Kamis, 27 Februari 2014

Untuk 26 Februari 2014

Latihan drama
Bermain Drama
Kaus kaki basah
5000rupiah
Dan berujung lamaran

Tak ada yang kebetulan, jika lawan mainku saat lalu adalah masa depan :D Semua adalah aturan Tuhan, ketetapanNya

Barakallah reisa, :D

Minggu, 23 Februari 2014

Minggu Pagi

Rindu
Menulis padamu, itu aku.

Menaksir ditaksir
Selalu diantara dua. Lalu kamu pilih yang mana?
Mencintai Tuhan dan dicintaiNya

Salam kenal
Namaku reisa, senang berkenalan
Lalu kami berjarak, diam-diam dia mengirim surat
Salam kenal
Katanya.

Pergi
Percayalah, aku pasti pulang pada waktunya.

Lebih Muda
Kak... aku...
Apa?
Lebih muda darimu...
Lalu?
Tak ada larangan menyukaimu kan?
Aku tersenyum dan menggeleng.

Jumat, 21 Februari 2014

ISPO 2014

Indoseian Science Project Olympiad (ISPO) adalah ajang bergengsi tentang hasil karya anak bangsa (SMP-SMA) dalam bidang sains yang dipamerkan dan dilombakan. ISPO 2014 ini, merupakan kegiatan yang keenam kalinya. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari (18-20 Februari 2014) di Taman Mini Indonesia Indah, tepatnyabdi gedung Sasono Adiguno.

Dalam ISPO ini, kita dapat melihat hasil karya anak negeri yang luar biasa mempesona terbagi dalam lima  kategori, yakni Biologi, Kimia, Fisika, Teknologi, dan Lingkungan Hidup.

Senang sekali rasanya karena saya mendapat kesempatan untuk berkecimpung lagi terkait acara membanggakan seperti ini. Bagaimana tidak, melalui ajang ini saya dapat menarik suatu simpulan bahwasannya anak-anak Indonesia memang cerdas, pintar, dan kreatif.

Ada sekitar 120 karya yang dipamerkan dalam ajang ini. Semuanya menarik! Beberapa karya anak SMP/SMA yang memikat hati saya antara lain, gula rendah kalori dari bahan ubi jalar, game unsur periodik, Nata de coco dari bahan kulit buah naga, lotion anti nyamuk dari buah tomat, alat pencarger ponsel dari bahan panel surya, inkubator bayi dari bahan sederhana, neutron sebagai radiasi untuk mempercepat pertumbuhan sawi, dan masih banyak lagi hasil karya yang begitu membuat saya berdecak kagum. Hasil karya anak-anak ini tentu saja akan bermanfaat bagi kita semua.

Meski nanti akan dipilih sang juara dari berbagai kategori yang nantinya akan mewakili Indonesia di kancah internasional, namun  bagi saya 120an peserta ini sudah menjadi pemenangnya.

Semangat Indonesia, kalian hebat dan luar biasa. Anak-anak SMP-SMA telah membuktikan bahwa mereka bisa. Sayang rasanya jika hasil kreasi anak bangsa ini hanya bersinar sesaat lalu redup selamanya. Butuh kerjasama berbagai pihak agar hasil karya anak-anak Bangsa ini dapat dimanfaatkan bukan hanya saat ajang pameran.

Oke, saya harus mendampingi salah satu kelompok di hari kedua ini. Semoga semua senantiasa sehat. Aamiin.

Selasa, 18 Februari 2014

Kahitna, akhirnya...

Kahitna...
Saya jatuh cinta padanya sudah dari lama. Saat "Cantik" menjadi hits hingga "Aku punya hati" setia di hati. Hampir semua lagu yang dinyanyikan oleh Kahitna dengan Yovie sebagai penciptanya punya cerita spesial di mata pendendengarnya termasuk diri ini.

Tahun 2011 ada sebuah harapan besar untuk menyaksikan penampilan kahitna secara live. Pun berbagai usaha dilakukan hasilnya tetap 0 besar. Hanya kesampaian beberapa kali bertatap muka dengan salah seorang personilnya, tapi itu pun tak mampu menutupi rasa haus karena tak menyaksiakan mereka bernyanyi.

Teringat sebuah kisah diri, kala itu mengumpulkan rupiah demi rupiah sekadar menonton konsernya namun harap tak sampai, harga tiket tribun saat pertunjukan di TIM membuat diri urung untuk menyaksikan penampilan mereka.

Pupus harapan di 2011 dan terlupa pada akhirnya ingin itu. Mengurai bergitu saja, lagi pula diri ini menyadari bahwasannya tak menjadi prioritas itu semua. Toh mendengarkan dan memiliki musiknya dalam bentuk file yang setia terputar di ponsel sudah cukup.

Lalu seketika harapan yang pernah terurai tersebut saling mencari serpihannya. Ia kembali utuh tatkala mengetahui bahwa kahitna hadir sebagai bintang pamungkas di HomeComimg Day UI 2014, 16 Februari 2014.

Keinginan untuk hadir di acara tersebut berdasarkan sebuah landasan ingin bertemu dengan rekan-rekan 2007 yang berpagut janji untuk bertatap muka dan hilangkan rindu yang menggugu. Dan ketika rundown acara diinfokan dalam grup, hati ini berlonjak gembira karena ada nama kahitna di sana.

Asar mempertemukan diri dengan  rekan-rekan. Tujuan utama tertuntaskan. Tak di pungkiri, Payung Teduh, mampu menarik kami menyaksikan suguhan yang memang kami rindukan.

Ada kebahagian tersendiri kala mendapat posisi di samping panggung tempat acara berlangsung. Tangan akan lincah mengambil gambar ketika grup kesukaan tampil di hadapan.

Puas! Tentu saja, terlebih selepas Payung Teduh, Kahita tampil dengan pesona. Cantik, Andai Dia Tahu, Tak Sebebas Merpati, Setahun Kemarin, Aku dirimu dirinya... tak dipungkiri lepas diri. Harapan itu terealisasi, dan tentu semua free :D

Terlebih, lambaian tangan ini direspon secara cepat oleh personil yang memang disukai. Aaaakkkkkk

Alhamdulillah... 
Bahagianya....

Jumat, 14 Februari 2014

Siang tadi...

Siang tadi selepas menunaikan salat zuhur, aku menikmati makan siang bersama mama. Ada obrolan sederhana yang kami bicarakan terkait abangku dan juga adikku yang sama-sama lelaki. Kini mereka telah bekerja. Bertemu di rumah pun jarang sekali. Setiap mereka libur kerja dan pulang ke rumah justru aku yang pergi. Giliran aku di rumah seperti sekarang ini justru mereka yang sibuk dengan pekerjaannya.

