyata. Di depan mata.

Aku bergegas duduk di samping tembikar. Sementara kapas masih saja menangis. Dia memang perasa sekali. Sesuai. Tak ada yang berbeda.

"ini berarti pak raden yang belum dateng, padahal dia yang buat kita ketemu." Ujar tembikar sambil memijit ponselnya.

"Maaf ini pesanannya" ujar seorang pelayan berbaju merah bata menyerahkan beberapa cangkir minuman pada kami.

"Kopi susu, capuchino mocafrio, vanilalate, dan gulakopi" jelasnya. Kami semua seketika menoleh. Pesanan ini...

"Pak Raden?" Teriak kami bersamaan. Tak kusangka ternyata pak raden bekerja di kedai tempat kami bertemu janji.

"Sorri, gue bukannya sombong nih. Tapi gue bukan pelayan. Gue yang punya ini kedai" jelas Raden lalu duduk di samping jenjang. Seketika daluang dan jenjang secara bersamaan saling menjitak raden.

"Lo diem-diem hebat juga ya. Pantes sukanya kopi tubruk" jelas daluang sambil bergeleng tak percaya.

"Okeh karena semuanya udah kumpul, yuk kita kenalan secara nyata. Huaaaaa... sumpah gue gak nyangka" jelas daluang sambil melepas topinya. Nggak di chat nggak di dunia maya dia emang bawel bin cerewet.

Jenjang mengambil alih perhatian. Sambil bergaya sok cool dia berkelakar.

"Nama gue Dandra, kul teknik sipil. Semangat 45" jelas jenjang tak kalah aneh

"Okeh, gue deni sang daluang pandai.  Kul juga, jur filsafat dan suka

"Maksiat" koor kami berlima menimpali. Membuatnya duduk kembali.

"Aku ayu, seni patung sang tembikar perkasa"

"Aku kapas, baru mau kuliah. Rencana ambil psikologi" jelas kapas dengan senyum khas.

"Gulakopi akulah rara, penari latar yang gemar main gitar" jelasku tanpa malu.

"Oke, sip. Gue Danu, raden Danu asli Solo." Jelasnya narais. Aneh

Keanehan-keanehan kami berlanjut. Obrolan tak pernah surut. Semoga kalian senang, aku terlaku lelah. Aku mengalah

Aamiin ini belum selesai ya

Kalian ini benar-benar deh!

Published with Blogger-droid v2.0.4

Minggu, 17 Februari 2013

Baca ini Kak

Sengaja kutulis karena ini yang mengganjal.

Aku tak pernah takut orang lain tahu karena memang tak ada yang perlu kutakuti kecuali Tuhanku. Bahkan dia sekalipun mengetahui hal ini bagiku tak apa.

Perkenalan dengannya terbilang cukup singkat. Aku mengenalnya karena dia memang tetanggaku.  

Dia sederhana saja. Tapi kesederhanaannyalah yang membuat mataku terbuka. Ia ramah dan senantiasa menyapa. Pandangannya teduh serasa kulihat segala sesuatu yang ada di sekitarnya meluruh.

Kitab Al Quran senantiasa menjadi pegangan. Berkali-kali aku bertemu saat ia berjalan ke masjid bersama abiku.

Aku terbiasa memanggilnya dengan sebutan "kak" karena secara umur dia dua tahun lebih tua dariku. Pendidikan kami setara, bedanya dia mengambil hukum dan aku sastra.

Kami sudah lama tak bertatap muka karena saat aku mulai bekerja dia melanjutkan pendidikan S2 di Belanda.

Hampir dua tahun aku tak lagi melihat wajahnya secara langsung, tapi diam-diam aku senantiasa memantau dirinya lewat media sosial baik facebook maupun twitter. Aku stalker yang parah. Apapun aktivitasnya pasti aku tahu. Tapi itu juga tak berlangsung lama. Pekerjaan lebih menyita pikiran dan hatiku. Hingga lambat laun aku mulai lupa dan melupakannya.

