Rabu, 23 April 2014

Ketika Malaikat ke Jakarta

25Maret 2014-10 April 2014
Akhirnya bertemu juga di ibu kota
Sepasang malaikat yang senantiasa dirapal namanya dalam doa menjejak juga

Berkeliling sekitar tiga hari di Jakarta dari matahari terbit sampai matahari terlelap ternyata menyimpan kepuasan yang luar biasa

Keliling surau, TMII, Monas, Asemka, sampai pada akhirnya Kota Tua. Tak lupa cipadu menjadi pemula dan akhir yang dituju

Bahagia? Sudah pasti tentu saja. Saudara tak mesti sedarah, dan kami bersaudara :D alhamdulillah

Semoga Allah senantiasa mempererat tali kasih persaudaraan kita

Untuk kak wina dan bang heri
Sampai berjumpa lagi di waktu yang tepat :)

Ngebolang sama Abang Part 1

Selamat malam

Assalamualaikum....
Kangen kamu... blogku tercintaaaa
Penulisan kali ini kulakukan spesial lho... perjalanan menuju rumah Abang. Yap aku lagi di kereta serayu malam.

Tadi kami berangkat dari rumah bada Ashar. Mama sama pak Mundir dan juga ucen mengantar kami sampai impres depan. Selanjutnya kami melakukan perjalanan ngebolang berdua naik kopaja 69 berlanjut trans jakarta sampai ke kota.

Bawaan kami sedikit tapi beratnya ampun2an. Hahahah yang bawa berat sih Abang, kalau aku masih setia dengan tas ngebolangku. Oh iya selama perjalanan di trans kami tebak-tebakkan kira-kira sampai jam berapa di stasiun kota. Tebakanku tepat, kami sampai pukul 18.30 yeay.... abang kalah. Sanksinya aku ditraktir es krim. Yipppy... abang beli es krimnya tiga, padahal kami cuma berdua. Akhirnya... jeng jeng jeng jeng jeng... ada anak kecil yang abang kasih es krim setelah sebelumnya abang minta izin ibunya sang empunya anak untuk ngasih es krim. Hehehehe

Sebelumnya abang solat dulu di dalem sementara aku jaga tas. Sembari jaga tas, aku kenalan sama petugas loket namanya Pak Haryanto. Orangnya baik, di saat tempat duduk habis dan semua orang duduk di lantai, aku dikasih duduk. Alhamdulillah dan kami ngobrol banyak sampai-sampai abang datang. Yeay

Ini kereta baru berangkat meninggalkan stasiun kota. Kami tadi habis makan ayam goreng kampung bekal dari mama.
Enak! Tadi abang nyuapin aku. Biarin deh dilihatin penumpang lain. Sweet banget. Hahahha
Oh iya selama nunggu kereta datang, tadi bbman sama april. Jadi kangen april... huhuhuhuhu semoga masih bisa ketemu lagi. Aamiin.

Oh iyaaaa... jarang-jarang kalau ngebolang dapat tempat duduk yang berdua, alhamdulillah harapan itu terwujud. Aku duduk berdua sama Abang. Hehehehehe

Besok InshaAllah akan sampai sidareja sekitar pukul 05.00 dab sampai rumah abang, eh rumahku juga pukul 06.00 aamiin. Semoga lancar.

Ngomongin kereta serayu malam aku mau kasih info dikit nih. Kereta ini harganya cuma Rp35.000 ekonomi AC. Nyaman, aman, tenang, semoga selamat sampai tujuan. Full musik dangdut, seriusan. Ini bikin ngantuk hahahahah. Colokan listrik lengkap MashaAllah enak pisan, apalagi perginya sama Abang, suami terkasih Reisa Dara Rengganis

^^/

Okeeeee sekian dulu ya blog cantik. Bantikan kisahku ngebolang pulau jawa mulai sekarang

NikmatNya yang mana yang aku dustakan?

Rabu, 16 April 2014

Rindu Sang Pengantin

Rindu Sang Pengantin

Ia sudah selesai merapikan rindunya. Kini ditatanya secara apik  dalam sela-sela kasih
Katanya biar terlihat lebih mempesona.
Namun sayang, rindu itu tercecer juga. Tak terbendung karena semakin membesar dan melebar.
Ah rindu... rasanya begini dan begitu.
Pengantin baru sudah usai, tapi rindu baru dimulai
Terlebih pasangannya berada di sebrang, menjutai rindu dengan perlahan.
Segeralah pulang, habisi rindumu sekarang, lewat doa atau temui di hadapan.

