Sabtu, 26 Juli 2014

Ramadan(ku)2014

Ramadanku
kini berbeda
ada dia yang setia
menjadikanku pendampingnya
di kala suka dan duka

Ramadanku
penuh kasih
terutama Kasih Nya
melalui dia
yang taat memuja Sang Maha
bersama-sama

Ramadanku
mencari ridhoNya
mengharap rahmatNya
semoga bertemu ramadan lagi di  tahun-tahun yang akan datang.

Allahuma aamiin

NB: Ramadan 29, Abang di Jogja aku di Sidareja. Besok bertemu di rumah tercinta.

Barakallah :D

Jumat, 25 Juli 2014

Pernikahan Sahabat

Sudah lama sekali ingin menuliskan ini namun kesempatan tersebut agaknya baru diperkenankan sekarang. Mumpung masih ingat, mumpung masih hangat mari saya tuangkan dan silakan dinikmati.

Pernikahan…
Segala hal yang berkaitan dengan pernikahan tentu saja akan membuat sang empunya hajat merasa berbahagia. Ini tentu juga berlaku baik yang sudah menjalani, atau akan menjalani hajat tersebut. Tak terkecuali dengan diri saya sendiri.  Kali ini saya tak akan membahas terkait pernikahan saya. (Akan ada bahasan tersendiri dan menggelegar untuk bagian tersebut) Dalam kesempatan emas seperti sekarang ini (Maklum lagi puasa kan kebanyak diem tuh daripada berbicara nggak manfaat… diam=emas) saya bermaksud membahas eh salah lebih tepatnya menceritakan terkait pernikahan yang telah berlangsung di tanggal 7 Juni 2014 yang tak lain dan tak bukan adalah pernikahan sahabat saya “Rissa”

Waktu itu jam menunjukan pukul 07.30 pagi. Saya dan pangeran tercinta sudah rapih dan bersiap untuk berangkat menuju Depok. 7 Juni 2014 merupakan hari spesial buat sahabat saya dan tentu saya sendiri. Mengapa spesial? Karena ditanggal tersebut, sahabat terkasih saya akan menyempurnakan separuh agamanya dengan cara Menikah. Alhamdulillah, dari tanggal 5 Juni 2014 saya memang sudah berada di Jakarta sehingga tak perlu repot-repot berangkat dari Jawa Tengah.

Dengan pakaian berwaran marun (pakaian favorit) dan pashmina pink yang menjuntai, saya siap berangkat menggunakan kendaraan beroda dua. Sementara itu, pangeran saya mengenakan baju batik berwarna warni yang membuatnya nampak terlihat lebih segar. Perjalanan kami lalui dengan santai karena kami telah mengukur waktu perjalanan sekitar 2 jam.
Selama perjalanan, hati saya berkomat kamit merapal doa agar kami slamat sampai tujuan dan sampai sebelum akad dimulai. Perjalan yang kami tempuh lumayan cukup jauh. Pasalnya sudah lama sekali saya tidak menggunakan sepeda motor dan terbiasa menggunakan alat transportasi masal seperti kereta, bus, atau angkutan umum. Lumayanlah cukup membuat pinggang saya pegal-pegal. Namun kepegalan pingang plus pinggul saya berbuah manis, akhirnya  kami tiba juga sekitar pukul 09.45. Bergegas kami merapikan diri yang sudah awut-awutan terkena angin dan debu jalanan.

Ketika sudah rapi-rapi diri saya bertemu dengan adik sang pengantin yang suda saya anggap seperti adik saya sendiri, Reza. Dia mengajak saya untuk bertemu sang kakak yang ia panggil dengan sebutan “teteh”.

