Sabtu, 30 November 2013

cerita..

Cerita

Ada banyak cerita hari ini
Tapi karena kau tak bercerita, aku diam saja.

Saat manusia bercerita
Sesungguhnya ia hanya perlu didengarkan .

Published with Blogger-droid v2.0.10

Jumat, 29 November 2013

Belajar dari Gadis Rajut

Merajut....
Beberapa hari ini aku berkenalan dengan seseorang yang hobi sekali merajut. Ia merajut dengan menggunakan hakpen dan juga benang wol. Awalnya aku biasa saja melihat dia merajut, namun rasa biasa saja seketika berubah menjadi luar biasa ketika kutahu bahwa dalam jangka waktu sehari ia mampu menyelesaikan sepasang rajutan kaos kaki. Kaus kaki untuk orang dewasa! bukan untuk anak-anak. Hebatnya....

Terus terang aku juga bisa merajut. Tapi aku hanya mampu merajut syal. (maklum karena kalau syal ukurannya panjang saja tanpa perlu bersusah payah merajut secara berkelok-kelok). Dulu teman semasa SMA yang mengajariku merajut. Awalnya memang susah sekali karena harus teliti namun lambat laun secara lancar aku bisa mengerjakan. Rajutan pertama yang berhasil kubuat adalah sebuah syal berwarna cokelat tua. Butuh waktu sekitar dua bulan lebih untuk mengerjakannya. Maklum sih, sering ditunda-tunda. Tapi kalau lagi semangat dan serius bisa cepat juga sebenarnya.  

Hari ini aku bertemu dengan gadis rajut itu lagi (aku menyebutnya begitu, maklum setiap kali bertemu pasti tangannya tak lepas dari hakpen dan juga benang wol warna-warni) kecuali saat salat. Dengan mudahnya ia mengjakku ngobrol sementara tangannya masih asyik memainkan benang dan menyambungnya secara cantik. Luar biasa sekali gadis itu.

rajutan mungilku
Aku bercerita padanya tentang awal mula merajutku di waktu SMA. Dia tampak antusias karena jarang sekali menemukan teman yang juga bisa merajut. Untuk membuktikan bahwa aku bisa merajut dia menyerahkan benang wol dan hakpen kepadaku. Karena ditantang ya aku terima.

Alhamdulillah masih ingat. Dia bertanya kenapa aku tidak meneruskannya. Dengan asal kukatakan itu bukan passionku. Soalnya kalau passion nggak mungkin lama dikerjainnya. Nah kalau Gadis rajut tentu ini jadi passion buat dia. Buktinya dia cepat sekali mengerjakan order rajutan dan gara-gara hobi ini dia bisa menghasilkan pundi-pundi uang. 

Gadis rajut ini lulus dari jurusan perikanan tapi dia menjemput rezekinya dengan hobi merajut, meski sesekali ia masih menjadi konsultan  terkait ikan-ikan di lautan.

Dia mengiyakan ketika kutanya apakah ini passionnya. Dan pada akhirnya dia menanyakan apa passionku. Hahaha aku hanya mampu menjawab dengan senyum nggak jelas. Masih labil! Sesuatu yang dapat kuselesaikan dengan cepat tanpa aku merasa pernah lelah mungkin bercerita, menulis, dan entahlah aku sendiri bingung. Tapi memang dari kesukaanku itulah aku mengumpulkan Karunia dariNya. Mungkin bisa iya mungkin juga tidak.

Ah sudahlah, intinya adalah ketika kamu mengerjakan sesuatu tanpa rasa lelah dan begitu menikmatinya bisa jadi itu adalah passionmu. Terkadang passion tidak sejalan dengan jurusan kuliah ketika di kampus. 

Ini kok tulisannya jadi ke mana-mana. Maklum, Dunia saya semua suka-suka saya mau menuliskan dan berbagi kisah tentang apa. Hahaha niatnya mau menceritakan tentang gadis rajut eh ujung-ujungnya cerita diri sendiri kebanyakan. Hahaha.

Gadis rajut itu mengeluarkan kata-kata yang mampu membakar semangat dan jiwaku saat siang tadi.

"Kalau kamu cepat menyelesaikan apa yang kamu sukai, kamu akan mendapat lebih dari apa yang kamu bayangkan"

Kata-kata itu seolah menampar-nampar diri. Mengingat masih banyak tulisan yang belum juga kuselesaikan. Lha ini malah ngeblog. Gatel banget rasanya kalau sehari nggak ngeblog -____-". Apakah menulis memang passionku? kalau iya... bulan ini harusnya aku mampu menyelesaikan dua bab lagi dengan semangat dan gairah yang menggebu. Minimal aku bisa bermanfaat buat diriku sendiri dan tentu orang lain yang sudah menunggu 2 bab itu dari sebulan yang lalu. 

Dalam lamunan tiba-tiba gadis rajut itu menawariku satu hal. "Kapan mau mulai ngerajut lagi? nanti kuajari buat bentuk-bentuk. Aku tersenyum mendengar tawarannya karena ini juga kesempatan belajar lagi. Rupa-rupanya aku rindu merajut. Tapi aku lebih senang membuat syal dibanding yang lainselain mudah manfaatnya juga banyak. Adakah yang mau menrima syal rajutanku kalau sudah jadi?  

Mungkinkah aku ikut-ikutan menjadi seperti Gadis rajut itu ^^? entahlah...
Obat

racikan manusia dengan berbagai kadar takaran
diminum, dioles, direndam
dengan aturan pakai dan penggunaan
Dengan Tuhan sebagai penentu kesembuhan.