Abangku kini tengah menikmati pekerjaannya sebagai seorang fasilitator di acara peatihan akhlak. Kerjanya melanglangbuana dari satu tempat ke tempat lain untuk memgadakan pelatihan. Jadi baru pulang sekitar sebulan sekali atau dua kali. Di sisi lain, adikku bekerja di travel tepatnya di Mess Bandara. Kalaupun pulang paling juga dua minggu sekali atau sama kaya abang sebulan sekali.

Saat makan siang tadi aku menanyakan satu hal pada mama. Apakah ketika aku pergi mereka sering menanyakan keberadaanku. Dengan cepat mama menjawab iya disertai anggukan kepala. Ternyata sama sepertiku kini. Meski sudah tahu kalau mereka kerja dan pulangnya tak tentu aku selalu menanyakan kepada mama, kepulangan mereka kapan. Padahal sebenarnya bisa saja sih kutanya sendiri via WA.

Mama tadi sempat bilang, kalau kamu di rumah, mereka nggak ada di rumah. Kalau kamu nggak ada di rumah mereka justru ada di rumah. Kocak!

Oke, obrolan pun berlanjut sampai pada akhirnya mama mengeluhkan bahwa dia harus mengunyah pelan-pelan karena giginya sakit. Dengan segera aku menyuruh mama membuka mulutnya, sekadar melihat mungkinkah ada yang bengkak. Tiba-tiba saja mama melepas sesuatu yang baru aku tahu. Gigi palsu. Benar-benar baru sadar bahwa mama sekarang sudah termasuk kategori tua. Sebagian gigi bagian bawah sudah habis. Ya ampun.... kemana aja kamu, Sa???

Hal printil dan mungkin bagi sebagian orang dianggap sepele justru malah membuatku berpikir. Bahwa mamaku benar-benar sudah tua. Meski tak kupungkiri bahwasanya jiwanya senantiasa muda. Namun hanya saja agak sedikit kecewa, berapa lama aku tak bersamanya??

Dalam sisa suapan makan tadi aku berdoa agar Allah Yang Maha Baik senantiasa menjaga mamaku. Usai makan tadi, mama sudah bersedia dan siap untuk berangkat ke Bandung. Ada tugas selama dua hari yang harus dikerjakannya di sana. Sebelum berangkat, aku pamit pada mama bahwasannya mulai esok sampai tanggal 23 aku pergi. Ada tugas yang harus kulaksanakan dan selesaikan.

Mama tersenyum saja saat aku pamiti. Sudah biasa ditinggal pergi anak gadisnya bahkan sampai bertahun-tahun lamanya. Tapi tak dapat dipungkiri, ada turunan yang menjejak dalam diri kami. Sewaktu muda dulu mama senang sekali bertualang ke berbagai negara. Sama seperti ayah yang masih setia dilakukannya sampai sekarang. Berlanjut oleh abang yang melangang buana sampai Cina. Sementara aku, yah... beginilah adanya.

Sempat aku berpikir, apa kusudahi saja semua rencana jelajahku selama aku masih sendiri. Namun mama pernah bilang, sudah jalani saja apa yang kamu yakini selama Tuhan senantiasa di hati.

Tapi pergi berkali-kali aku sempat ragu sendiri, takut kehilangan moment bersama mama. Tapi mama selalu merelakan dengan senyuman, pesan, dan wejangan. Hati-hati...

Hmm...
Entahlah tahun ini ada kisah apa untukku? DariNya sang Sutradara kehidupan. Semoga yang selama ini kulakukan tak ada yang sia-sia. Aamiin

Semoga kami semua dalam keadaan sehat.

Baru kusadari, bahwasanya keluargaku senang menanggalkan jejak di berbagai tempat. :D

Untuk mama, sang petualang Benua Eropa!

Kamis, 13 Februari 2014

Marry Your Daughter (Hmm..)

Suatu ketika, seorang teman menunjukkan sebuah video klip Marry Your Daughter - Brian McKnight. Kejadianya sekitar bulan November 2013, tepatnya di MB-IPB Bogor.

Entah kenapa saat ditunjukkan video tersebut saya justru menangis. Padahal sang penunjuknya ingin memberitahukan video tersebut sebagai sesuatu yang so sweet ataupun lucu.

Ya tak dipungkiri, animation dalam video klip tersebut memang unik, cantik, lucu, namun yang lebih terasa di hati saya justru terharu, sedih, dan entahlah.

Harusnya tulisan ini dibuat saat itu, namun karena lupa, lupa, dan tunda akhirnya baru terealisasi sekarang. Alasannya?

Selain karena saya sedang rindu ayah saya, juga sebab satu dan lain hal terkait video itu yang mampu memantik saya membuat tulisan macam ini.

Balik lagi saat November lalu, saya menangis karena saya memikirkan bagaimana ayah saya nanti? Atau lebih tepatnya perasaan ayah saya saat hal itu terjadi.

Entahlah, kadang saya aneh sendiri. Punya ayah tapi seperti tak punya. Meski bagaimanapun juga dia tetap ayah saya. Terbaik! Diantara yang super duper baik. Meski berkali-kali kerap membuat lara atau mungkin segores kecewa.

Lalu kaitannya dengan saat ini apa?

Saya hanya ingin memastikan dan memutuskan bahwasannya ketika ada yang serius dengan saya maka temuilah ayah saya!

Jadi teringat beberapa hari lalu, seseorang menyatakan keseriusannya pada saya...
Dan seperti yang saya sampaikan di sini jika serius temuilah ayah saya!

Bagi saya serius itu bukan sekadar kata tanpa makna apa-apa. Serius adalah tindakan nyata!

Belum bertemu ayah? Saya hanya anggap bercanda! Serius!

Jangan berharap pada makhluk, apalagi saya.
Berharaplah hanya pada Allah.
:)

Rabu, 12 Februari 2014

Roti Lauw (Rasa Enak Harga Bersahabat)

Pernah baca Madre karya Dee? Ituloh tentang roti. Tapi kali ini nggak akan membahas tentang Madre/buku/filmnya. Hanya saja membahas tentang roti Lauw yang jika ditelisik akan membuat saya terngiang dengan cerita Madre.

Roti Lauw adalah sebuah merek roti home industri yang sudah ada sejak beberapa tahun lamanya jauh sebelum muncul aneka roti seperti yang banyak dijual di mal-mal atau outlet.

Di tengah gempuran pesaing, roti yang memiliki rasa khas ini tetap bertahan. Rasanya yang enak dan selalu membuat saya kenyang dan nyaman ini sesungguhnya mampu membuat saya bahagia disetiap gigitannya.