Sampai suatu ketika abiku menyuruhku membuat cv, bukan cv untuk pekerjaan tapi untuk taaruf. Seketika itu juga aku seperti kembali membuka hati yang senantiasa aku tutupi dan tak pernah kubiarkan terbuka.

Ingatanku tiba-tiba menarikku untuk mencari tahu orang yang senantiasa kucari tahu dan kupantau setahun yang lalu. Rasanya aku ingin menolak tawaran abiku karena hatiku condong padanya. Entahlah aku tak tahu. Setiap kali abiku menanyakan cv taarufku aku senantiasa beralasan lupa untuk membuatnya. Sengaja, itu sengaja kulakukan karena sebenarnya kakak itu yang aku harapkan.

Aku bersorak senang ketika dua minggu yang lalu kulihat di media sosial bahwa orang yang kupanggil kakak akan pulang karena studinya sudah selesai. Dan benar dia pulang. Beberapa kali aku berpapasan dengannya, dia tak lupa padaku. Tak ada perubahan berarti dalam dirinya, tapi secara sekilas ia tampak lebih dewasa dengan kacamata.

Seminggu yang lalu, abiku menanyakan kepadaku perihal cv ku. Dan pada saat itu kubilang pada abi bahwa ada laki-laki yang sudah lama aku sukai. Abiku kaget, dia bertanya siapa pemuda yang membuatku begitu beralasan hingga perintah abi untuk membuat cv selama beberapa bulan selalu ku abaikan.

Aku meminta maaf pada abiku. Bukannya aku belajar menjadi anak durhaka, tapi aku tak ingin pernikahanku tak bahagia karena tak cocok dengan pilihannya. Abiku tak lagi bertanya dengan siapa sebenarnya aku menaruh hati. Yang kutahu pasti, abiku kecewa karena baginya pilihannya adalah yang terbaik.

Dua hari yang lalu kebetulan aku pulang malam, jam 8 aku baru sampai di jalan gang. Tanpa sengaja aku melihat abi dan orang yang kusebut kakak berjalan beriringan.

Dari belakang aku senantiasa berdoa bahwa dia yang akan mendampingiku kelak.

Sampai akhirnya di depan rumah, agak tumben mereka mengobrol lebih lama. Aku pun akhirnya menghampiri mereka. Setelah mencium tangan abiku aku melempar senyum padanya.

Dia bertanya kenapa aku baru pulang jam segini. Aku pun menjawab bahwa aku lembur, mungkin karena ia terbiasa melihatku di masjid saat isya tapi malam ini tidak.

Abiku menatapku penuh heran saat aku menjawabnya dengan wajah berbinar.

Sesampai di rumah abi bertanya apakah pemuda yang kumaksud adalah kakak itu?

Dengan sedikit malu-malu akupun mengangguk.

Tiba-tiba abiku beristigfar.

Aku kaget, adakah yang salah dengan pemuda yang kusuka. Abi menggeleng sambil terduduk. Kutatap wajah abi yang terpantul dari kaca

" kenapa kamu nggak bilang kalau dia, Nduk? Tadi sehabis isya abi bilang kepadanya bahwa kamu sudah punya pilihan. Dia itu yang mau ngajak kamu taaruf, dia yang minta kamu ke abi." Ucapan abi sungguh membuatku ling-lung

Kenapa Abi tidak bilang kalau dia orangnya. Antara ingin menangis dan ingin tertawa.

Saat itu juga aku merajuk pada Abi untuk mengiyakan proses taaruf yang ia ajukan. Tapi abi malah terdiam. Semoga kamu baca ini kak. Aamiin

Depok, hayalan mampir dikala malam.

Untuk kakak yang muncul dalam hayalan ini sudah kutuliskan.

