Jumat, 30 November 2012
Demi nama Tuhanku: Aku terkapar
bukan karena aku merasa pantas berada di singgasana yang tak beradab seperti ini.
hal ini tentu saja membuatku terus meracau secara berkala dalam setiap hari bulan dan bahkan tahun
Sesampainya pada ujung perhentian yang aku hadapi malah sakit yang luar biasa
hingar bingar tepuk tangan para pemujaku sudah terkubur dalam-dalam
energi statis yang bergerak dinamis secara sadar juga terhenti hingga tak pasti
Lalu menyalahkan siapa jikalau aku tak mampu menyangga para pendulang suksesku?
mereka tak pernah tahu bahwa ada beberapa bagian ulu hatiku yang terkoyak akibat racauan yang mereka anggap sebagai jimat pamungkas dalam mencapai suksesku
tapi rasanya tidak.
Salah kalau menilainya demikian rendah dan terlalu sederhana atas apa yang telah raga ini lakukan
Mati saja
mati saja
dan tentu saja mati di antara puing-pung ambisi yang tak terwadahi.
Sekali lagi kunyatakan aku bukanlah dewa untuk pendulang suksesmu.
aku hanya kepingan asa yang mencarai harap dan belajar memaknai bahagiaku
Demi nama Tuhanku: Aku terkapar
Rabu, 28 November 2012
Kantuk kala kau menyerang
Kantuk kala kau menyerang
Luar biasa padahal hanya kurang tidur beberapa jam saja
efeknya mengena sampai saat senja
berkali-kali menguap saat tengah disapa
rasanya mata ingin menutup saja
Kantuk kala kau menyerang sangatlah berbahaya
terlebih saat mata-mata itu fokus berkendara
susuri jalan sampai tempat tujuan utama
kau bahkan bisa mengantarnya hingga akhir melihat dunia
Kantuk yang dinikmati di tempat kerja
membuat kepala berat hingga perlu tangan penyangga
layar komputer berwarna tak lagi menarik mata
hingga akhirnya menutup mata secara tiba-tiba
Kantuk obatmu hanya satu: Tidur saja
Bintaro 28 November.
10 menit waktu istirahat
Selasa, 27 November 2012
Puput: Aku Pembantu Bahagia
|
||
Senin, 26 November 2012
hujan: Ada kisah
Hujan. Aku paling suka menikmatinya di kala sore menjelang. hujan itu bisa membuatku terlihat cantik dan membuatku tak kalah dengan bidadari.
"Sudah? silakan dinikmati rotinya. Saya tinggal dulu sebentar" Ucap Pak Chairul lalu pergi meninggalkanku di ruangan itu begitu saja. Tanpa basa basi lagi aku segera mengunyah roti berisi selai coklat dan kacang. Alhmdulillah rezeki di pagi hari. Tapi aku masih bingung kenapa situasinya membingungkan seperti ini. Jujur aku melamar kerja di perusahaan ini dibagian Hrd. Sudah hampir dua minggu aku mencari pekerjaan. Sebelumnya aku keluar di perusahaanku karena sudah merasa bosan dan ingin mengganti suasana baru maklum sudah hampir 3 tahun aku bekerja.
Setelah selesai mengunyah bagian terakhir roti aku segera menggunakan minyak kayu putih yang tadi sempat dibawakan oleh OB. Hangat. mudah-mudahan masuk anginku segera lewat. Tak berapa lama kemudian terdengar suara seseorang masuk dalam ruangan ini diikuti suara langkah kaki lagi. Akupun menoleh.
"Gimana sarapannya enak? Tanya seorang lelaki yang berdiri membelakangi Pak Chairul. Arva! segera aku terbangun dari kursi. Pak Chairul tertawa melihat keterpesonaanku terhadap kedatangan laki-laki yang kini berjalan mendekatiku.
"Kaget ya?" Pak Chairul segera mempersilakanku untuk duduk. Dan Arva bersambut duduk di sebelahku. Aku meringis tak karuan.
"Jadi Begini Bapak Arva ini yang berwenang untuk menerima kamu bisa kerja di sini atau tidak. Saya sih hanya tinggal acc saja kalau Beliau Oke" Ujar Pak Chairul lalu tersenyum ke arah Arva.