Adonan roti yang lembut dengan takaran manis yang pas, selalu membuat saya ingin makan lagi dan lagi. Terutama rasa cokelat keju.

Harganya kini Rp5000, sang penjualnya masih tetap setia menggunakan gerobak yang digowes dengan sepeda biasa. Padahal saat ini banyak tukang roti yang sudah memakai sepeda motor atau bahkan mobil dalam menjajakan rotinya. Namun, roti dengan merk Lauw tetap setia bertahan dengan kesederhanaannya.

Hampir dipastikan setiap seminggu dua kali (kalau saya tidak berpergian) saya setia mengkonsumsi roti Lauw ini. Hehehe

Penasaran dengan rasanya? Coba cari saja di sekitar rumahmu. Pasti tidak ada yang jual. Kalau ada bersyukurlah kalau tidak? Mampirlah ke rumah saya. :))

(Menang) Kuis Kuis Kuis

Beberapa minggu terakhir ini, sahabat saya @_DESYF sedang gemar-gemarnya mengikuti kuis yang diadakan via twitter. Salah satu syarat kuis yang diikutinya harus memention temannya. Dan saya menjadi bagian dari kuis yang dia ikuti.

Awalnya saya hanya sekadar ingin tahu, namun lambat laun saya tertarik juga mengikuti kuis yang diadakan via twitter. Teman saya yang satu itu memang benar-benar kuis hunter. Hampir setiap hari ada saja kuis yang diikutinya. Dan salutnya lagi dia sering menang. Alhamdulillah...

Saya jadi teringat beberapa kuis yang pernah saya ikuti beberapa tahun lalu. Dari mulai I-Say Joke yang diadakan indosat, Blue Band Umroh, Club Baca Kompas sampai yang terakhir hikmah puasa. Alhamdulillah kuis yang saya ikuti semuanya masuk alias menang.

Hadiah tertinggi yang saya terima sampai saat ini adalah dari Indosat berupa voucer belanja sebesar Rp500.000. Kemudian Hikmah Puasa sebesar Rp300.000. Lalu  kartu diskon belanja 10% selama setahun di Gramedia dari Kompas,  sedangkan Blue Band saya dapat tasbih digital. Setelah itu saya urung ikut kuis lagi. Hehehe

Namun, sejak teman saya memention sebagai salah satu syarat mengikuti kuis pada akhirnya saya terusik untuk ikut kuis juga. Meski beberapa kali ini belum menang juga.

Nah hari ini sahabat saya berhasil memenangkan kuis yang dia ikuti. Turut berbahagia sekali rasanya menjadi pemenang itu. Dan ternyata kemenangan yang sahabat saya dapatkan hari ini menular ke saya.

Di Grup relawan Menara, salah seorang anggotanya yakni sahabat shinta memberikan kuis berhadiah voucer bermain ice skating di Bintaro XChange. Dengan antusias saya pun ikutan.

Dan... jeng... jeng... alhamdulillah saya menang setelah tiga kali mention menjawab pertanyaan yang diajukan terkait kepanjangan BX Rink. Hehehe

:)

Bahagianya... apalagi bermain ice skating salah satu kesukaan saya. Waaaa...

Alhamdulillah...
Alhamdulillah...
Alhamdulillah...

Terima kasih, Rabb..


Selasa, 11 Februari 2014

Minggu, 09 Februari 2014

Tuhan selalu punya cara (:

Tuhan selalu punya cara membuat saya bahagia.

Seteleh emosi yang teredam akibat tidur. Siang tadi saya dikejutkan dengan berita gembira.

Kegembiraan ini bahkan masih saya rasakan sampai sekarang.
Ternyata jujur dan menyatakan kegelisahan itu menghasilkan kebahagiaan tersendiri.

Dan syaitan... hahahaha aku menang denganmu hari ini.

Siang tadi seorang lelaki tiba-tiba menghampiri diri yang tengah sibum mengutak atik resume.

Dengan lancar dan pedenya *karena belum kenal* dia menyapa saya dengan memberikan banyak wejangan.

Dia bisa membaca saya dengan melihat kondisi mata. Alamak, padahal saya sudah pakai kacamata.

Inti pembicaraannya adalah kesehatan dalam diri saya yang berpengaruh pada emosi. MashaAllah ya, ada manusia bisa baca sifat dan kebiasaan saya sampai sedetail itu.

Bahkan dia sangat tahu kalau saya sering telat makan. Dan itu berimbas pada keadaan emosi. Selayakanya dokter atau ahli gizi, dia memberikan saya resep.

Resep sederhana yang wajib dipraktekkan. Ketika usai membaca saya, tiba-tiba saya penasaran ingin mengenalnya. Dia terkekeh dan hanya bilang. " Saya sudah tahu kamu. panggil saja saya Bang Miun."

Kocak parah, habis itu dia kembali sibuk dengan peralatan sound systemnya dan saya kembali menatap layar netbook saya karena bersiap untuk menjadi notulis.

Di tengah-tengah acara diskusi terkait evaluasi, tetiba seorang adik kelas di kampus mengirimkan pesan WA ke saya. Percakapan ringan itu pada akhirnya membuat saya tertawa dan menahan senyum-senyum sendiri.

Memang benar, bersama kesedihan akan ada kebahagiaan. Dan saya merasakan itu di hari ini. :D

Alhamdulillah masih dikasih nikmat berbahagia.

Gara-gara gambar ini salah satu pemicunya :) *ini gambar saya sendiri loh*

E=MO S=I

Ini tidak main-main
Ia mudah sekali mengoyak hati
Dan terlebih, yang paling lembut.

Banyak kosa kata yang ingin tersampaikan jika mendengar ini.
Dan semua terhenti ketika sadar pemantiknya adalah syaitan

Oh sayaitan, mantan makhluk penghuni surga dengan banyak pengalam hidup di berbagai ranah.
Betapa hebatnya dirimu dalam menjerumuskan makhluk bernama manusia. Dan E=MO S=I menjadi bagian yang mudah kau pancing dalam diri terutama di pagi ini.

Jumat, 07 Februari 2014

Pilihan :)

Tidak pada ranahku!

Penurunan, mungkin langkah ini ada di tahap itu kini.
Semua terasa berbeda dari yang lalu, nampaknya memang harus begitu.

Palsu, jika selalu merasa baik-baik saja. Tingkat cinta dan keimanan seolah menjadi ujian di antara rasa jatuh dan sedikit tertinggal dengan yang lain

Ketika tak ada jasad bernyawa yang mampu diajak bicara atau sekadar menumpahkan rasa, lagi-lagi pada Yang Abadi seolah semua menjadi sandaran yang nantinya akan terasa aman terkendali.