Untuk Abang yang 11 hari dinas di Semarang

Merindukanmu itu candu!

Rabu, 09 April 2014

Pemilihan Umum 2014

Alhamdulillah sudah selesai mengikuti dan menjadi bagian dari pesta demokrasi.

9 April 2014

Alhamdulillah... pilih siapa? Hehehehe Allah tahu siapa yang kupilih. Pilihan terbaik di antara yang... ah entahlah

Bismillah saja tadi. Ada 4 kertas yang harus dicoblos. Hohoho

Terlalu banyak manusia dengan aneka rupa dan senyum

Pilih siapa... hayooo

Souvenir pernikahanku (kisah kami)

Kisah Kami (untuk 19 Maret 2014)

“Pokoknya nanti aku nikahnya kalau nggak sama anak IPB ya ITB. Kalau nggak Bandung ya Bogor.”

Kalimat itu sering aku ucapkan pada teman-temanku saat lalu. Selintas memang terdengar konyol, namun pada akhirnya kini aku menikah dengan lelaki lulusan IPB.

Alhamdulillah. Rasa-rasanya seperti mimpi, tapi ini nyata yang dihadirkan Tuhan untukku dan juga dia. Skenarionya memang selalu indah. Tak ada satu pun makhluk bernyawa yang mampu menebak skenario hidup rancanganNya, pun halnya denganku. Tak pernah terbayang bahwasannya lelaki yang menjadi lawan mainku dalam sebuah drama pada pelatihan akhlak kini menjadi imamku.

24 Februari 2014

Pertama kali aku berinteraksi dengannya. Dia menawarkan diri menjadi lawan main dalam drama pelatihan akhlak Alfaizin. Selepas Isya kami berlatih drama. Kisahnya? Tentang seorang gadis yang minta putus dari pacarnya. Alasannya? Islam tak mengenal pacaran. Jika pun mengenal tentu dalam sebuah ikatan suci pernikahan. Berkali-kali dia berlatih berkali-kali juga aku mengingatkan bahwasannya percakapannya kurang pas. Sampai pada akhirnya aku menuliskan teks yang harus dibacakan dan hafalkan. Saat itu rasanya sebal karena biasanya lawan mainku bukan dia. Segala hal bisa dipelajari dan dia mau belajar.

25 Februari 2014

Kami akhirnya tampil drama di hadapan 33 peserta pelatihan (Dari Malaysia dan Indonesia) Di luar dugaan, bahwasannya lawan mainku lihai dan pandai berdrama padahal malamnya sempat kuragukan. Drama tersebut sukses besar, bahkan beberapa orang menyatakan suka dengan akting kami. ada salah seorang peserta yang merasa drama tersebut bukanlah sekadar drama. Tapi seolah nyata dan entah kenapa ada perasaan yang berbeda antara aku dan dia.

Usai drama… sahabatku yang juga menjadi notulis dalam pelatihan begitu bersemangat untuk menjodohkan kami. Mereka bilang kami cocok. Bahkan Abangku sendiri menyatakan bahwa antara kami ada chemistry. Awalnya aku mengabaikannya namun pada akhirnya aku tertarik juga untuk mendengar tentang dia dari sahabatku ini. Dia tidak merokok dan tidak pernah pacaran. Syarat terkait calon imamku terpenuhi olehnya.

Iseng… tangan ini jahil mencari tahu tentang dia lewat jejaring sosial. Hanya tahu nama depannya saja. Dan Entah kenapa namanya muncul pada bagian teratas pencarian. Klik. kaki lemas seketika saat membaca seklumit profilnya: Pernah belajar di Insitut Pertanian Bogor jurusan Kehutanan.

26 Februari 2014

Aku dan sahabatku izin pulang sebentar karena ingin mengambil kaos kaki dan bertemu dengan Adik dan Kakak yang kebetulan ada di rumah. Ada percakapan antara sahabatku dan kakak tentang dia yang tanpa sengaja didengar oleh suami mama. Berawal dari sebuah tantangan yang berujung pada keberkahan. Malam itu juga dia datang ke rumah. Percaya atau tidak aku resmi dikhitbah. Dia menyatakan keseriusannya untuk menikah denganku pun halnya aku yang bersedia untuk dinikahi olehnya. Di dunia ini tak ada yang kebetulan. Anehnya seluruh keluargaku saat itu berada di rumah. Komplit. Mama yang baru saja pulang dari surau terkaget-kaget saat melihat dia hadir di rumah dan diberitahu bahwa dia serius denganku.