Lamar dia ya, meski dalam hayalan juga :')

I love you pikiranku

Makasih Ya Rabb, legaaa

Published with Blogger-droid v2.0.4

Sabtu, 16 Februari 2013

aku malam minggu

Aku saat ini sedang di kereta. Di sudut tempat duduk merah di samping para penumpang lainnya. Kutulis ini sebagai bentuk syukurku pada Nya karena sampai detik ini masih dan senantiasa memberiku bahagia.


Pagi tadi aku dipertemukan dengan relawan di Taman Baca Menara. Sebagian sudah kukenal sebagian lagi baru pertama kali datang. Senang berbagi dan seru-seruan keceriaan. Sama adik-adik rasanya selalu bikin hepi. Meski ada beberapa kali yang menangis karena keusilan yang lain tapi tetap saja suasana pagi tadi menyenangkan. Terima kasih untuk kak Shinta, Dian, Syifa, Selvi, Nini, Rona, Zaky, Lili, Yana yang pagi tadi sudah berbagi keceriaan, makan, dan waktu.


Semoga kalian semua senantiasa sehat selalu dan mendapat kemudahan dalam mengerjakan segala sesuatu. Begitupun dengan aku. Aamiin


Keretaku kini berjalan perlahan. Bogor hujan gerimis tapi tak akan buat aku menjadi meringis. Justru aku senang, di malam minggu ini aku berjalan bersama rintik hujan. Oh iyaaa aku sama wilda sahabatku habis dari Bogor ke tempat kang ery. Di sana bertemu dengan Teh Eliza dan suaminya yang bener-bener menginspirasi. Mereka pasangan muda yang luar biasa. Di rumah sederhana kebahagiaan terpancar di mana-mana. Mereka buka TPA. Setiap hari alunan ayat suci mengemuka di rumahnya. Sudah 30 anak yang menjadi muridnya keren.


Terus kami membahas tentang anak-anak IADP dan update kabar terbaru ke kang ery. :)


Sekarang kereta berjalan sudah melewati dua stasiun. Aku duduk menahan dingin. Kaus kakiku basah terkena cipratan air. Dan aku lapar. Hahahaha

Yaudah deh. Mau low batt takut nggak bisa hubungin om di depok.


Udah nggak sabar mau ngedongengin Chia, adikku yang lucu. Pasti dia punya banyak cerita untukku


Kereta dari Bogor menuju Depok


Published with Blogger-droid v2.0.4

aku malam minggu

Aku saat ini sedang di kereta. Di sudut tempat duduk merah di samping para penumpang lainnya. Kutulis ini sebagai bentuk syukurku pada Nya karena sampai detik ini masih dan senantiasa memberiku bahagia.


Pagi tadi aku dipertemukan dengan relawan di Taman Baca Menara. Sebagian sudah kukenal sebagian lagi baru pertama kali datang. Senang berbagi dan seru-seruan keceriaan. Sama adik-adik rasanya selalu bikin hepi. Meski ada beberapa kali yang menangis karena keusilan yang lain tapi tetap saja suasana pagi tadi menyenangkan. Terima kasih untuk kak Shinta, Dian, Syifa, Selvi, Nini, Rona, Zaky, Lili, Yana yang pagi tadi sudah berbagi keceriaan, makan, dan waktu.


Semoga kalian semua senantiasa sehat selalu dan mendapat kemudahan dalam mengerjakan segala sesuatu. Begitupun dengan aku. Aamiin


Keretaku kini berjalan perlahan. Bogor hujan gerimis tapi tak akan buat aku menjadi meringis. Justru aku senang, di malam minggu ini aku berjalan bersama rintik hujan. Oh iyaaa aku sama wilda sahabatku habis dari Bogor ke tempat kang ery. Di sana bertemu dengan Teh Eliza dan suaminya yang bener-bener menginspirasi. Mereka pasangan muda yang luar biasa. Di rumah sederhana kebahagiaan terpancar di mana-mana. Mereka buka TPA. Setiap hari alunan ayat suci mengemuka di rumahnya. Sudah 30 anak yang menjadi muridnya keren.