Meski tak dapat dipungkiri, bahwasannya pelampiasan tulisan dalam kertas dan juga media ini menjadi obat tersendiri. Namun tak tersangkal bahwa telinga yang lain dibutuhkan untuk sekadar mendengarkan.

Beberapa mengatakan tak ada yang berbeda, mereka sejatinya tak mengenal. Atau memang tak salah jika tak paham.

Ranahku berada pada titik terendah, pada titik pasrah yang telah berserah. Jika karena bukan tangannya yang mampu mengajak berdiri dan melangkah. Mungkin sudah jatuh jasad dan ruh kembali pada temapatnya.

Sedang tidak pada ranahku!

Flappy bird: Sediakan sabar

Beberapa hari belakangan ini, game flappy bird yang dapat diunduh oleh pengguna iOS android mulai mengusik kehidupan saya. *lebai*

Adik saya dengan semangat menyuruh saya menginstal game ini di ponsel. Penasaran, saya pun menurutinya.

Awalnya setelah permainan ini berhasil dipasang, saya pikir hanya permainan biasa dan saya akan mudah memainkannya. Ternyata semua prasangka sombong saya 0 besar.

Permainan yang mampu menguras greget di hati dan melatih rasa sabar plus penasaran ini pada akhirnya menjadi permainan favorit.

Dan permainan sederhana ini benar-benar membuat saya heboh sendiri. Tatkala burung yang terbang harus melewati pipa-pipa hijau terantuk atau tanpa sengaja terjatuh karena kurangnya perhitungan yang matang serta rasa tidak sabaran dalam mentab layar *ingin melewati pipa-pipa* saya bisa saja berteriak aneka kata "duh, ih, uh, arrgggh, Ya Allah, astagfirullah, aaaakkkk"

Permainan ini benar-benar menantang, terlebih adik dan kakak saya saling bersaing nilai. *ups* Bisa melewati 10 pipa saja bagi saya sudah senang, apalagi mereka yang sudah sampai 50 ke atas.

Kocak ih...
Hahaha

Saat ini mama saya yang kegandrungan. Bisa melewati satu pipa saja, mama sudah senang. Akan tetapi, waspadalah! Jangan sampai dengan adanya permainan ini membuat kita lalai dengab kewajiban karena main keasyikan.

Untuk menghilangkan jenuh dan latihan sabar, bolehlah. :D

Kamis, 06 Februari 2014

Bang Dito

Petuah Bang Dito

“Kamu kenapa? Ngelamun kok wajah ditekuk gitu! Udah kaya badut gagal manggung aja?” Bang Dito membuyarkan lamunanku.

Sebenarnya aku sedang tidak melamun, hanya saja memikirkan sesuatu yang sudah hampir dua minggu mendekam di pikiran. Duh!

“Suka-suka kali, Bang. Wajah-wajah aku!” Ketusku sambil berlalu meninggalkan Bang Dito yang baru saja duduk manis di sampingku.

“Ye… Abangnya mau ngajak ngobrol malah ditinggal ngeloyor!” Suara Bang Dito terdengar sampai kamar. Aku menutup pintu rapat-rapat dan menguncinya.

***

“Ma… Dini kenapa sih? Akhir-akhir ini Dito lihat kebanyakan melamun?” Tanyaku pada mama yang sedang asyik menggoreng pisang di dapur. Hari ini aku pulang kantor lebih cepat, selain karena pekerjaanku di kantor sudah usai, hari ini aku ada janji dengan mama dan Dini untuk menonton film nanti malam.

“Adikmu itu sepertinya lagi patah hati.” Ujar mama santai sambil terus mengaduk adonan pisang yang berwarna putih pucat.

“Waduh… hatinya rapuh amat sampai mudah patah. Siapa yang patahin, Ma?” Aku bertanya sembari mengamati pisang-pisang yang telah siap diangkat dari wajan dan ditiriskan.

“Udah sana kamu ganti baju dulu. Kamu kan tahu sendiri, adikmu itu nggak bisa kalau nggak di-ontime-in. Nanti kalau kamu kelamaan dan lelet semenit aja dia pasti nggak mau berangkat.” Nasehat Mama dan aku segera menurutinya setelah sebelumnya berhasil mencomot sebuah pisang goreng yang masih panas.

Baru saja aku ingin masuk kamar, kulihat Dini sudah kembali menjelma seperti adik yang tak pernah kukenal. Sambil terdiam dia berdiri di depan pintu dan kembali melamun seperti lalu.

“Dorrr” Teriaku mencoba mengagetinya. Biasanya kalau kukagetkan seperti ini dia akan langsung mencubitku dan lapor ke mama kalau abangnya sedang usil. Tapi kenapa kali ini tidak. Dia hanya melirik sengit ke arahku lalu melengos pergi menuju kamarnya.

"Kamu kenapa sih, Dek? Kaya bukan adiknya Abang!” Aku berteriak sambil mengetuk-ketuk kamarnya. Namun tak kunjung ada suara balasan.

“Bentar lagi magrib… jamaah di ruang tamu!” Ujarku memberi tahu

“Lagi nggak solat, Bang. Abang solat sama mama aja! Sekalian doain Dini. Biar kembali waras!” Ujarnya begitu saja. Mendengar kata waras membuatku tambah penasaran. Apa yang terjadi sama Dini? Tidak biasanya dia seperti ini.

“Oh… adikknya Abang sedang tidak waras ya? Pantes dari beberapa hari ini Abang perhatikan kamu seperti orang lain. Ternyata sedang nggak waras tho. Duh, mesti hati-hati ini. Takut menular” Ujarku lagi berusaha mendapat sahutan kalimatnya. Aku memang selalu usil dengan Dini, adikku satu-satunya.

“Udah abang nggak usah deket-deket Dini, daripada Dini tularin.” Ujarnya dari dalam kamar. Setidaknya aku masih bisa berlega hati karena dia masih menyahuti keusilanku.

“Kamu jangan bunuh diri ya kalau sedang tak waras, nanti abang sama mama bingung! Bingung nyelametinnya” Nasehatku bercanda tapi aku serius. Entah kenapa pikiran semacam itu bisa terlintas di pikiranku.

“Nauzubilah Bang. Dini masih berminat masuk surga kali!” Ujarnya dan mampu membuatku menghela napas lega.

***

“Dini sama Bang Dito nonton berdua saja ya. Mama lupa kalau hari udah janji sama Bu Endang mau rapat PKK.” Ujar Mama sembari mengenakan jilbab bergonya saat di ruang tamu.

“Yah mama… masa Dini sama Bang Dito berdua doang. Males ah! Bang Dito usil, nanti Dini diusilin terus” Ujar Dini sambil menarik lengan mama.