"Oke... wawancara bisa kita lakukan sekarang" Arva tiba-tiba mengeluarkan berlembar-lembar kertas dari map yang ia bawa tadi. Antara kaget dan setengah tidak percaya dia mulai mewawancaraiku secara serius. Akupun menjawab sekadarnya sesuai apa yang ada di pikiranku. Sesekali Pak Chairul ikut nimbrung dan melemparkan pertanyaan yang menurutku nggak penting dan nggak nyambung.
"Bagaimana Pak Arva?" Pak Chairul seketika bertanya setelah hampir 20 menitan melakukan tanya jawab denganku. Arva seketika tersenyum ke arahku.
"Bagaimana Ya... karena dia masih single dan kinerjanya di perusahaan terdahulu bagus terlebih dia dulu adalah sahabat saya selama di kampus jadi mau nggak mau saya oke Pak" Jelas Arva seenaknya dan aku hanya terdiam.
"Oke... baik. Selamat kamu diterima di perusahaan ini. Besar harapan saya kamu membawa kontribusi yang bermanfaat dan nyata" Ujarnya sambil menyodorkan tangan memberikan ucapan selamat. Dengan ragu-ragu akupun menyalaminya dengan tersenyum. Aneh
"Kok diem. harusnya seneng dong?" Ujar Arva sambil menyenggol lenganku. Akupun menoleh. Bener-bener rasanya aku ingin menarik dan mencakar tangannya tapi posisinya di sini nggak mungkin. Aku benar-benar merasa aneh sendiri.
"Ini sebenarnya apa sih Pak? Tanyaku menyerah ke arah Pak Chairul. Pak Chairul hanya menjawab dengan mengarahkan pandangannya ke Arva.
"Hei... Kamu tuh diterima kerja di sini. kenapa kelihatan bingung sih? Oke...Oke... nanti jam makan siang aku jelasin. yang penting sekarang kamu udah jadi bagian dari perusahaan ini." Jelas Arva memberi penjelasan yang sebenarnya masih menggantung di awan-awan.
"Ya Sudah. saya permisi kalau begitu Pak. Saya pamit pulang. Sepertinya saya sakit" Ucapku segera bersalaman dengan Pak Chairul dan bergegas meningglkan ruangan dan sebenarnya aku berusaha menghindar dari Arva. Belum sempat aku menyentuh knop pintu segera saja Arva menarik lenganku.
"Sabar Tar... sebentar-sebentar. Nanti aku jelasin" Jelasnya bagitu saja. Kejadian ini persis mengulang kejadian 5tahun lalu. Bayangan itu berjalan begitu saja. Kejadiaan saat di kampus saat aku menarik lengan Arva ketika dia memutuskan pindah kuliah mengikuti kemamuan om nya.
Saat itu dia bilang kalau dia tidak mengikuti kemauan om nya makan ia tidak bisa melanjutkan kuliah karena selama hidupnya ia bergantung pada omnya. Aku menjelaskan bahwa ada banyak beasiswa yang bisa ia dapatkan di kampus. Tapi dia malah pergi begitu saja. Dia bilang ini adalah pilihan hidupnya. Dan ya sudah sebagai sahabat terbaiknya jujur aku merasa kehilangan. Tak pernah ada kontak hingga pada hari ini setelah 6 tahun berselang aku bertemu dengannya dalam kondisi yang tak pernah kuduga.
*****
Hujan.... kehadiranmu membawa sepegal kisah dan imajinasi
Bintaro 26 November 2012 30 menit saat jam istirahat dan setelah hujan
Sabtu, 24 November 2012
Cinta, Gin, dan sebuah pernyataan
Saya punya cinta dalam sebotol anggur.
Saya nantikan waktu yang tepat untuk membuka dan menikmatinya dengan seseorang
Kalimat itu yang dilontarkannya sepanjang malam. Aku tahu dia mabuk, mabuk karena stess ditinggal kekasih atau seseorang yang special. Aku tak tahu pasti kenapa semenjak masuk club ini, mataku tak berpaling sedetikpun dari dia, perempuan bergaun ungu muda yang senantiasa menegak cangkir gin bercampur irisan lemon.