Naskah

Berisi tentang kisah
dituliskan menggunakan aneka tinta berwarna
disalin secara berulang
dikaji secara terang












Buku

Kumpulan kertas berisi rangkaian kata dan gambar
Membuat diri merenung dan terkadang menampar-nampar.
Menemani disetiap waktu terutama sabtu
Salah satu teman hidup yang tak pernah hidup









Sayuran

Aneka warna, rupa, dan rasa
Segar menggoda luar biasa
Murah meriah sudah biasa
menyehatkan badan dan juga jiwa

Kamis, 28 November 2013

KAMU



"Kamu sudah mau tidur?" Aku menyapamu yang sedang berbaring di hamparan kasur berseprei hijau. Kamu menggeleng perlahan lalu tersenyum. Wajahmu terlihat lebih pucat dari biasanya. Matamu juga terlihat lebih cekung, sepertinya hampir beberapa hari ini kamu menahan untuk tidak tidur.

"Hari ini kamu ke mana saja?" Aku bertanya lagi sembari memperhatikan kamar yang kau tempati secara saksama. Beberapa buku tertumpuk di atas sebuah wadah berwarna biru tua. 

"Ke banyak tempat." Ujarmu sesaat lalu seolah mengingat apa saja yang telah kamu lakukan hari ini. "Pagi tadi aku ke pasar mengantar mama berbelanja. Habis itu aku ke kosan, mengambil barang sisa yang masih tertinggal di sana. Terus aku tadi ke bank" jelasmu singkat. Aku tak pernah puas jika kamu tak menjelaskannya secara detail. Ini seperti bukan kamu yang biasanya.

"Sudah habis barang-barang di kosan?" Aku bertanya lagi sembari mengambil sebuah buku berjudul Perang Tubuh. Kamu menggeleng perlahan, sesaat kamu naikan bantalmu lebih tinggi.

"Aku tadi mual, seperti biasanya.... angin senang sekali bersemayam dalam tubuhku. Jadinya hanya dua kali aku bolak-balik oper barang di kosan. Daripada aku pingsan!" Ujarmu menjelaskan. Aku terdiam beberapa saat, sengaja kulakukan agar kamu melanjutkan ceritamu hari ini.

"Tadi sebelum ke kosan aku antar mama ke pasar. Ada hal yang ingin kuceritakan padamu..." Ujarmu membuatku menoleh. Segera kutanggalkan buku yang sempat kupegang dan memperhatikanmu secara saksama. Tatapan mataku bermakna sebuah pertanyaan "apa"

"Orang-orang yang berjualan di pasar itu keren deh..." Ujarmu sembari tersenyum, wajahmu terlihat berseri karena memuji sesuatu yang kuyakini pasti akan membuatku senang mendengarnya. "Mereka itu antar satu pedagang dengan pedagang lainnya saling bahu membahu dan tolong menolong. Coba deh kamu bayangin, waktu mama mau beli kopi giling, penjual kopinya nggak ada, nggak tahu pergi ke mana. 

Beberapa pedagang di samping kanan dan kirinya ketika ditanya pada bilang nggak tahu si abang di mana, tapi secara bersamaan mereka menanyakan apakah mama mau membeli kopi. Dan mereka rebutan melayani. Iya mereka beneran rebutan, sampai salah seorang diantara mereka meninggalkan barang dagangannya demi membantu melayani mama. ketika ditanya mama kenapa abang-abang pada rebutan melayani, dengan senyum mereka bilang "karena abang kopi ini juga sering melayani pembeli saya kalau saya sedang tidak ada" dan jawaban itu di "iyakan" oleh pedagang di kanan dan kiri. Kebaikan memang dibalas dengan kebaikan ya" Ceritamu tentang kisah di pasar kali ini mampu membuatku mengangguk-angguk paham.

"Ini buku-buku dari kosan?" Tanyaku memastikan sembari menunjuk wadah biru tersebut. Kamu mengangguk perlahan. "Masih banyak ya bukumu?" Aku bertanya lagi sambil berharap kamu akan menggeleng menjawabnya. 


"Masih. Ternyata masih ada satu kerdus. Berat lagi. Ternyata bukuku banyak juga. Padahal ada beberapa buku yang belum aku baca. Kasihan buku itu... udah aku beli terus aku telantarin gitu aja" Jelasmu bersedih. Aku menatapmu sambil tersenyum simpul.

"Aku percaya kok, buku-buku itu nanti akan kamu baca semua." Ujarku berusaha menghiburmu. Kamu mengangguk, turut meyakini bahwa harapan untuk membaca semua buku itu dapat terwujud. "Ini yang di wadah biru udah kamu baca semua?" Tanyaku memastikan karena sudah tidak bersampul plastik dan bersegel.

"Ini baca deh..." Ujarmu tiba-tiba sembari menunjukkan tulisan tangan yang menempel pada figura foto SMAmu. Aku membacanya, tulisan ini mampu membuatku tersenyum simpul.




"Ini yang di wadah biru udah semua, yang sisa di kerdus kecil yang belom. Bulan ini baru baca 2-3 buku. Itu pun nggak tuntas. Payah ah aku!" Jelasmu seperti menyesali. 

"Kamu sih pergi-pergi terus. Tapi kalau kamu nggak pergi itu kaya bukan kamu. Padahal kamu anak rumahan tapi seneng banget pergi-pergi. hahaha" Aku tertawa saja mengungkapkan pendapatku tentangmu.

"Bulan depan aku pergi lho. Aku seneng banget." Jelasmu sumringah. Aku mengernyitkan dahi, bingung. "Kenapa kamu?" Tanyamu sambil menyenggolku pelan.

"Kamu nggak capek?" Tanyaku memastikan bahwasannya saat ini kamu sedang berada pada titik kelelahan. Kamu menggeleng sambil tersenyum.

"Capek ya? Apa itu capek? kawannya lelah? bukankah lelah itu nikmat ya? apalagi kalau kamu mensyukurinya?" Ujarmu dengan mata yang berpendar. Dalam bola matamu yang hitam memang tidak kulihat kelelahan, tapi fisikmu yang kini lemah dan terlihat lelah membuyarkan semuanya.

"Kamu mau pergi ke mana?"

"Medan"

"Ngapain?"

"Pergi untuk kembali"

"Maksudnya? Kok aku nggak paham?"