“Kak Reisa ke dalam aja, teteh di dalem.” Ujarnya santai lalu mengajak saya masuk ke dalam aula melalui pintu belakang. Saya meminta izin pangeran untuk meninggalkannya sejenak dan ia mengiyakan. Saya pun mengikuti langkah Reza yang kala itu terlihat lebih tampan dengan pakaian seperti jas yang berwarna hitam. Reza menyurh saya masuk ke dalam sebuah ruangan dengan pintu yang agak terbuka.

Jeng-jeng, ketika masuk saya bergegas mencari sahabat saya. Dia sedang terduduk dengan gaun putihnya. Anggun! Entah kenapa saat memanggil namanya air mata saya mulai menetes. Mungkin terharu ikut berbahagia dengan apa yang terjadi dengannya. Rissa tampaknya sedikit terkejut melihat kehadiran saya di hadapannya. Saya bergegas menghampirinya dan menyalami tangannya yang dingin.

“Rei jangan nangis dong” Ujar Rissa. Dengan segera saya mendongakkan wajah ke atas menahan agar tak ada tetesan air mata yang tumpah.

“Gue nggak ngerti nih mesti ngapain” Ujar Rissa lagi dengan mimik muka yang memang terlihat tegang.

“Santai aja neng, doa, terus senyum” Nasihatku padanya. Pada dasarnya apa yang dirasakan Rissa saat itu telah saya rasakan saat 19 Maret 2014 lalu. Bingung, berdebar, dan nano-nano.

Sinkat saja pertemuan di belakang layar tersbut. Setelah memberikan kado spesial dan mengambil gambar berdua, saya bergegeas pamit karena kasihan bila pangeran saya menunggu terlalu lama.
Ternyata di aula acara tengah berlangsung. Usai bertemu, cipika cipiki dengan Dicil saya bermaksud mengisi buku tamu. Namun saat langkah kaki menapak ke dalam lewat pintu seharusnya terdengar suara lantang dari sang mempelai pria mengucap ijab qabul. Serta sahut menyahut suara saksi menyatakan bahwasannya akad nikah tersebut “Sah”.

Alhamdulillah… ucap saya dan suami berbarengan.
Anehnya… Dicil dan kawan-kawan yang bertugas sebagai pager ayu sama sekali tidak mendengar bahwa ijab qabul tengah berlangsung. Kocak… mungkin karena memang suara yang terlalu ramai pada pinggir sayap kiri dan kanan sehingga mereka tidak fokus pada suara di tengah.

Alhamdulillah menepati janji.
Dulu saya pernah berjanji pada sahabat saya itu bahwasanya jika saya telah menikah, saya akan menghadiri akadnya. Tapi jika belum saya hanya akan menghadiri resepsinya. Mengapa saya katakana begitu? Huaaaaaaa terlalu sedih rasanya jika saya masih single dan melihat soulmate saya telah menikah meninggalkan saya seorang sendiri. (Alias takut nggak kuat menahan haru sendirian). Ternyata Allah memang Maha Baik. Saya menikah lebih dulu sehingga saya lebih tegar (ceila) menyaksikan sendiri pernikahan sahabat saya. Meski pada akhirnya saya masih saja menangis haru setelah ijab qabul tersebut berlangsung.

“Sudah nggak usah nangis” Ujar suami saya sembari tersenyum mencoba menyeka air mata saya yang sudah menggenang di pelupuk mata. Cesss…. Nggak tahan juga. Hehehhe
Di pernikahan sahabat saya itulah, saya bertemu dengan sahabat Prodi Indonesia lainnya wabil khusus Prodi Indonesia angkatan 2007. Saya masih saja mendapat ucapan selamat dari teman-teman yang memang tidak sempat hadir di hari bahagia saya. Alhamdulillah dapat doa lagi. ^^v

Ah senangnya….
Barakallah untuk sahabat saya dan juga teman-teman IKSI07. Semoga yang belum menikah segera dipertepat jodohnya oleh Allah. Allahuma aamiin. :D