Terus kami membahas tentang anak-anak IADP dan update kabar terbaru ke kang ery. :)


Sekarang kereta berjalan sudah melewati dua stasiun. Aku duduk menahan dingin. Kaus kakiku basah terkena cipratan air. Dan aku lapar. Hahahaha

Yaudah deh. Mau low batt takut nggak bisa hubungin om di depok.


Udah nggak sabar mau ngedongengin Chia, adikku yang lucu. Pasti dia punya banyak cerita untukku


Kereta dari Bogor menuju Depok


Published with Blogger-droid v2.0.4

Jumat, 15 Februari 2013

Tulisan 1/2 jam melawan abang



Setahun yang lalu. Aku masih ingat hari itu. Hari di mana aku memutuskan untuk memilih kehidupanku yang lain. Kehidupan pasca kampus. Tanggal 14 Februari mengingatkanku akan suatu hari di mana aku menghidupkan sesuatu. Bersama kedua temanku. Lesehan Nongkrong.

Aku memutuskan untuk berwirausaha tepat di hari itu satu tahun yang lalu 14 Februari 2012. Berbekal keyakinan dan tekad bulat aku bersama kedua temanku membuka usaha baru. Usaha kuliner di salah satu sudut belakang UI tepatnya di daerah Kukusan atau biasa di sebut dengan daerah kukel.

Tempat usahku berderet dengan usaha lainnya. Mulai dari usaha pencucian baju atau laundry sampai usaha penyewaan lapangan futsal. Semua terasa istimewa saat itu. Kenapa kubilang istimewa? Karena bagiku keputusanku untuk tidak bekerja pada orang lain amatlah tepat. Aku berdagang sesuai dengan apa yang dicontohkan nabiku Muhammad Saw.
Lesehan Nongkrong 14 Februari 2012 terbuat dari sebuah ruangat bercat pink berukuran 3x4 meter. Sederhana saja. Alasnya hanya terbuat dari kain lesehan dengan empat buah meja yang tertata saling berhadapan. Hari perdana saat itu kami melakukan syukuran kecil-kecilan. Membagi-bagikan makanan yang kami jual kepada para “tetangga” tempat kami berjualan.
Pertama kali membagi-bagikan makanan aku ingat sekali kami membuatkan lumpia saus kacang serta bitter balen isi cokelat. Semuanya Nampak bersemangat meski perayaan pembukaan kami dapat dikatakan sederhana tanpa semarak. Tapi bagiku sudah cukup.

Secara bergantian kami memberikan sepiring kecil makanan kami kepada tetangga jualan yang berada di kanan kiri. Tapi ada sesuatu yang ingin kuceritakan terkait hari itu. Tentang seorang pemuda yang juga membuka usaha berjeda dua usaha dengan tempat kami. Pemuda yang kukenal beberapa hari sebelum kami resmi membuka Lesehan Nongkrong.

Aku tak pernah tahu namanya. Mungkin lebih tepatnya belum. Dia putih tapi tak seputih tembok. Terlihat dingin mungkin karena dirinya habis mandi atau karena masuk angin. Kita hanya bersapa sekali sebelum Lesehan Nongkrong buka. Aku ingat saat itu. Ingat sekali.

Saat itu h-3 sebelum Lesehan Nongkrong buka secara resmi. Aku dan kedua teman perempuanku melakukan berbagai persiapan. Dari mulai pengecatan hingga penataan ruang tempat serta memikirkan penyajian. Saat itu hujan turun. Karena tempat kami belum memiliki alas secara tak langsung kami menumpang duduk di tetangga sebelah  yang berjualan nasi goreng dan aneka masakan berat lainnya.
Saat itu salah seorang temanku pulang duluan jadilh aku tinggal bersama seorang temanku yang lain. Karena tidak enak hanya sekadar menumpang duduk akhirnya aku memesan minuman. Kebetulan disebelah kami ada seorang lelaki yang tengah asyik membaca sebuah buku. Sebuah buku tebal mungkin beratus-ratus halaman ada di hadapannya. Ia terlihat serius dan asyik membaca.
Karena tidak enak dan takut merasa mengganggu temanku tetap berdiri di sampingku.