"Kapan sih kamu mau pahami aku? Kalau kamu paham, kamu tak akan banyak tanya" jelasmu sambil mencubit kedua pipiku. Aku bergidik sendiri. Membuang jauh pandangan mataku padamu. "Dilarang ngambek! Ada masanya akan kujelaskan ngapin aku pergi. Satu hal yang harus kamu tahu, kemana pun aku pergi yang kucari adalah ridho Tuhan." Jelasmu sembari menarik tanganku.

"Berapa lama kamu pergi?" Tanyaku lagi takut-takut kehilanganmu

"13 hari InshaAllah. Doain ya agar aku kembali dengan lebih baik lagi." Jelasmu semakin membuatku tak mengerti.

"Mau jalan-jalan ya?" Tebakku. Kamu menggeleng perlahan.

"Akan lebih nyaman jika kusebut ini berjuang." Ujarmu tersenyum. Tanganmu mulai menaikan selimut cokelat.

"Terus tadi ke Bank ngapain? Transfer uang?" Tebakku dan kamu mengangguk.

"Transfer beli tiket lebih tepatnya. Tahu nggak hari ini, aku bawa motor lagi dan kulakukan itu tanpa kacamata. Dan aku berhasil." Jelasmu tertawa renyah. Kelakuan yang baru saja kamu ceritakan seolah menjadi hal hebat yang kau banggakan. Aku hanya bisa mengelus dada mendengar ceritamu barusan.

"Kelihatan memangnya?" Aku panik sebenarnya.

"Kelihatanlah, kaca mataku lupa taruh di mana. Seharian lalu selepas mengetik aku lupa. Jadi nekatlah hari ini. Tapi sebelum nekat berlaku kaya gitu, di dalam hati aku berdoa kenceng banget. Semoga Allah mempertajam penglihatanku. Dan ternyata dikabulkan. Meski tadi pas mau nyebrang hampir diserempet mobil. hehehehe" Jelasmu terkekeh seolah itu adalah hal lucu. Aku terdiam saja tanpa peduli menjawab ceritamu barusan. Bagiku kamu keterlaluan!

"Nggak usah bete! yang penting aku hari ini selamat." Jelasmu menegaskan. Aku hanya bisa menghela napas perlahan.

"Jangan seperti itu lain kali, aku nggak suka!" Ungkapku jujur, aku takut kamu kenapa-kenapa.

"Aku sehat kok, hanya saja ini sisa angin berhari-hari yang lalu tak juga mau pergi dari tubuhku. Kalau masalah tadi, beneran deh itu karena terpaksa. Batas transfer dari pemesanan tiket secara online itu cuma satu jam. Jadi mau nggak mau suka nggak suka aku berlaku nekat demikian." Jelasmu seperti menyesali. Aku mengangguk perlahan, menerima alasanmu yang kurasa bisa dimaklumkan.

"Sepertinya kamu sudah lelah, sekarang istirahatlah" Ujarku menasehatimu sembari menaikan selimutmu hingga pundak agar kau selalu merasa hangat.

"Iya aku harus istirahat sejenak, nanti malam aku bersiap jadi kelelawar. Banyak tugas tulisan yang harus aku selesaikan." Ujarmu sembari menatapku dalam.

"Kalau saja aku bisa menggantikanmu mengetik, pasti akan kulakukan." Ujarku berharap sekali bisa membantumu.

"Kamu hadir dan menemaniku di saat-saat seperti ini, bagiku sudah cukup. Doamu juga sudah sangat membantu. Sudah banyak juga waktu yang kamu beri, itu sudah lebih dari cukup." Senyummu tulus saat mengatakan itu dan memang sebenarnya itu yang senantiasa kutunggu.

Tidurlah.... malam terlalu malam
Tidurlah... pagi terlalu pagi...
Tidurlah... malam terlalu malam
Tidurlah... pagi terlalu pagi... 

Sebait lirik lagi Payung Teduh menjadi pengantar tidurmu malam ini. Semoga kesehatan senantiasa menyertai dirimu.

Aku, kamu!


Selasa, 26 November 2013

Memaksamu...

Dia suka saat kau menghampirinya
katanya... kau...
seperti matahari pagi saat terbit dengan sinarnya yang terik
seperti bulan yang bercahaya dengan pesona luar biasa
seperti senja yang menentramkan di kala sore jelang malam
dan seperti tetes hujan yang turun membasahi bumi dengan wangi tanah yang merekah
kau bisa pilih mana yang kausuka
dan dia memberimu banyak pilihan
kalau dari semua yang dia suguhkan kau tidak suka
dia memaksamu untuk menjadi
secangkir kopi hangat yang diseruput habis di kala penat
dan aku tersenyum saja melihat dia memaksamu dengan begitu sangat!



Tak Juga
Lautan asa dalam rancu yang membiru
Tak juga menghijaukan laut
Yang gesrang karena maut
Tak juga mengindahkan hutan
Yang rupa dengan buruan
Tak juga melantunkan gunung
Yang  ribut karena gaung
Api tak kunjung padam
Air tak kunjung mengalir
Hanya aku yang berjalan dalam penglipur
Yang tak lagi lara




Kalau saja boleh memilih

Aku tak akan memilih pilhan yang disuguhkan olehnya
pun halnya dengan sikapmu yang asyik tertawa melihat itu semua
aku menjadi diriku saja
seperti ini apa adanya
dan kau
nasehatilah dirinya
agar tak acuh padaku!







Dan Api padam karena engkau bukan karena air

Kau tidak percaya?
datanglah engkau dengan membawa air












Pahamku


Hilang
Sesuatu yang pernah kau miliki
namun kini tak lagi ada padamu


Api
Ia mengandung panas dan air penawarnya

Kalimat
Rangkaian kata yang kau pahami maknanya


Mesjid
Tempatmu melabuhkan segala ingin dengan Dia sebagai sandarannya
Rapalkan namaku dalam untaian doamu!