Selasa, 22 Juli 2014

Hasil Pemilu 2014

Legowo

ayolah legowo
hasil saat ini mungkin memang yang terbaik
menang atau kalah ya sudahlah
yang terpenting diri ini telah ikhtiar dengan apik

Indonesia

semoga dengan pemimpin baru
engkau jadi lebih maju

Garuda

pengendalimu telah tiba
busungkan dada
raih cita dengan sepenuh jiwa
terbanglah ke angkasa
mengudara mewujudkan rakyat sejahtera
dengan adab dan berakhlak

Perjalanan


Jeng-jeng…. Hayo ngaku pasti di antara kalian ada yang merindukan tulisan saya. Sama… saya pun begitu. Oleh karena itu di malam indah nan penuh cahaya bintang yang gemerlapan (Lihat di atas langit dari tanah Ciloning Desa Karanganyar) saya akan menorekan kisah kasih perjalanan sang biduan pemuda dan pasangannya. Ceilah…

Pemuda itu sebut saja namanya Wira. Naman aslinya Tri Wiranto yang tak lain dan tak bukan adalah pangeran belahan jiwa sang penulis, yakni saya sendiri xixixixixi. Oke lanjut… kenapa saya buat judulnya sebagai perjalanan? Hal ini tak lain dan tak bukan karena memang pada tulisan saya kali ini akan membahas seputar perjalanan yang telah dilalui oleh sepasang kekasih dengan penuh gelora dan semangat membara untuk menjalin tali silahturahmi pada keluarganya.

Perjalanan…

Lalu hanya sendiri
Kini ada yang temani, menjaga, dan melindungi

Oke… setelah resmi menyandang status sebagai seorang istri dari Ny. Wira, niat saya untuk melakukan perjalanan akhirnya terlaksana juga. Tentu dengan dukungan moril dan materi dari suami, perjalanan yang berlangsung dari 21 April 2014— 21 Juni 2014. Wew sungguh perjalanan yang cukup panjang bukan?

Rute perjalanan kami Alhamdulillah masih kisaran Pulau Jawa. Tempat mana saja yang kami pijaki? Ini dia: Jakarta Kota, Sidareja, Gandrungmangu, Purwoketo, Jogjakarta, Solo, Surabaya, Malang, Tumpang.

Weitssss lumaya juga perjalanan ini. Selain membutuhkan banyak tenaga ekstra (karena kami banyak numpang istirahat di sana sini) juga membutuhkan materi yang lumayan (Alhamdulillah karena niatnya silahturahmi jadinya rezeki mengalir tanpa henti) Allah memang Maha Kaya. :*

Semua perjalanan yang kami lalui tak lepas berkat dukungan doa dari orangtua yang senantiasa menaungi kami agar selamat sampai kami berpijak. Maksudnya selamat sampai mana saja gitu. Heheheh yang kedua semua perjalanan kami pun terdukung secara tidak langsung oleh alat transportasi masal yang murah meriah, aman, dan nyaman (Tanpa bermaksud promosi) secara khusus kami berdua mengucapkan terima kasih kepada PT Kereta Api Indonesia yang dengan setia mengantar kami ke berbagai daerah di Pulau Jawa. Oh iya jasa bus juga namun tak sebanyak kereta api. Heheheh

Dulu, saya terbiasa menikmati perjalanan menggunakan kereta api sendiri. Ngebolang ke sana kemari sendiri (secara fisik) kalau secara batin saya ditemani oleh malaikat Raqib dan Atid. Kalau Allah mah udah pasti tentulah yah. Setelah prosesi 19 Maret 2014 itu terjadi maka ke manapun saya pergi (terutama untuk perjalanan yang jauh) Insha Allah harus dengan izin suami dan sudah barang tentu kalau suami bisa ikut ya dengan suami. Cieeeeee yang udah punya suami kayanya bahagia banget kalau kata suaminya disebut berualang kali. (Biar yang sebelah Geer… maklum nulisnya di samping suami sih) hehehehhe. Tn. Wira melirik