“Rapatnya nggak bisa ditunda besok, Ma?” Tanyaku sembari mengenakan jam pada pergelangan tangan kananku. Mama menggeleng perlahan.

“Mama melangar komitmen deh. Kan perjanjiannya setiap sebualan sekali kita jalan bareng” Ujarku mengingatkan kesepakatan yang kami bertiga buat setelah ayah berpulang.

“Maafin mama ya, untuk kali ini aja mama nggak bisa. Soalnya mama kan bendahara PKK. Besok akan ada acara penggalangan amal untuk korban banjir. Ini acara kemanusiaan. Jadi ini lebih penting” Ujar mama menjelaskan.

“Oh… yaudah kalau gitu alasannya, Ma. Dito nggak bisa larang-larang mama. Masa mama mau nolongin orang Dito larang. Yaudah Dito sama Dini berdua saja.” Ujarku sembari tersenyum.

“Ih kegiatannya mama nggak mau kalah sama kegiatan Dini di kampus. Yaudah Ma… Mama rapat gih nanti ditungguin lagi” Ujar Dini yang akhirnya merelakan izin mama.

“Bang Dito kalau usil aku tinggal pulang pokoknya!” Ujar Dini memperingatkanku. Aku terkekeh mendengarnya.

“Iya deh, hari ini janji nggak akan ngusilin kamu. Yuk ah berangkat. Keburu malem” Ujarku lalu pamit pada mama.

****

“Dini sekarang sudah waras?” Tanya Bang Dito setelah kami usai menonton film dan melanjutkan makan di restoran cepat saji yang menjual gorengan ayam. Pertanyaan Bang Dito benar-benar membuatku malas. Aku diam saja tidak menjawab.

“Eh, kata mama kamu patah hati ya? Siapa yang matahin? Kok kamu masih hidup?” Pertanyaan Bang Dito semakin membuatku malas. Lagi-lagi senjataku hanya diam saja.

“Din… diam itu ada kalanya memang emas. Tapi ada kalanyanya juga diam itu bisu. Kakak lihat kamu nggak bersinar jadi emas. Atau jangan- jangan adik semata wayang Abang sudah berubah jadi bisu. Hikssss” Ujar Bang Dito dengan ekspresi kesedihan yang sangat berlebihan.

“Bang… janjinya tadi nggak usil lho. Aku tinggal pulang nih!” Gertakku cuek lalu Bang Dito kembali pada ekspresi datar yang dia punya.

Duh, punya abang yang selera humornya tinggi benar-benar membuatku pada akhirnya kalah. Kami sama-sama diam, tapi wajah abangku selalu goyang-goyang. Akhirnya aku tertawa juga, padahal sudah sekuat tenaga aku menahannya.

"Udah Bang ah. Dilihatin orang tuh. Disangka aku gila kali dari tadi ketawa terus” Ujarku sembari mencubit lengan Bang Dito.

“Lha… tadi di rumah ada yang bilang sedang tak waras. Bukannya itu kamu? Atau jangan-jangan itu suara hantu yang menyerupai kamu? Alamak! Mimpi apa telinga Abang semalam.” Ujar Bang ditto lagi kali ini membuatku benar-benar melepas tawa.

“Din… Abang beri kamu nasehat ya! Kemarin sore kamu bilang kalau wajah yang kamu ekspresikan dengan cemberut adalah wajah kamu. Kamu salah! Itu adalah wajah milik Tuhan yang sedang kamu pinjam. Kamu udah dipenjemin wajah sama Tuhan jangan nggak disyukurin gitu. Tersenyum, cerialah. Biar Tuhan tahu kalau kamu bersyukur sudah dipinjamkan wajah yang cantik sama Dia. Badan yang sedang kamu pakai juga punya Tuhan, sayang ih kalau kamu habiskan dengan tersia. Pakai acara melamun segala. Mending kalau kamu ngelamunnya semenit dua menit. Ini hampir sejam, udah kaya patung. Udah gitu kamu pakai buat malas-malasan. Abang sedih kalau punya adik yang kufur nikmat.” Kata-kata Bang Dito tercerna dengan mudah dalam hati dan pikiranku.

“Terus kalau kata mama tadi sore, kamu lagi patah hati. Din…hati itu diciptakan Tuhan dengan kuat. Jadi nggak mungkin patah, kecuali kamu potong hatimu kaya potong hati ayam. Baru deh bisa patah! Enggak patah juga sih… yang ada terbelah. Kalau kamu nggak mau cerita ke abang tentang masalahmu sih nggak apa-apa. Kamu bisa cerita ke Tuhan. Tapi abang nggak suka lihat perubahan sikap kamu jadi aneh bin ajaib. Nanti kalau kamu tiba-tiba hilang. Abang sama mama susah nyari penggantinya” Nasehat Bang Dito lancar sekali terucap. Meski nasehatnya banyak disisipi canda dan keusilan namun sejatinya aku sangat terkesima dengan petuah bijak dari abangku ini.

“Iya, Bang. Makasih untuk nasehatnya yang sangat berharga. Sepertinya nasehat abang mampu menggips hatiku yang sempat patah” Sahutku asal tak mau kalah.

“Syukurlah kalau demikian. Untuk merayakan hatimu yang sudah sehat kembali, bagaimana kalau pulangnya kamu traktir Bang Dito beli martabak. Buat oleh-oleh mama juga. Sebagai bentuk rasa syukur” Ujar Bang Dito sambil melirik dompetku yang sedang kubuka. Aku berniat menunjukkan sesuatu pada abangku.

“Ish si Abang mah…gaji Dini mengajar sudah buat acara sosial yang diadain kampus. Jadi, Abang yang traktir Dinilah. Kan Abang yang ngobatin” Ujarku lagi dan Bang Dito mengangguk-angguk.

Aku jadi enggan menunjukan sesuatu itu.

“Terus kamu buka dompet mau menunjukan apa ke Abang?” Tanya Bang Dito yang sepertinya sudah paham gerak geriku. Akhirnya aku menunjukkan sesuatu yang memang sudah lama ingin aku tunjukkan ke Bang Dito.

“Ini foto siapa? Kamu nggak pacarankan?” Mimik wajah Bang Dito seketika berubah seperti mimik wajah almarhum ayah. Bang Dito terlihat kaget dan was-was saat melihat sebuah foto seorang lelaki yang baru saja kusodorkan padanya.

“Enggaklah Bang. Dengerin Dini dulu cerita. Jangan main prasangka!” Ujarku mengutip kalimatnya yang sempat dilontarkan padaku saat beberapa bulan lalu—saat aku curiga padanya karena saat pulang membawa seorang anak kecil ke rumah yang ternyata adalah anak teman sekantornya yang dititipkan. Bang Dito bergegas salim pada tanganku. Kebiasannya dalam meminta maaf tak pernah berubah.