Kopi
Pekat hitam membuat noda
Membekas teramat kuat tiada terlupa
diracik, dikucur, diaduk, diseruput, dirasa
Akan teringat, terbayang, rasanya ... bahkan di kemudian masa.
Aku kopi dalam cangkirmu!


Hujan
Tetes air yang jatuh, meresap ke tanah, kadang kugenggam karena kusuka
Saat di mana aku merapalkan untaian kalimat indah hanya pada Dia yang tercinta


Pergi
saat nanti rasa suka ini beranjak pergi
jangan kau cari
karena kau tak akan pernah lagi menemukannya
pun dalam sesungging senyum maupun selepas tawa


Diam
Mengawasimu tanpa berkata-kata

Esok
Misteri yang kau nanti
yang akan terjadi tanpa kau tahu pasti



Hidup
Ketika kau bermanfaat untuk banyak umat


Suka
Hakku atas apapun
yang membuatku bahagia senantiasa

Marah
Aku tak lagi berkawan dengannya

Sejarah
Yang lalu dan berlalu
bagian dari hidup
pelajaran bagi yang akan datang
kan kau kenang!



Senin, 25 November 2013

Skala Prioritas

Tuhan memberikan waktu 24 Jam dalam sehari. Adakah kita mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat? Minimal untuk diri kita sendiri... ya kalau pun bisa lebih bagus lagi jika bermanfaat untuk orang banyak atau lebih tepatnya umat.

Kali ini saya akan membahas terkait skala Prioritas.
Prioritas di sini akan berkaitan dengan Penting dan Mendesak.

Apa itu Penting?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata "Penting" berarti utama; pokok; perkara; sangat berharga. Dalam hal ini hal yang penting tentu berkaitan dengan MANFAAT.

Apa itu Mendesak?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata "Mendesak" berarti memaksa untuk segera dilakukan karena dalam keadaan darurat atau genting.
Dalam hal ini hal yang mendesak berkaitan dengan WAKTU.

Dari pemaparan di atas skala prioritas dapat terbagi menjadi empat kuadran.

  •   Penting Mendesak
Manfaatnya besar dan harus segera dilakukan. Beberapa hal yang wajib masuk dalam kategori ini adalah melaksanakan perintah Tuhan (Salat, Puasa, membayar zakat dsb). Akan tetapi banyak sekali manusia mungkin termasuk diri saya yang sering lalai dalam menjalankan perintah tersebut dalam kuadran prioritas ini. Contohnya saja sering menunda waktu salat.

Seharusnya begitu mendengar azan, telinga kita yang mendengar sudah memberikan respon kepada pikiran untuk segara melaksanakan ibadah. Namun ada kalanya pikiran tersebut kalah dengan pemahaman bahwa waktu salat masih panjang/lama. Jadilah salat tertunda. Padahal kita tidak pernah tahu umur kita sampai kapan. Bisa jadi saat kita menunda beribadah tiba-tiba malaikat maut mengintai. Tahulah apa yang terjadi selanjutnya jika berlaku demikian?

Beberapa contoh lain yang dapat digolongkan dalam kuadran ini, yakni menolong orang yang kecelakan/akan melahirkan serta melakukan perbuatan kebajikan lainnya.

  •   Penting Tidak Mendesak
Manfaatnya besar namun dapat dilakukan dalam waktu yang panjang/tidak diburu). Segala sesuatu yang masuk dalam kuadran ini adalah kondisi yang ideal. Artinya kita melakukan sesuatu yang bermanfaat namun memiliki waktu yang cukup lama. Hal yang saya golongkan dalam kuadran ini adalah belajar.

Belajar merupakan sesuatu yang sangat bermanfaat. Tanpa belajar kita tak pernah tahu apa pun dan mungkinjuga tidak bisa melakukan apapun. Belajar merupakan sesuatu yang bermanfaat. Tapi waktu yang dibutuhkan dalam belajar ini sangat panjang.


  •   Mendesak Tidak Penting
Harus segera dilakukan tapi manfaatnya tidak begitu besar. Sesuatu yang termasuk dalam kuadran ini lebih sederhananya saya contohkan seperti menerima undangan teman untuk ikut lomba memancing. Lomba memancing berkaitan dengan waktu yang terbatas. Tetapi sebenarnya kegiatan tersebut tidak memiliki manfaat yang besar buat kita.

Hanya saja karena undangan biasanya kita menerima ajakan tersebut. Kalau kita menolak di hari itu kesempatan lomba memancing tidak akan terjadi di kemudian harinya. Jadi hanya bisa dilakukan di hari itu.

·         Tidak Mendesak dan Tidak Penting

Waktunya panjang/tidak diburu dan manfaatnya tidak begitu besar. Sesuatu yang dapat digolongkan dalam kuadran ini menurut saya contohnya bermain game dan pacaran. Bermain game dan pacaran yang dilakukan secara terus menerus sama sekali tidak mengandung manfaat dan termasuk ke dalam orang yang senang menyia-nyiakan waktu. Eh bisa saja sih kalau pacaran itu jelas, jika sudah menikah.  Hehehe


Oke… Setiap manusia itu memiliki sifat dan pemikiran yang berbeda. Begitu pula dalam melakukan segala kegiatan, masing-masing orang memiliki skala prioritas sendiri. Bagian yang terpenting dari pemaparan di atas sebenarnya untuk sekadar mengingatkan saja bahwa jangan sampai waktu 24 jam yang diberikan Tuhan pada kita habis tersia dan percuma.

Contoh yang saya berikan jangan dijadikan sebagai acuan. Hal ini tentu karena prioritas saya dengan yang lain tidak sama. Bisa saja bermain game masuk dalam kuadran Penting dan Mendesak (Posisi ini bisa saja terjadi pada seseorang yang sedang mengikuti lomba bermain catur/apapun. Profesinya memang sebagai pecatur/ grand master. Di satu sisi itu adalah profesi dan dia sedang bertanding mewakili suatu negara. Bermanfaat buat dirinya dan juga negara).