Dulu, kalau perjalanan paling lama seminggu atau dua minggu (tergantung lamanya menginap di rumah saudara) habis kalau kelamaan nginap nggak enak juga sih, apalagi kalau saudara sering tanya: Kapan nikah? Perasaan kalau udah denger pertanyaan ini dilontarkan kuping tetiba panas dan memerah kalau hati sih merapal doa.. “Ya Rabb kapan Engkau pertemukan hamba dengan lelaki soleh yang akan melengkapi hidup hamba agar dapat bersama-sama beribadah kepadamu.” Cesssss…

di ujung sana di waktu yang sama, Pemuda Wira pun sedang merapal doa " Ya Allah, Tuhan seluruh alam yang senatiasa memberi yang terbaik untuk hambaNya. Perkenankanlah diri hamba untuk melengkapi separuh agama hamba. Mudahkanlah hamba bertemu dengan tulang rusuk hamba yang soleha, Semoga Engkau mempertepat dalam mengabulkan doa hamba" Cesssss

pada akhirnya doa-doa tersebut bertemu dalam nyata yang berujung cinta... cinta untukNya, mengharap ridhoNya. aamiin

Sekarang…. Jeng-jeng-jreeeeeengggggg…. Setelah menikah… wussss wessss wossss ucapan selamat bergegas muncul mengiringi perjalanan kami dari rumah saudara yang satu ke rumah saudara yang lain (Maklum nggak semua saudara saya bisa menghadiri pernikahan kami yang jatuh tepat di hari Rabu yang tak lain dan tak bukan adalah hari kerja) Toh tidak semua saudara yang bisa kami beri kabar karena memang acaranya sederhana sehingga kami bersilahturahmi sekaligus memberi kejutan. Heheheheh

Awalnya niat kami ngebolang ke rumah saudara-saudara paling lama hanya dua sampai tiga minggu saja…. Namun ternyata semua bablas melebihi target kami karena kebanyakan dari mereka meminta kami untuk menginap lebih lama. Ya sudahlah karena tidak ingin mengecewakan ya kami iyakan saja. Alhamdulillah bahagiaaaaanyaaaaaaaaa

Perjalanan yang kami lalui, terutama saya sendiri merupakan perjalanan yang amat menyenangkan meski beberapa kali ada perbedaan pendapat diantara saya dan suami. Yah maklumlah namanya juga penganten baru… masa-masa penjajakan, lebih –lebih saya kenal dia tak sampai sebulan. Heheheheheh

Perjalanan…
Kami mencari tahu
Kami saling mengerti
Kami memahami
Dan indahnya perjalanan jika senantiasa mengingat Allah

Dari perjalanan itulah banyak pelajaran yang bisa kami ambil. Perjalanan yang kami lalui merupakan langkah awal kami dalam menapak perjalanan yang sesungguhnya. Dan menuju padaNya secara bersama-sama merupakan pelengkap jiwa tiada tara.

Suatu saat nanti mungkin kami akan melakukan perjalanan lagi, namun tidak hanya berdua… bisa saja bertiga atau berempat dengan anak-anak kami nantinya. Aamiin

-Desa KarangAnyar-

Minggu, 20 Juli 2014

Kita tidak pernah tahu

Ramadan, kematian

Kita tidak pernah tahu, kita akan berpulang kapan, dimana, dan dalam kondisi seperti apa.

Tiba-tiba saja tangan ini tergerak untuk menuliskan hal yang berkaitan dengan kematian di nuansa ramadan seperti sekarang ini. Apa pasal?

Kemarin malam tepatnya pukul 23.00 seorang tetangga, mengabari kami (keluarga Ibu abang) bahwasannya tetangga yang dipagi hari kecelakaan motor, saat ini sudah berpulang ke Rahmatullah. Rumah tetangga yang berpulang letaknya bersebrangan dengan rumah kami. Ibu dan bapak pun bergegas mendatangi rumah duka, meski jenazahnya belum tiba di rumah.