“Dini ini gadis normal Bang. Dini naskir dia. Dia senior Dini. Dia ikhwan-ikhwan gitu kaya Abang. Bedanya, kalau Bang Dito itu nggak pernah gombal ke perempuan selain ke mama sama Dini. Eh dia… sebulan terakhir ini
ngegombal ke Dini. Sebel.” Ujarku pada akhirnya bercerita juga. Bang Dito terkekeh mendengar ceritaku. Sebenarnya sih aku sudah bisa menebak itu.

“Emang dia ngegombalin kamu gimana?”

“Waktu itu, Dini terpaksa sms dia untuk koordinasi acara sosial. Eh lama-lama kok dia keterusan. Malah dia sempet bilang ke Dini, katanya kalau Dini punya masalah Dini boleh cerita ke dia. Dini waktu itu terlena Bang. Jadi Dini menikmati itu semua. Eh nggak lama kemudia tiba-tiba dia menghilang. Jadi berubah gitu Bang. Malah kaya orang nggak kenal. Sebel deh. Maunya apa sih?”

“Oh.. jadi ada yang sempat terlena dalam hubungan gak jelas.” Bang Dito menyindir kejujuranku.

“Yaudah sih Bang… nggak usah pakai nyindir. Nggak Asik!” Ujarku melengos kesal karena sebenarnya aku tahu yang kulakukan itu salah. Bang Dito segera salim lagi padaku.

“Maaf deh maaf. Kamu harusnya bersyukur dia tiba-tiba berubah gitu! Itu mungkin tanda kalau dia sadar bahwa kemarin-kemarin dia
sedang khilaf! Mungkin dia sedang lupa sama Tuhan. Dan tugasmu sekarang adalah banyak-banyak istighfar. Mohon ampun sama Sang Empunya Segala.” Kata-kata Bang Dito membuatku terdiam.

“Dini juga tahu Bang. Makanya dari kemarin-kemarin tuh Dini resah dan gelisah. Mikirin dosa. Kelakuan Dini benar-benar di luar kendali kemarin.

“Manusia itu ya manusiawi. Tempat salah dan alpa. Tapi ya jangan terlena. Tobat!, Berubah ke arah yang lebih baik. Tapi kalau boleh
jujur, Abang salut lho sama kamu. Jarang-jarang kamu mau cerita hal kaya gini ke Abang. Malah baru kali ini.” Ujar Bang Dito membuatku tersipu mau malu.

“Biasanya Dini cerita ke ayah. Tapi ayahkan udah nggak ada. Jadi Dini cerita ke siapa lagi kalau bukan ke Abang?” Ujarku lagi lalu menyuruput minuman jerukku. Bang Dito merespon alasanku sembari mengangguk-anggukan kepalanya.

“Seperti kata kamu Din, kamu normal kok. Malah Abang akan merasa was-was kalau sampai kamu nggak naksir cowok. Hehehe Tapi ya itu tadi, naksirnya dibungkus pakai doa saja dulu. Kalau Dini sudah benar-benar
siap menikah, nanti abang bantuin deh.” Ujar Bang Dito membuat wajahku sepertinya mulai memerah.

“Dini masih mau selesaikan kuliah dululah, Bang. Abang saja yang menikah dulu.” Ujarku melempar usul.

“Ya sudah selesaikan dulu yang mau kamu selesaikan. Kalau kamu masih naksir sama ikhwan itu ya… kamu doa saja. Minta yang terbaik sama Allah. Doakan Abang juga ya, agar Abangmu yang paling ganteng se-rumah ini segera dipertemukan dengan bidadari cantik hati dan budi pekerti kiriman Gusti Allah.” Ujar Bang Dito dan kami pun koor berucap aamiin. Entahlah, tiba-tiba saja hatiku merasa lega. Rasanya lebih plong setelah menceritakan ini semua ke Bang Dito. NikmatMu yang mana yang kudustakan, Rabb? Terima kasih atas segala nikmat yang telah dan akan hamba terima dari dulu, kini, sampai nanti.

-6 Januari 2014-

Rabu, 05 Februari 2014

Adakah kamu di sana?

Tempat ini tiba-tiba mengusik
Adakah kamu di sana sedang berdoa dalam harap?

Kunantikan saatnya tiba, jejak-jejak langkah. Entah untuk sejenak atau selamanya.

-reisadara-

Jihad, tak melulu perang Fisik!

Pagi ini tetiba ada ketertarikan untuk mengulas sesuatu tentang jihad.

Kenapa Jihad?
Ini untuk pembelajaran bagi diri saya sendiri bahwasannya makna jihad itu tak sesempit apa yang ada dipikiran masyarakat kita dewasa ini yang melulu menautkan jihad dengan "teroris".

Sering kita mendengar istilah jihad, namun sejatinya kita memaknainya secara cepat bahwa itu berkaitan dengan perang. Tak salah memang, tapi perang yang dimaksud di sini tak melulu perang dengan saling membunuh dan serang fisik. Lebih tepatnya adalah perang terhadap kebatilan dan keburukan.

Yuk kita simak ulasan tentang jihad yang meluas dalam tulisan kali ini.

Jihad secara bahasa berarti menanggung kesulitan/ mencurahkan segala usaha dan tenaga. Secara sederhana, Jihad berarti mencurahkan segala usaha dan tenaga untuk senantiasa menegakkan kalimat Allah dengan cara melawan keburukan dan kebatilan. (menurut pemahaman saya)

Ibnu Taimiya, dalam Mathalib Uli Al-Nuha, menjelaskan bahwa jihad dapat dilakukan dengan empat hal. (contoh yang saya jabarkan di sini menurut pemikiran saya, ya)

1. Jihad dengan hati. Misalnya berpegang teguh dan istiqomah untuk mengajak dalam menegakkan syariat Islam. Contoh: Seseorang yang menolak diajak minum-minuman keras oleh bosnya di kantor. Menolak diajak pacaran karena memang Islam tidak mengajarkan demikian.

2. Jihad dengan argumentasi (memberikan argumentasi pada yang bathil). Contoh: Seseorang menarik pungli dalam mengurus surat adminstratif  (ktp/kk) di kelurahan dengan alasan biaya pengetikan dll, kita bisa beragumentasi dalam menolak terjadinya pungli tersebut "Maaf, Pak/Bu daripada nanti Bapak/Ibu dihisab di alam sana mending sini saya yang ketik."

Atau memberikan argumentasi kepada seseorang saat diajak pacaran."Maaf, daripada aku nabung dosa dengan pacaran, mending kamu pergi. Kalau kamu serius, kenapa tidak mengajak menikah saja? Selain untuk menghindari zina dan fitnah, menikah itu bagian dari keimanan kamu terhadap Tuhan."