Pemaparan terkait skala prioritas di atas amatlah beralasan. Dalam Al-Quran, Tuhan banyak berfirman dengan mengatas namakan masa/waktu, seperti  Demi masa (Al-Asr), Demi waktu dhuha (Addhuha), Demi Fajar (Al-Fajr) dsb. Hal ini seolah menjadi pengukuhan bahwa sejatinya waktu itu amatlah penting. Penting diisi dan digunakan dengan hal-hal yang bermanfat karena kita hidup di dunia ini hanya sebentar saja. Tak lama karena sejatinya kehidupan yang sebenarnya dan kekal itu ada di akhir(at).

Demikian pembahasan kali ini. Senangnya berbagi ilmu dan inspirasi.







saat tadi

Sekujur kakiku kaku
Dingin tanpa bisa ditolak
Sementara suhu meningkat perlahan.
Cemas, ada yang kupikirkan.
Kutanggalkan sebentar ia di sana.

Kala itu semua lelap dalam mimpi di malam jelang dini hari. Mata tak lagi bisa dipejam. Dingin terasa dalam panas, entah terjadi peperangan apa dalam jasad ini.
Selimut cokelat yang hangat seolah menjadi penyelamat.

Aku beradu dalam hati, setelah sebelumnya berdialog singkat.
Mungkinkah dia mengintaiku, seperti saat lalu?

Kugerakkan secara paksa, badanku bergerak juga. Entahlah aku takut!
Tapi hatiku bilang kau pemberani.
Usai sudah niatku terjalani
Dalam sujud pada ka'bah yang terhampar di lantai aku merapal untaian ingin. Melabuhkannya dalam panas yang dingin. 

Berharap ini semua usai, lebih cepat dari yang kuingin.

Published with Blogger-droid v2.0.10

Minggu, 24 November 2013

Dialog Sakitku

Sakit: Aku suka denganmu

Aku: Tapi aku Tidak!

Sakit: sejak kapan?

Aku: sejak kenal kamu

Sakit: Aku kan pengugur dosamu

Aku: Aku tahu, tapi janganlah berlama-lama denganku

Sakit: Harusnya kau senang?

Aku: Aku senang jika dosaku gugur, namun lebih senang sehat dan mengumpulkan pahala dengan macam ketaatan pada Tuhan, berkumpul dengan banyak orang, bermanfaat bagi sesama dan umat.

Sakit: Baiklah, aku sekejap saja mampir padamu, sesekali untuk membuatmu istirahat lebih lama dibanding biasanya. Tuhan sayang padaMu melebihi yang kau tahu. Aku datang untuk memulihkan bagian anggota tubuhmu. Jangan mengeluh dan sedih jika aku hadir atau sekelabat mampir.

Aku: Benarkah?

Sakit: Ya, hadirku padamu juga atas izin dariNya. Bersyukurlah, Tuhanmu ingin membuatmu lebih sehat. Ada batas waktuku padamu. Aku tak akan berlama-lama

Aku: Alhamdulillah, terima kasih ya ^^

Sakit: Berterimakasihlah dengan menyebut nama Tuhanmu

Aku: Allah, Allah, Allah. Alhamdulillah

Published with Blogger-droid v2.0.10

Mudahnya menjadi orang pandir.
Meremehkan titipan Tuhan demi yang lain.
Merasa diri seolah paling mampu, padahal tak begitu.
Dan kini, nikmatilah akibat perbuatan itu. :'(

Ternyata menjadi orang yang multitasking tak semudah yang dilakukan dibanding dipikirkan. Kemarin pelajaran berharga untuk diri saya terutama untuk mata dan hati!

Rasa kasihan dan tegaan dengan orang lain justru membuat diri terzalimi sendiri. Padahal jelas-jelas kasihan itu takabur. Kasihan adalah saat dimana kau merasa bahwa kondisimu lebih baik dari orang yang kau kasihani. Padahal seharusnya yang muncul adalah perasaan mengasihi. Tapi ya sudahlah, tulisan kali ini tak ada niat untuk mengeluhkan yang lewat. Buat apa juga? Hanya saja ini sebagai pengingat bahwa ada kalanya manusia perlu tegaan alias tidak terlalu pakai perasaan!

Ini berkaitan dengan komitmen dalam sebuah grup yang saya ikuti. Ada perjanjian di sana namun semuanya tak mentaati, dan lagi-lagi saya sendiri yang jadi korban. Terutama mata. Seharian kemarin, mata saya sudah bekerja dengan amat luar biasa seharian penuh. Menatap layar 11 inch hanya berjeda saat sholat saja. Sisanya dia bekerja ekstra. Malamnya, di saat selesai ia justru dipaksa bertugas lebih ganas. Menatap layar yang ukurannya tak lebih dari remot tv dan memandanginya hingga dini hari menjelang. Tak tega dengan yang lain, seolah menjadi alasan bahwa mata laik dikorbankan. Padahal saat itu ia sudah mengirimkan sinyal-sinyal bahwa ia butuh dipejamkan.

Disaat-saat seperti itu, sebenarnya saya sadar sedang zalim pada diri sendiri dan juga Tuhan. Namun tetap saja aktivitas tersebut berlanjut demi keberlangsungan suatu grup.

Keyakinan bahwa Tuhan Maha Pengampun seolah menjadi sandaran tersendiri dalam diri untuk berlaku pandir seperti itu tadi. Hasilnya... tak semaksimal usaha yang dilakukan. Efeknya ^^? Tuhan kasih nikmat penggugur dosa (Baca:sakit)

Semoga benar-benar menjadi penggugur di musim semi seprti ini (anggaplah begitu) dan terima kasih untuk mata terutama. Caramu memberitahu bahwa engkau teramat lelah sungguhlah tepat. Tetesan air yang berjatuhan semalam adalah peringatan yang luar biasa yang begitu mengena di hati dan pikiran.