“Eh Mbak silakan duduk” ujarnya seketika. Temankupun menyahut dan akhirnya menerima bangku berwarna merah yang diserahkan olehnya. Ia lalu berganti posisi sedikit menjauhi kami. Mungkin karena ia merasa kami risih jika duduk terlalu dekat dengan lelaki karena dia melihat kami berjilbab.
Kami pun mengucapkan terima kasih padanya. Seketika aku memandangnya secara jelas karena ia duduk berhadapan denganku kini, sedangkan temanku di sebelahku. Entahlah tiba-tiba pikiranku terbawa oleh angin hujan yang semakin deras. Pemuda itu ganteng sekali. Hahahaha.
Kemeja putih plus bawahan jeans melengkapi penampilannya di saat hujan itu. Dan jujur semenjak saat itu aku suka padanya. Dia tiba-tiba membuka suara menanyakan apa yang akan aku dan temanku lakukan di ruangan 3x4 tersebut. Kuceritakan bahwa 3 hari lagi kami akan membuka usaha kuliner. Ternyata dia juga salah seorang yang ikut membuka usaha sederetan dengan tempat kami. Hanya saja ia membuka usaha khusus minuman. Ia sengaja membuka itu karena pangsa pasarnya adalah orang-orang yang bermain futsal.
 Dari situlah awal mula percakapan kami. Hingga malam itu pun berlanjut saat aku memberikan kepadanya makanan syukuran Lesehan Nongkrong. Di mengucapkan terima kasih dengan senyum yang membuatku dapat melambung. Untung aku selalu ingat bahwa langit senantiasa beratap. Rasa sukaku tak boleh berlebih.
Tapi namanya juga suka. Ia berkembang senantiasa sejalan dengan perkembngan Lesehan Nongkrong yang makin banyak di kenal oleh mahasiswa. Rasa sukaku berkembang dan bermekaran. Namun itu semua tidak berlangsung lama. Ya tidak berlangsung lama.

Meski aku sempat merasakan bunga-bunga berkembang, pada masanya juga aku merasakan bunga-bunga layu dan tampak kuyu. Lesehan Nongkrong semakin lama semakin meredup. Kami salah strategi karena tanpa prediksi ada libur mahasiswa yang menghabiskan waktu beberapa bulan. Ditambah pegawai kami yang sudah bergonta ganti plus kabur-kaburan.

Seperti itulah yang terjadi pada rasa sukaku yang akhirnya ikut layu. Sang pemuda jarang membuka usahanya sehingga kami juga sudah jarang bertemu. Lalu semuanya menghilang lebih tepatnya dia dan kedua temanku pun bersamaku ikut menghilang ditelan kesibukan masing-masing dari kami.

Lesehan Nongkrong terbengkalai dan sukakupun mungkin sudah menjadi bangkai.
Aku tak pernah tahu kabarnya lagi. Meski sering kucari tahu. Sama seperti Lesehan Nongkrong yang tepat lahir di tanggal ini hilang bersama waktu. Ditelan sepi seperti kehampaan diri.

Aku punya tekad dan masih punya mimpi yang senantisa kuucap dalam setiap doa-doaku. Bahwa suatu saat nanti aku akan menghidupkan Lesehan Nongkrong mungkin bisa tepat di tanggal 14 februari ini.
Meski aku tak pernah tahu akankah rasa cinta dan sukaku tumbuh dan bermekaran seperti dulu. Dengan orang yang sudah menghilang ditelan kalbu dan kepulan malam ataukah dengan yang baru yang akan memberikan sinar.

Semoga saja aku senantiasa mendapat kebahagiaan. Dengan cinta dan juga wirausaha. aamiin