Entah kepalaku dirasuki apa, segera saja aku menghampirinya dan duduk di sebelah kanannya. Seketika ia melihatku lalu tersenyum sinis dan melanjutkan minum.
"Maaf, sepertinya kamu mabuk?" Tanyaku berusaha mendekatinya sambil melepaskan cangkir kecil dari genggamannya.
"Kamu tahu apa? Kamu mau cinta? Itu sudah kusimpan dan nanti akan kuminum dengan laki-laki spesial" jelasnya, tercium aroma gin yang sangat menyengat.
"Maaf, tapi saya peduli dengan kamu. Boleh saya minta?" Ujarku berusaha meminta gelas berisi cairan bening yang sempat ditariknya kembali. Secara perlahan ia meletakkan itu di meja bar dan memandangku dengan mata yang tidak berpusat.
"Kamu siapa? Saya tidak punya teman seperti kamu" ucapnya setengah meracau sambil menunjuk-tunjuk ke dadaku
"Kenalkan, saya Bara. Saya memang tidak kenal kamu, begitupun sebaliknya. Tapi, entah kenapa melihat kamu hampir 3 jam seperti ini membuat saya khawatir." Jelasku jujur dan aku tertarik.
"Khawatir? Khawatir dengan saya... hahaha jangan pernah membesarkan hati saya" jawabnya terlihat sedikit kesal. Akupun trsenyum mendengar penjelasannya.
"Kamu mau apa?" Tanyaku penuh selidik.aku sudah gila malam ini yang pasti kalimat itu meluncur saja dari mulutku,seolah olah aku bisa mengabulkan keinginannya.
"Pernikahan" jelasnya tersenyum getir sambil melirik sinis ke arahku.
Jawabannya kali ini membongkar semua apa yang ia pendam hingga akhirnya ia bercerita tentang gagalnya pernikahan yang akan berlangsung esok malam.
"Saya siap menggantikan. Asalkan kamu berhenti meminum itu" ujarku tegas sambil menunjuk ke arah gelas-gelas kecil berisi gin.
Perempuan yang tak kuketahui namanya seketika terdiam, matanya kini basah teraliri derasnya air mata.
"Terima kasih atas hiburannya" jawabnya tersenyum, dan menganggap aku hanya berbasa basi.
"Saya tidak sedang menghibur. Saya akan nikahi kamu besok malam, jadi berhentilah!" Aku tak main-main dengan kalimatku. Suasana bar yang penuh dengan kepulan asap rokok dan suara hentakan kaki lantai dansa menjadi saksi bisu ucapanku dan Tuhan tentunya.
Depok, seusai hujan. IMAJINASI datang
Jumat, 23 November 2012
Mari Berbagi
Selasa, 20 November 2012
Hujan: kita seri
Hari ini hujan menemani aku pulang. Lewat jalan besar yang banyak dilewati kendaraan beroda berwarna warna. Bukan berwarna warni seperti pelangi karena setiap nya hanya terdiri dari satu warna saja. Mayoritas hitam dan melaju terlalu lantang.
Payung ungu melindungi kepala dan tubuh dari rintik. Ditemani tembang kahitna di ujung jalan itu, setahun kemarin... dan tiba-tiba mobil hitam melewatiku secepat angin baju dan rok hijauku seketika berubah warna.
Menjadi agak gelap dengan rasa yang tengah berbeda karena basah. Tadinya amarah semendung awan. Untung saja aku ingat becek ini karena hujan. Dan tahukah kau, aku mencintai hujan seperti halnya kamu mencintai aku. Aku tidak marah bahkan tersenyum penuh rasa.
Sepertinya, hujan dan akibatnya ingin bermain-main denganku sejenak. Kalau cinta tak pakai marah, hujan pernah berkata seperti itu padaku. Dia meledekku.
Lalu aku melakukan hal yang tak pernah dilakukan.
Dengan kecepatan sesederhana langkah rok aku melompat ke sebuah kubangan. Pyar, aku balas meledekmu. Sebagian orang melihatku terpana, dan aku membalasnya dengan cara menatapmu,hujan.