Saya mendapat cerita dari ibu bahwasannya kecelakaan motor tersebut terjadi pagi hari saat sang almarhumah hendak mengantar cucunya sekolah. Biasanya beliau naik bus, namun entah kenapa di pagi itu beliau tertarik dengan ajakan tetangga yang yang juga akan mengantar anaknya ke sekolah yang sama dengan berboncengan sepeda motor. Padahal sebelumnya ajakan tetangga lain ditolaknya karena beliau lebih terbiasa naik bus. Entah mengapa beliau menerima ajakan yang kedua...

Selanjutnya yang terkabarkan di rumah bahwa terjadi kecelakaan motor, mereka yang berboncengan ditabrak. Dua anak yang dibonceng termasuk sang cucu selamat sedangkan tetangga yang membonceng mengalami patah tulang pada kaki.

Saat ini masih dalam nuansa ramadan, bulan yang senantiasa dinantikan umat muslim di seluruh dunia, tak terkecuali di Cilacap tepatnya di Desa Karanganyar seperti tempat hidup saya sekarang ini. Di bulan ini tentu semua warga desa yang memiliki anak dan merantau ke berbagai daerah akan merasa bahagia bila mereka pulang nanti bertemu ibu dan bapak mereka. Lalu bagaimana dengan anak dari sang almarhumah ketika mendapati kabar bahwa saat ini sang ibunda berpulang dalam kondisi seperti ini?

Pagi ini, saya duduk di teras rumah menyaksikan ramainya orang yang berkerumun di rumah duka. Lebih banyak ibu-ibu yang hadir. Rencananya jenazah akan dikuburkan tepat pukul 10 pagi.

Hal ini tentu menjadi renungan tersendiri buat saya. Kita tidak pernah tahu kapan kita akan berpulang, di mana?, Dalam kondisi seperti apa? Bahkan di bulan penuh rahmat yang diharapkan menjadi bulan ampunan dan kebahagiaan bisa saja masa kita hidup di dunia sudah saatnya berakhir.

Tak ada yang pernah tahu umur seseorang kecuali Tuhan. Tuhan yang berhak atas hak hidup kita. Kita bisa apa? Yang bisa kita lakukan hanya senantiasa beribadah kepadaNya. Lha wong Tuhan sendiri yang katakan bahwasannya kita diciptakan memang untuk beribadah kepadaNya.

Jangan pernah mengartikan bahwa beribadah pada Tuhan hanya sebatas melakukan salat, puasa, zakat, haji, zikir, dll. Akan tetapi, berlaku senyum, saling tolong menolong antar tetangga/orang lain, jujur, dan segala akhlakul karimah yang dicontohkan Rasulullah saw juga  merupakan berbagai bentuk ibadah yang kita tujukan untuk mendapat ridho Allah saw.

Jadikan akhalak sebagai bagian dari tingkah laku kita, niatkan bahwa segala sesuatu yang kita lakukan di dunia ini adalah ibadah, bahkan untuk urusan makan sekalipun (misal niatkan untuk bersyukur atas rizki yang diberikan Allah agar kita dapat memiliki tenaga untuk bekerja).

Jika kita sudah menjadikan akhlak sebagai tingkah laku kita, insha Allah jika kita berpulang nanti kita dalam keadaan beribadah kepada Allah.

Semoga Allah senantiasa melindungi kita, merahmati kita, menjadikan kita pribadai yang senantiasa bersyukur, dan semoga Allah memanggil kita dalam keadaan beriman dan khusnul khotimah. Aamiin, aamiin, aamiin Ya Rabbal alamiin

Semoga Allah mengampuni dosa-dosa Almarhumah dan menepatkan beliau di sisiNya. Aamiin.

-karanganyar dalam lembayung mendung-