Hati... terima kasih sudah peka! Tanpa kau apalah arti tubuh ini. Engkau merasai secara saksama tanpa bisa ditutup-tutupi. Dan pada akhirnya yang bisa dilakukan saat ini adalah meminta maaf pada Tuhan disertai syukur yang tiada tara. Betapa ciptaan (anggota badan) ini sempurna Kau ciptakan. Hanya kepandiran diri ini yang membuat semuanya terabaikan. Maafkan saya, Tuhan...

Engkau Maha Pengampun.

*pandir= orang bodoh

Published with Blogger-droid v2.0.10

Sabtu, 23 November 2013

PEKAlah...

Ada kalanya hal yang sangat berarti di mata kita, menjadi hal yang paling sederhana di mata orang lain. Begitu pula sebaliknya.

Selamat dini hari...
Pagi  ini ada sesungging senyum yang bersinar dalam terang.

Senyum itu seketika berubah menjadi tawa yang renyah. Ada hal-hal sederhana yang dibuat rumit oleh seseorang. Mungkin begitu pula sebaliknya. Entahlah...

Ada kalanya canda bertukar isi dengan serius, pun sebaliknya.
Jangan hanya lihat bungkusnya, pahami juga rasa dan isinya ^^

Perhatikan bahasanya, pahami konteksnya, lihat strukturnya.

Tanyakan maksud yang sebenarnya, hindari berbicara sendiri yang akan berujung pada prasangka.

Menilai orang lain memang mudah, sudahkan diri menilai sembari berkaca ^^?

Mengingatkan orang yang salah sangka tak semudah mengingatkan orang yang mudah berprasangka.

Kadang kita merasa lebih pintar, merasa lebih paham dengan maksud dan tujuan seseorang. Namun sebenarnya kita 0 besar.

Tulisan ini saya dedikasikan untuk para sahabat yang mudah sekali mengambil kesimpulan terhadap orang lain.

Hati-hatilah dalam melangkah, menilai, dan menarik kesimpulan.

Perhatikan kalimat saya, "Gimana coba, kalau..." Sebuah pengandaian yang terkadang  dimaknai lain, bergantung PMV orang masing-masing :D

Published with Blogger-droid v2.0.10

Jumat, 22 November 2013

Belajar Menjadi Kopi


Kopi
Pekat hitam membuat noda
Membekas teramat kuat tiada terlupa
diracik, dikucur, diaduk, diseruput, dirasa
Akan teringat, terbayang, rasanya ... bahkan di kemudian masa.

kopi


Belajar menjadi kopi. Tak mudah memang! Butuh proses panjang! Berbeda dengan belajar menyukai kopi!

Sebagian manusia terkadang lebih sering menjadi gula atau garam yang terlarut dalam air. Ia kalah dengan air sedangkan segelintir orang dengan amat mudahnya menjadi kopi. Membuat orang lain menjadi hitam dan pekat. Justru mereka yang mempengaruhi air. "Maracuni" air hingga akhirnya air tersebut menjadi (secangkir)  kopi.

Beberapa waktu lalu aku menceburkan diriku dalam secangkir kopi. Aku mencoba larut dan menjadi bagian dari tetesan air berwarna hitam pekat tersebut. Namun... ternyata aku tetap menggumpal dalam cangkir kopi itu. Ada yang berbeda antara aku dengan cairan itu. Tadinya aku berpikir bahwa aku terlalu bodoh hingga tak bisa larut dan berbaur dalam cangkir tersebut. Namun pikiran tersebut segera kutepis.... sepertinya aku tidak cocok masuk dalam cangkir kopi tersebut. Mungkin ada cangkir kopi lain yang akan tepat aku masuki.

Setiap manusia memiliki kecerdasannya masing-masing pun dalam bidang yang berbeda-beda. Inilah yang kumaksudkan dalam tulisan kali ini. Beberapa hari yang lalu aku mencoba sesuatu yang baru dalam hidup. Mengikuti kegiatan yang sebelumnya tak pernah aku ikuti. Bahkan aku ikut berdiskusi dan mencoba menjadi bagian dalam "ilmu baru" tersebut. Namun sayang... tak sampai penuh aku memahami maksud dan pembicaran mereka. Terlalu tinggi. -___-" (Serasa jadi pendengar yang bodoh) karena hanya bisa senyum dan angguk-angguk kepala saja. Tapi.... itu tak berlangsung lama. Aku memaknai itu sebagai pengetahuan dan wawasan baru dalam hidupku. Jadi tak akan kusesali aku pernah menceburkan diri ke sana. Meski kuakui tak bisa berlama-lama karena aku menggumpal di sana. Hahahahahha

Pada akhirnya aku mencari secangkir kopi yang pas buatku. Aku berbaur dengan nyaman dengan mengikuti putaran arus adukannya. Aku membersamainya. Hingga kini aku bisa menjadi kopi. Kopi yang bisa memekatkan dan "meracuni" air.

Belajar Menjadi Kopi... tidak mudah. Tapi bisa kok.
Jadi temukan Cangkirmu dan Pekatkan cangkir baru!


Kamis, 21 November 2013

Empat Kata Ajaib

Manusia...
Semakin dewasa, semakin aneh saja tingkahmu.

Tidakkah saat kau kecil, ayah bundamu mengajarimu mengucapkan empat kata ajaib padamu?
Sudah terlupa? Atau sengaja melupakan? Atau ingatan dalam otakmu kini memudar seiring dengan perkembangan perilaku?
Atau memang mereka tak pernah mengajarimu?

Aku tak akan banyak bercakap
Di sini kuingatkan empat kata ajaib itu padamu.
Jika memang kau belum pernah tahu, anggaplah ini pengetahuan baru. Ilmu!