Kita satu sama dan seri. Aku tak kalah darimu dan aku selalu senang denganmu.
Untuk hujan sore ini. Aku sehat ^_^
Berbagilah seperti hujan ^^√
Minggu, 18 November 2012
Saat Hujan: berdoalah untuk Gaza, Palestina
Selamat sore
Hai para pecinta hujan, sudah berapa banyak doa yang kau panjatkan pada Rabbmu ketika tetesan rizki ini tumpah merata di bumi?
Atau sebagian dari engkau sedang menghabisi hujan dengan segelas cokelat panas seperti yang telah kulakukan semalam? Atau mungkin ada beberapa di antara kalian yang masih berada di bawah naungan selimut nan tebal hangat beserta rasa malas yang senantiasa menaungi diri.
Ada juga mungkin yang sebahagian lagi sedang berpesta atau punya hajat baik itu ulang tahun, perkawinan, kelahiran atau apapun dalam suasan sesyahdu hujan turun kali ini.
Hmm atau bisa juga ada yang menghabiskan hujan dalam payung hitam berduka ditinggal seseorang yang punya kisah menghabiskan hujan secara bersama dan kini tinggal sendirian.
Lagi-lagi ada sebagian yang bergiat mengais rezeki kala rintik ini menaungi sedari tadi, dari tukang bakso, gorengan, penjual bajigur hangat dan anak-anak yang berlarian mencari pelanggan untuk ojek payungnya.
Masih banyak kisah yang dihabiskan bersama hujan, dan hujan akan merekam segala aktivitas kita semua yang kemudian ia simpan dalam resapan tanah yang kemudian mengalir ke laut hingga akhirnya membawanya lagi ke bagian bumi yang lain.
Mungkin ke Bagian bumi yang tengah memanas atas kebiadapan tak berperi. Bagian bumi yang sebagian bangunannya telah rata dengan tanah karena kunjungan roket-roket bedebah tak diundang, tak beraturan.
Palestina... kini menggema takbir tiada henti. Mereka masih setia terhadap Rabbnya, Rabb kita, melalui perjuangan yang membawa mereka ke syurga.
Hujan yang membawa dan merekam segala aktivitas kita terbawa angin ke sana. Dan dari sebagian hujan itu, ada ratusan, ribuan, jutaan, atau bahkan milyaran doa untuk saudara-saudara seiman yang tak pernah berjabat atau bertegur sapa.
Setiap tetes yang jatuh di sana adalah peluru bagi Israel yang tak tahu malu, tak tahu waktu, dan mungkin sudah kehilangan sebagian akal dan jiwa karena menyerang nyawa-nyawa ciptaan Rabbku, Rabb kita secara membabi buta.
Hujan-hujan yang dikirim ke sana mematikan setiap kepala-kepala zionis yang kini duduk manis menghabisi sebagian dari tubuh-tubuh tak berdosa.
Hujan akan menyejukkan hati dan pikiran pejuang kecil, besar, tua, muda yang senantiasa menyebut nama Rabbku, Rabb kita untuk membela segala sesuatu yang memang milik dan hak mereka.
Meski ada yang sebagian menangis dan hatinya teriris akibat zionis yang bengis dan serakah tanah, harta, dan nyawa.
Pejuang-pejuang itu tak takut karena syurga senantiasa di depan mata dan percayalah hujan sebagai saksinya
Sudahkah mendoakan Saudara-saudaraku, saudara kita ketika hujan turun?
Tahukah Kau, saat hujan turun adalah saat yang tepat untuk memanjatkan doa.
Lima menit saja. BERDOALAH untuk GAZA, PALESTINA.
Sabtu, 17 November 2012
Allah Sayang Padaku
Semangat Malam
Ini sebenarnya pemaksaan tangan. Nggak ada alasan untuk nggak ngetik karena Allah sudah kasih fasilitas dengan berbagai macam cara. Oke2 baiklah kisah ini dimulai saat saya menaiki angkutan umum 03 jurusan parung-depok hari ini. Semua biasa saja dan tak terjadi apa-apa sampai akhirnya saya berpikir betapa sayangnya Allah pada saya.