27 Februari 2014

Dalam setiap doaku aku selalu meminta pada Tuhan agar memberikan jodoh terbaik dari yang paling baik buatku. Jujur aku tak begitu mengenal dia. Pun halnya dia terhadapku. Namun di saat keraguan itu muncul Tuhan selalu memberi keyakinan dengan caraNya yang elegan.

Usai pelatihan di hari kamis sekitar pukul 17.00 aku membereskan peralatan notulisku. Bukan sebuah kebetulan bahwasannya pada saat itu dia berada di tempat pelatihan. Dia duduk tepat di sebelahku. Padanya aku meminta tolong untuk mencabut colokan kabel netbookku. Dia mengangguk dan segera mencabut colokan tersebut. Dalam sepersekian detik saat dia mencabut colokan aku berdoa dalam hati

“Ya Rabb… jika dia memang yang terbaik untuk hamba dia akan memberikan colokan netbook hamba dalam keadaan tergulung/dirapikan. Jika tidak… Hamba akan ragu padanya”.

Allah benar-benar meyakinkanku bahwasannya dia memang pilihan Allah buatku. Aku sudah mengadahkan tangan untuk menerima kabel netbookku Namun apa yang dilakukan? Dengan sopan dan santun dia meminta izin padaku untuk menggulung colokan tersebut. Dengan perlahan dia menggulung colokan tersebut dengan rapi dan apik lalu setelah itu meyerahkan padaku dengan tersenyum meski pandangannya tertunduk.

Allahu Akbar… keyakinanku semakin mantap. Sinyal yang dikirimkan Tuhan benar-benar sampai dan membuat badanku merinding. InshaAllah memang dia orangnya.
***

Dia… tak pernah sedikitpun berniat mencari tahu tentangku. Ketika kutanya alasannya dia hanya menjawab nanti saja biar tahu sendiri setelah menikah. Sementara aku? Banyak orang yang bercerita tenang dia tentang ketakutan dan ketaatannya pada Tuhan.  Interaksi kami diawal-awal sebatas sms itupun bisa dihitung dengan jari. Lucu, semua pertanyaan yang kuajukan dijawabnya dengan dua sampai tiga huruf saja “Ya” atau terkadang “iya” atau “ok”. Awalnya gregetan namun akhirnya aku paham memang seperti itulah dia.

Berita tentang khitbahku secara mendadak pada akhirnya sampai juga di telinga Ayah. Ayah yakin bahwasanya dia adalah jodohku meski saat itu Ayah belum pernah bertemu dengannya. Entah kenapa saat itu aku memiliki feeling bahwa Maret ini aku akan menikah. Dan ternyata benar saja bahwasanya ayah memintaku untuk menikah di bulan Maret. Ketika kusampaikan padanya dengan mantap dia menjawab SIAP.

Segala kemudahan diberikan oleh Allah atas niat kami menikah di bulan ini. Dari mulai mengurus berkas untuk pendaftaran ke KUA sampai pada mencari kontrakan untuk tempat tinggal kami sementara. Alhamdulillah banyak sahabat dan saudara yang membantu. Selama berdiskusi dengannya  untuk acara tgl 19 Maret 2014, sedikit demi sedikit aku tahu tentang dia.

Dia tak pernah bosan untuk mengingatkanku agar sentiasa meluruskan niat untuk mendapat ridho Allah dan menjadi Rahmatanlilalamiin. Aku yang senantiasa meluap-luap selalu diredam olehnya yang kalem. Sederhananya… taatnya… dan keberaniannya bertanggung jawab atasku menjadikan dia spesial. Dan aku jatuh pada cintanya. ketika ditanya kenapa yakin dengan orang yang baru dikenal kurang dari sebulan, jawaban terkuatnya adalah karena Allah.

Alhamdulillah… Alhamdulillah… Alhamdulillah Terima kasih Rabb. Barakallah untuk semua tamu undangan yang hadir.