3.Jihad dengan penjelasan. Menjelaskan kebenaran, menghilangkan ketidakjelasan serta memberikan pemikiran yang bermanfaat untuk umat. Contoh: Mengajak diri dan lingkungan untuk membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya. Membuat kegiatan bermanfaat berkaitan dengan lingkungan dan kesehatan. (Bukankah Islam itu indah? Bukankah islam cinta kebersihan) Manfaatnya? Bisa meluas, umat akan sadar bahwasannya Islam itu mencakup segala lini. Selain sebagai pemahaman kepada yang lain bahwasannya islam itu tidak kumuh, tidak jorok. Toh dengan menjaga kebersihan lingkungan secara langsung kita turut menjaga kebersihan negara (Banjir pun bisa dihindarkan).Lagi pula, sebagai khalifah di bumi Allah ini memang sudah seharusnya kita menjaga dan merawat bumi dengan baik dan bijak.

4. Jihad dengan tubuh. Berperang misalnya. Contoh: Perang yang sampai saat ini belum usai, di Palestina, Suriah, Mesir, Rohingya, dll. Perang yang dihadapi saudara muslim kita di berbagai negara tersebut merupakan salah satu bentuk jihad untuk terus menegakkan kalimat Allah. Lha wong di negara-negara tersebut jelas-jelas rakyat muslim dibantai secara biadab oleh israel dan antek-anteknya. Di sisi lain masih banyak negara yang tutup mata, tutup telinga, tutup mulut melihat itu semua. 

Senjata Israel juga lengkap bin canggih-canggih. Sementara di sisi lain, senjata rakyat Palestina, sederhana. Namun karena dasarnya adalah untuk menegakkan kalimat Allah maka mereka berperang dengan tubuh mereka.

Wew...Ternyata makna Jihad meluas ya kawan. Sekali lagi saya tegaskan bahwasanya saya memberikan contoh menurut pemahaman saya saja. Masalah contohnya betul atau salah itu hak kalian berpendapat. Saya hanya sedang belajar. :D

Intinya adalah, kita pun sebenarnya senantiasa berjihad jika senang berbuat kebajikan dan menolak kebatilan. Jihad itu tak melulu harus turun tangan untuk perang secara fisik. :))

Yusuf Qardhawi

"Jihad adalah ketika seorang muslim mencurahkan usahanya untuk melawan keburukan dan kebatilan. Dimulai dengan jihad terhadap keburukan yang ada di dalam dirinya dalam bentuk godaan syaitan, dilanjutkan dengan melawan keburukan di sekitar masyarakat, dan berakhir dengan melawan keburukan di mana pun, sesuai kemampuan."

Nah, dari ulasan singkat di atas saya dapat menarik suatu kesimpulan bahwasannya melawan hawa napsu diri sendiri merupakan jihad yang dapat dikatakan berat. Karena sejatinya syaitan itu senantiasa dan senang menggoda manusia untuk berbuat hal-hal yang batil/buruk.

Suka menunda, suka marah, suka tersinggungan, suka bergosip, dan masih banyak godaan syaitan lainnya yang harus dihindari atau ditangkis!!

Mari kita niatkan segala aktivitas kita untuk jihad!
Bismillah...

Selasa, 04 Februari 2014

Bahasa Lampung

Pernah dengar Bahasa Lampung?

Beberapa teman yang saya tanya sebagian mengangguk dan sebagian lagi menggeleng. Teman yang mengangguk bilang kalau bahasa Lampung itu bahasa Jawa.

Padahal jawabannya bukan itu. Memang sih sebagian besar penduduknya menggunakan Bahasa Jawa sebagai alat komunikasi, namun sejatinya terdapat kosa kata yang berbeda dengan Bahasa Jawa itu sendiri.

Maksud Bahasa Lampung yang ingin saya bahas di sini adalah bahasa yang tulisannya menggunakan aksara seperti Hanacarako. Entah kalau di Lampung istilahnya di sebut apa.

Saya menemukan sebuah tulisan di papan tulis sebuah sekolah dasar sederhana tepatnya di desa Jabung.

Tulisan tersebut berjudul Bahasa Lampung. Saya jadi berpikir, ini bahasa keren sekali, seperti huruf kanji. Sayang kalau nanti keberadaannya punah atau enyah karena tak banyak yang menggunakannya.

Jujur, saya salut sama sekolah tersebut yang mengajarkan anak didiknya untuk sekadar mengenal bahasa ibu mereka.

Saya terkesan sekali dengan Bahasa Lampung. Kalau ditanya alasannya kenapa, mungkin jawaban saya masih sama. Sama rumitnya dengan bahasa Jepang, Cina, Korea, atau bahkan Jawa.

Indonesia kaya bahasa
Semoga tak enyah dengan tergesa
Aamiin

Sibuk

Sibuk
Adalah saat kau tak ingin membagi waktumu dengan hal/orang lain.

Yap ada kalanya setiap manusia seringkali memasang status atau menyampaikan rasa sibuknya kepada orang lain.

Dan sebagai orang lain yang melihat itu, seringkali ada yang mau memahami atau justru malah mengganggu. Hahahaha

Setiap orang pasti punya kesibukan yang berbeda-beda. Kesibukan setisp orang ada kalanya dinyatakan atau dipendam. Bebas-bebas saja sih...

Tapi kalau untuk saya pribadi, saya tak bisa dan tak biasa menjadi orang sibuk. Hehehe

Pernah suatu kali saya memasang status sibuk, namun baru berapa lama memasang status itu banjir tanya mulai menghampiri.

Sibuk apa? Ngapain aja?

Hahahaha
Lalu saya menanggapi tanya mereka, secara tak langsung saya pun mengagalkan rencana sibuk saya. Saya berinteraksi dan bisa dicurhati seperti biasa. Hohoho

Sibuk boleh saja, asalkan sibuk untuk selalu mengingatnya atau melakukan aktivitas dengan maksud menuju RidhoNya.

Salam

Senin, 03 Februari 2014

Kripik Pisang Lampung

Apalagi coba kalau bukan kripik pisang, kemplang, dan juga durian.

Tapi, kali ini saya akan fokus pada kripik pisang.

Tak dipungkiri, selama ngebolang ke Lampung, saya banyak menemukan aneka tumbuhan. Pisang salah satunya. Buanyaaaaakkk

Nah, jadi saya berkesimpulan sendiri bahwasannya memang pisang atau kripik pisang menjadi oleh-oleh yang khas.

Saat di desa Jabung, saya baru tahu bahwa kripik pisang ini dibuat secara sederhana oleh masyarakat. Beberapa masyarakat mengandalkan membuat kripik pisang sebagai sandaran perekonomian kehidupan.