Terima kasih, Maaf, Permisi, dan Tolong.
Sederhana bukan? Tapi tahukah kamu bahwa empat kata ini adalah kata ajaib?
Empat kata ini dapat mengundang senyum bagi yang mendengarnya. Membuat sang pengucap menjadi   pribadi yang santun dan rendah hati.
Tak akan ada lagi lecutan konflik jika empat kata ajaib ini senantiasa menjadi hiasan dalam diri ketika berujar. Namun bukan sekadar hiasan yang dipandang, tentu diterapkan.
Kini kau sudah dewasa, wahai manusia. INGAT dan terapkanlah empat kata ajaib ini dalam hidupmu yang Nano-Nano. Agar kebahagiaan senantiasa menjadi teman hidupmu.
Tak percaya ^^? Coba praktekkan, dan jangan lupa disertai senyuman :D
Published with Blogger-droid v2.0.10

Rabu, 20 November 2013

Jangan rindukan aku

Kita akan jarang bertemu, kamu jangan rindu. Andaikan kamu mau oleh-oleh dariku, aku cuma punya doa, jangan minta selain itu!

Entah, siang ini tiba-tiba menuliskan kalimat itu dengan gampang dan gamang. Seperti ingin pergi jauh. Entah, jauh ke mana. Aku sendiri tak tahu jawabannya.

Ada kalanya perasaan tak jelas hadir disaat keikhlasan tak jadi sandaran. Terhadap apa? Sesuatu yang membuat diri tak tenang dan tak karuan. Seseorang, mungkin iya bisa menjadi jawaban.

Untaian kalimat di paragraf pertama kukirimkan pada beberapa teman perempuan dekat.

Responnya? Banyak hal, banyak rasa.

Sebagian menangis, mereka terlalu melankolis. Seperti aku.

Sebagian menerka dan bertanya membabi buta, mau kemana kakiku melangkah lagi. Semua kujawab dengan: Entah!

Tadi sesaat terasa malaikat maut mengintip dan mengintai.
Mungkinkah selanjutnya aku yang dipanggil Tuhan

Atau dia sebenarnya hanya ingin memastikan bahwa selanjutnya adalah aku.

Bisa saja begitu...

Hai kamu... kalau aku nanti tidak ada, jangan kecewa dengan dirimu sendiri ya... tidak menyapa aku beberapa waktu lalu.

Dan kamu, aku minta dikucurkan maaf dengan segala ikhlas, agar aku tenang dan damai.

Di sini

Di tempat ini

Kini

Atau nanti

Published with Blogger-droid v2.0.10

Salam ^^

Assalamualaikum wr. wb.

Siapapun kalian... setelah membaca salam atau sekadar mendengarnya wajib hukumnya untuk menjawab atau membalasnya. 

Mungkin kedengarannya remeh bahkan akan menjadi temeh jika seseorang menganggap lalu dan berlalu. Padahal tahukah kalian apa itu salam. Itu adalah ucapan yang amat disukai oleh para malaikat. Salam merupakan sebuah doa. Doa sederhana yang begitu mengena. Sayang manusia (mungkin termasuk saya) masih sering mengabaikannya.

Assalamualaikum wr. wb.
Bukan sekadar sapaan biasa
Assalamualaikum wr. wb.
Semoga kedamaian dilimpahkan kepadamu diiringi dengan rahmat dari Allah dan juga berkah dari Allah untukmu.

Seseorang yang mengucapkan salam kepadamu adalah orang-orang yang menyayangimu. Ia ingin dirimu selalu dalam kedamaian... rahmat... dan keberkahan dari Allah swt. Sudah sepatutnya bagi diri kita yang mendengarnya untuk membalas dengan jawaban yang baik pula. 

Islam...
Kesederhanaan yang begitu mengena darimu semakin membuatku jatuh pada cinta-Nya
Begitu jeli dan rapi kau mengatur segala sesuatu dengan sempurna
Bahkan sebuah sapaan sederhana mengandung makna yang luar biasa.

Ucapkanlah salam ketika dihina orang Bodoh. Salam= Doa (Inti Sari QS:25 ayat 23)



Senin, 18 November 2013

Metode Rapat Master Mind


Sering mengadakan sebuah rapat? Sering menemui kesulitan saat rapat? Waktu yang digunakan saat rapat begitu lama dan bertele-tele? Dalam rapat masih ada yang mendominasi? Kadang rapat justru menimbulkan permasalahan/keributan? Dalam mengemukakan pendapat terkadang selalu ada yang bertahan dengan ego dan emosi yang besar? Hati-hati bisa jadi rapat yang Anda lakukan adalah RAPAT SETAN.

Saya teringat akan suatu rapat yang saya alami saat kuliah dulu. Rapat pleno LPJ yang jurusan saya lakukan hampir menghabiskan waktu berjam-jam bahkan melebihi jam kuliah sekitar jam 10 Malam. Padahal rapatnya dimulai setelah zuhur. Ampun.... ternyata yang saya ikuti adalah Rapat Setan. Bukan penyelesaian yang didapat namun justru menimbulkan benih-benih ketidaksukaan hingga menimbulkan buah permusuhan. 

Sekarang setelah tahu ilmunya alhamdulillah saya sudah tak lagi mengikuti model rapat seperti ini. Sebenarnya tujuan dalam sebuah rapat itu apa sih? Mencari sebuah solusi dari permasalahan yang ada. 

Berikut ini saya jelaskan secara ringkas terkait sebuah metode rapat yang sangat nyaman dan cocok diterapkan oleh siapa saja. Master Mind

Prinsip-prinsip Master Mind
  • Rapat tidak bertele-tele
  • Ada batas waktu
  • Semua memberi saran dan solusi
  • Tidak saling mencela antar peserta rapat
  • Persoalan yang dibahas bebas
  • Harus ada time keeper
  • Suasana suka cita
  • Dilarang berdialog (berbicara dengan orang lain) dalam satu forum
  • Boleh memberi feed back
  • Tidak jaim
  • Harus saling mendukung
  • Tidak perlu mempertahankan pendapat
  • Tidak saling menyerang.
  • Mengutamakan kerendaahan hati
  • Taat pada keputusan pemimpin rapat

Saya jadi teringat bahwa metode rapat Master Mind kini sudah banyak diterapkan dalam berbagai kegiatan. Salah satunya saat saya mengikuti kegiatan Kepemimpinan Muslim Muda Indonesia-Malaysia di Bogor beberapa waktu lalu. 