Terima kasih atas doa restu  dan bantuan yang telah diberikan pada kami hingga kami bisa menjejaki tanggal 19 Maret 2014 ini dan maaf jika ada kekurangan/ kekhilafan yang kami lakukan.
   

Salam
Reisa dan Tri

Senin, 07 April 2014

Aku dan Abang

Maaf, meskipun aku pandai merangkai kata atau pun membuat kisah aku tak bisa romantis padamu.

Bukan karena tak ingin atau tak mau, sungguh aku tak bisa. Jika kau masih memaksa dan mengeluhkan itu, aku pasrah saja.

Jika kau tanya alasannya, entahlah aku tak punya jawaban untuk itu semua. Yang pasti, setiap ada kamu romantisku sekejap hilang. Seolah tersedot oleh hadirmu.

Bagiku, memandangimu saat kamu terlelap adalah hal romantis yang aku lakukan tapi kamu tidak tahu karena saat itu matamu terpejam.

Saat aku memasak makanan untukmu dengan untaian doa dan harapan agar kau suka dan bahagia bagiku itu romantis.

Saat aku menyetrika pakaianmu dengan semangat agar kamu senantiasa terlihat rapi, bagiku itu romantis

Saat aku senantiasa mengingatkanmu untuk mencuci muka, tangan, dan kaki setiap kau pulang dari bekerja , bagiku itu romantis

Aku tak paham definisi romantis bagimu abang, sungguh tak paham. Ketika kutanyakan definisi yang kau maksud dan inginkan kau hanya terdiam sambil tersenyum.

Lalu... ketika kau bilang aku sedikit galak, aku lebih bingung lagi. Galak? Apa definisimu tentang galak? Ketika kutanyakan seperti apa galak yang telah kulakukan padamu kau hanya tersenyum lagi.

Apakah karena aku malarangmu melakukan ini dan itu? Atau karena apa? Entahlah...

Aku tahu, kamu kasih padaku. Pun halnya aku padamu. Tapi jika kau tak juga menjelaskan definisimu, maumu, harapanmu, aku bisa apa? Belajarlah... aku pun sedang belajar mengenalmu, memahamimu.

Catatan: Setiap hari kita belajar. Bukan untuk menjadi pintar, bukan untuk menjadi tahu. Tapi untuk mengenal kamu, mengenal Tuhan. Mengenal Allah.

Catatan untuk reisa:

Nduk... kamu salah.
Abangmu ini tak pandai merangkai kata sepertimu
Abangmu ini kaku
Maksud abang, abangmu yang tak bisa romantis ke kamu, Nduk.

Nduk, romantismu di mata abang itu, ketika kamu memijat kaki abang yang sedang sakit.

Nduk, romantismu di mata abang itu, ketika kamu nggak pernah lupa membuatkan abang secangkir air madu hangat.

Nduk, romantismu di mata abang itu, ketika kamu memotong kuku abang baik kaki maupun tangan.

Nduk, romantismu di mata abang itu, ketika setiap mau tidur kamu berdoa sembari membelai rambut abang.

Nduk, romantismu di mata abang itu, ketika kamu menyuapi abang dengan tanganmu.

Kamu itu romantis Nduk, malah abang yang nggak bisa romantis. Maafkan abangmu ini ya :)

Waktu itu pernah abang tanya, apakah kamu cinta pada abang. Kamu tersenyum sembari menggeleng. Awalnya abang kaget, lalu kalimatmu selanjutnya sungguh membuat abangmu terharu.

"Aku nggak cinta sama Abang. Tapi, aku kasih padamu, Bang. Aku sayang padamu, Bang.  Kasih itu lebih tinggi dibanding cinta sama seperi sayang. Abang tahu kenapa? Karena Allah itu Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang"

Nduk... aku kasih padamu...

Galak. Bagi Abang, galakmu itu terlihat saat kamu tidak tersenyum pada Abang.

Bukan galak dengan definisi marah-marah Nduk. Abangmu ini nggak pandai ngomong Nduk. Abang takut salah yang nanti berakibat kamu salah paham.

Maaf ya Nduk...

Nduk, setiap kamu tersenyum... Abang bersyukur dan berterima kasih pada Allah :)

Nduk... abang kasih padamu.

Ya Rabb... terima kasih kau kirim abang yang baik untuk hamba. Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah

Barakallah keluarga kecilku :D