Saya lihat sendiri bagaimana seorang ibu, mengolah pisang yang akhirnya menjadi kripik pisang yang manis dan enak.

Sayang, saya lupa bertanya siapa nama ibunya. Oke, sebut saja namanya Ibu Surtini. Beliau mengolah pisang menjadi kripik itu sendirian. Dia yang memasrah "irisan tipis-tipis" sampai pada tahap menggoreng, menggulai (dikasih gula), dan akhirnya membungkusi.

Tak setiap hari beliau mengolah pisang-pisang yang ada di kebunnya karena ternyata melelahkan juga. Seminggu dua kali saja Bu Tini mengolah pisang-pisang tersebut.

Jika sudah diolah, beliau akan bersiap membungkusnya dan memdistribusikannya ke warung-warung tetangga dan juga pasar.

Harga perkilo yang beliau berikan kepada saya saat membeli adalah Rp15.000/kg. Murah sangat dibanding beli di toko oleh-oleh. Ya iyaalah, Sa. Kan belinya langsung sama sang pengolah, jadinya lebih murah. Lebih enak malah, karena secara langsung saya tahu proses pembuatannya.

Waktu saya datang ke rumah Bu Tini, beliau baru saja selesai menggoreng irisan pisang tersebut, jadinya masih hangat.

Rasanya Ueeenaaakk. Entah kenapa saya lebih suka kripik pisang original ketimbang yang sudah bercampur aneka rasa (cokelat, strawberi dll)

Dan yang lebih Ahamdulillah lagi adalah, saya ditraktir oleh Miss Lilly dalam memperoleh makanan enak ini. Hehehehe

Gratisan memang lebih enak. ^^v
Barakallah orang-orang yang selalu baik dengan saya, hanya Allah Yang Mampu membalas kebaikan mereka semua. Aamiin

Minggu, 02 Februari 2014

kaki Seribu dan pikiranku

Selama ngebolang di Lampung, saya sering kali bertemu dengan hewan berkaki banyak yang dikenal dengan panggilan kaki seribu atau kluwing.

Beberapa orang ada yang bergidik takut, ngeri, bahkan juga jijik.

Saya awalnya geli lambat laun terbiasa lihat hewan tersebut berjalan di sekitar rumah saudara Mbak lili-teman yang mentraktir seluruh aktivitas ngebolang saya dari berangkat ke Lampung sampai ke rumah- namun lambat laun saya senang melihatnya sembari berpikir.

Tuhan itu menciptakan semua makhluk dengan sempurna menurutNya. Termasuk hewan sekalipun. Dan menurut Tuhan, kaki seribu sempurna diciptakan sebagaimana bentuknya seperti itu.

Lhat terus, tulisan ini pembicaraannya ke arah mana? Gini, sebagian orang yang melihat hewan ini kebanyakan takut dan sebagian besar memilih untuk menghindar atau membunuhnya.

Kalau menghindar sih nggak apa-apa. Daripada malah manusianya yang heboh teriak-teriak atau malah pingsan. Tapi, buat yang ngebunuh hewan ini. Aaaakkkkkk

Helooooo manusia, dia sudah diciptakan Tuhan seperti itu, kalau kamu nyakitin hewan sama saja kamu nyakitin Tuhan.

Si kaki seribu juga sebenarnya bingung, kenapa manusia banyak yang nggak suka atau benci sama dia. Lha emang dia diciptainnya seperti itu. Kalau dia pas diciptain boleh request, mungkin dia juga nggak mau kali diciptain dengan bentuk macam itu. Eh nggak tahu juga sih, seolah saya tahu isi hati kaki seribu saja. Hehehe ^^v

Saya tadi perhatikan dengan saksama, Ciptaan Tuhan yang satu ini super uniknya. Kakinya banyak, banyak sekali dan jujur kalau dihitung sih nggak akan sampai seribu. Tapi, mungkin sangking banyaknya kaki, dia dijuluki seperti itu. Nah, bagian punggungnya keras sekali, kalau diganggu tiba-tiba saja dia akan menggulung tubuhnya. Itu sebagai bentuk perlindungan dirinya. Keren banget!!!

Dan entah kenapa saya semakin mencintai Tuhan saya dengan melihat ciptaanNya yang luar biasa. Sempurna banget, coba deh sesekali perhatikan. Hewan yang satu ini lucu. Beneran!

Tapi kalau orang udah nggak suka atau merasa jijik sih lain cerita. Tak bisa dipaksakan, asalkan jangan dibenci dan dibunuh tanpa alasan saja.

Kalau di Lampung, hewan ini jadi makanan favorit bebek. Tuh kan, rantai makanan. Wuiiiih Ilmu Pengetahuan Alam kini jadi bahan tulisan. Apaan sih, Sa -___-"

Sebenernya saya jadi berpikir ke manusia juga. Manusia itu diciptakan Allah dengan kesempurnaan menurutNya. Ada yang sempurna dengan fisik lengkap dan ada juga yang tidak. Nah paling saya tidak sukai adalah saat manusia yang lengkap fisiknya mengatakan bahwa orang yang tak lengkap fisiknya adalah 'cacat'.

Heloooo cacat untuk barang kali. Dipikir yang ciptain manusia itu, manusia?

Tuhan yang ciptakan mereka. kalau masih ada orang yang suka mencacat-cacatkan manusia yang tidak sempurna fisiknya berarti dia sedang lupa pada Tuhanya sekaligus menghina Tuhan. Astgfirullah....

Semoga kita terhindar dari hal-hal yang demikian. Allahuma aamiin.

Sebenarnya mau menulis panjang lebar, namun karena batre ponsel di ujung penghabisan jadi sekian dulu ya. Semoga manfaat. Intinya sih kita jangan menyakitin makhluk Tuhan. Nyakitin hewan salah satunya. Menyakiti hewan saja dilarang apalagi menyakiti hati manusia.

-Perjalanan Merak menuju Kp. Rambutan-

Sabtu, 01 Februari 2014

Melambung ke Lampung

Di Lampung, jejakku tertampung
Membuat alpa tulisan dibina
Membuat hampa tak lagi mengena
Lalu aku tertawa meski tak lepas jua

Kakiku berpijak di tempat yang tepat
Langkahnya selalu benar karena Dia yang menggerakkan
Bukankah belajar dan menambah pengalaman itu hal yang menyenangkan?
Terlebih tuntunannya mengajarkan untuk membentangkan persaudaraan.

Sendiri atau bersama, menuju padaNya... pada Dzat pemilik alam sejagat beserta isinya.

Kalau bukan syukur, lalu aku punya apa?