Kelompok kami (Khalid bin Walid) terkadang sering mengadakan rapat untuk sekadar pembagian tugas. Secara tidak langsung rapat pembagian tugas/ pengerjaan yang mereka lakukan telah menggunakan prinsip Master Mind sehingga tak jarang kelompok kami selesai lebih awal dibanding kelompok lain. Biasanya secara teknis kami semua duduk melingkar. Setiap orang diberi kesempatan untuk membentangkan pendapatnya. Waktu rapat/diskusi juga dibatasi sekitar 5-10 menit saja. Keputusan apapun yang diambil oleh pemimpin ditaati oleh semua anggota.

Bahagianya... hal ini menunjukan bahwa kerendahan hati sudah menjadi bagian dari diri mereka tanpa mereka sadari. Itulah kunci dari sebuah kekompakan suatu kelompok. Menikmati proses dan menghargai hasil. :D


Dhuha... Bagaimana bisa aku meninggalkanmu

Dhuha...
Betapa aku jatuh pada cintaMu...
Di waktu terang benderang yang menghangatkan
Memberi ketenangan pada jiwa dan pikiran.

Dhuha...
Bagaimana bisa aku meninggalkanmu...



1. Demi waktu matahari sepenggalan naik,
2. Dan demi malam apabila telah sunyi.
3. Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu,
4. dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan.
5. Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan
karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas.

6. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu.
7. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.
8. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.
9. Adapaun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.
10. Dan terhadap orang yang minta-minta maka janganlah kamu menghardiknya.
11. Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu nyatakan (dengan bersyukur).
 (QS. Adhuha 1-11)

Entah kenapa tiba-tiba saya ingin menuliskan tentang Dhuha. Ada dorongan tersendiri saat saya menuliskan ini. Mungkin ini salah satu bentuk pengingat saya terhadap sesuatu. Dhuha! Salat duha merupakan salah satu salat sunah yang paling saya sukai. Mungkin beberapa orang juga suka. Terlebih balasan yang didapat atas pengerjaan ibadah tersebut. Tapi bagi saya bukan itu saja. Awalnya saya jatuh cinta dengan surat Adhuha. Artinya sungguh mampu membuat saya tenang dan damai. Terlebih di ayat ke (3,5,7, dan 8). Rasa cinta saya lebih terasa ketika Dhuha menjadi salah satu waktu spesial yang dapat membuat diri ini mengenal dan mendekati Tuhan. Ada salatnya dan ada suratnya.
Dalam pengerjaannya salat Dhuha dapat dikerjakan dalam jumlah dua rakaat/ empat rakaat/ enam rakaat/ delapan rakaat/ dua belas rakaat. 
Terlebih Rasulullah pernah bersabda:
“Barang siapa mengerjakan shalat Dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditetapkan termasuk orang-orang yang lengah. Barangsiapa shalat empat rakaat, maka dia tetapkan termasuk orang-orang yang ahli ibadah. Barang siapa mengerjakan enam rakaat maka akan diberikan kecukupan pada hari itu. Barang siapa mengerjakan delapan rakaat, maka Allah menetapkannya termasuk orang-orang yang tunduk dan patuh. Dan barang siapa mengerjakan shalat dua belas rakaat, maka Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di Surga. Dan tidaklah satu hari dan tidak juga satu malam, melainkan Allah memiliki karunia yang di anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya sebagai sedekah. Dan tidaklah Allah memberikan karunia kepada seseorang yang lebih baik daripada mengilhaminya untuk selalu ingat kepada-Nya” (Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani).

MashaAllah enaknya ibadah itu... mengerjakan dua rakaat dalam sehari saja dapat jaminan dari Allah seperti hadis yang saya jelaskan di atas. Lalu masih mau mengelak? Masih tidak mau mengerjakan ibadah yang memiliki keutamaan seperti di atas? Sayang sekali...

Pernah saya dengar kajian dari para ustad ternama bahwa menjalankan salat Dhuha merupakan salah satu cara untuk menjemput rezeki. Jangan pernah mengartikan rezeki di sini dalam artian sempit seperti materi saja. Rezeki Tuhan itu luas. Kesehatan salah satunya! Bukankah dengan jiwa dan pikiran yang sehat kita bisa melakukan banyak hal bermanfaat. Tentu bermanfaat untuk umat atau minimal manfaat diri sendiri. Memang rezeki secara materi pun tak menutup kemungkinan bisa mengalir deras bagi siapa saja yang menjalankan sunahnya (termasuk dhuha ini).

Sebagai penutup berikut saya tampilkan doa setelah salat dhuha.

Allahumma innadh dhuha-a dhuha-uka, wal bahaa-a bahaa-uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuka. allahuma inkaana rizqi fis samma-i fa anzilhu, wa inkaana fil ardhi fa-akhrijhu, wa inkaana mu’asaran fayassirhu, wainkaana haraaman fathahhirhu, wa inkaana ba’idan fa qaribhu, bihaqqiduhaa-ika wa bahaaika, wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatini maa ataita ‘ibaadakash shalihin.

Artinya:

“Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagunan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh”.

Aamiin... Aamiin... Ya Rabbal Alamiin...

Pada waktu Dhuha ini tiba-tiba saja saya teringat Bu'e yang ada di Merapi tepatnya Desa Glagaharjo. 
Merapi di Glagaharjo
Ternyata saya baru tahu bahwa terjadi gempa tektonik lokal yang menyebabkan terjadinya erupsi. Semoga Bu'e dan semua orang baik di Desa Glagaharjo senantiasa mendapat lindungan Allah. Senantiasa mendapatkan kesehatan jasmani maupun kesehatan iman. Bu'eku.... Tuhan tidak pernah meninggalkanmu. Allahuma aamiin...