Kenapa berpikir kaya gitu telat, eits lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. Hampir selama dua minggu ini saya merutuki nasibku sendiri. Nasib? Lebai amat. Biarin suka-suka sayalah ya.
Hampir dua minggu ini saya sudah tidak lagi mengendarai motor. Yup, motornya udah nggak ada alias dijual, lagian motornya juga bukan motor saya. Hohoho. Awalnya berat banget nggak ada motor. Apa-apa harus naik angkot. Angkot yang mengalami berjuta alasan untuk tidak tepat waktu. Maksudnya? Yah kalau naik angkot risikonya bisa tua dijalan karena kelamaan entah kelamaan ngetem atau kelamaan macet. Kalau naik motor kan enak bisa salip sana salip sini.
Beberapa minggu lalu sedih nggak ada motor serasa dunia berakhir (lebai.com) yah nggak gitu juga sih, intinya ke mana-mana jadi nggak praktis lagi. Tapi itu kemarin-kemarin, lalu-lalu, dan dulu-dulu. Di angkot tadi saya seperti menemukan jawaban atas pertanyaan saya ke Allah. Kenapa saya nggak ada motor lagi? Dan Allah Maha teliti Maha mengetahui. Tahu nggak, Dia sayang banget sama saya dan kita semua. Bayangkan saudara-saudara, dengan tidak adanya motor sekarang ini saya tidak cepat masuk angin, maklum kalau naik motor saya biasa kena angin selama satu jam (perjalanan depok-bintaro). Tapi sekarang sudah tidak lagi. Saya ngekos dan merasakan indahnya naik angkutan umum.
Dengan naik angkutan umum selain saya menjaga tubuh agar tidak cepat lelah karena bisa tidur saya juga memberi kesempatan pada pak supir untuk mengais rezeki. Sekarang udah jarang orang naik kendaraan umum karena rata-rata udah pada punya mobil dan motor.
Selain itu dengan tidak adanya motor saya menjadi orang yang tak lagi melanggar lalu lintas karena sampai sekarang saya juga belum memilki sim.
Dan semenjak saya naik angkutan umum saya terbiasa menikmati orang-orang di sekitar saya yang terkadang menjadi inspirasi dalam kisah fiksi yang saya buat.
Motor, dengan tidak adanya kamu awalnya saya memang kecewa tiada tara. Tapi sekarang saya yakin pasti ada sesuatu dibalik ini semua dan sedikit demi sedikit Allah akan membukanya untuk saya. MAKIN CINTA SAMA ALLAH, RENCANANYA SELALU INDAH. maaf ya Allah kemarin sempat marah-marah. Sekarang insha Allah paham. Engkau punya rencana indah untukku. Aamiin :')
"Kak reisa, apa kabar? Seorang gadis kecil tiba-tiba menyapa saya saat sedang menerawang pikiran tentang motor. Sayapun membalas dengan tersenyum. Agak lupa-lupa ingat gadis ini siapa.
"Ini kara Kak, murid kakak di GO dulu"jelasnya sambil memperbaiki posisinya. Akupun mengangguk.
"Mau ke mana dan dari mana?"sayapun bertanya pertanyaan konyol sederhana. Dia tersenyum.
"Ke RS kak, temen aku kecelakaan motor kemaren. Sekarang di RS Mitra" jelasnya tersenyum simpul. Tiba-tiba saja hati berdegup. Ya Allah terima kasih atas lindungan Engkau selama ini kepadaku :')
Jumat, 16 November 2012
Jakarta kemarin
Jakarta kemarin hanya terdiri dari segelintir kendaraan roda empat dan sebagian roda dua.
Jalanan sudirman tampak lengang bersahaja. Malklum, libur tahun baru islam yang diikuti cuti bersama membuat warga jakarta dan sebagian lainnya pergi hijrah dari ibu kota ke tempat-tempat peristirahatan seperti bandung, puncak, jogja dan yang lainnya. Yang berkantung cukup tebal dengan leluasa pakai habis uang atau gesek kartu untuk di pakai menikmati keelokan negeri tetangga. Ada juga sebagian warga yang melakukan mudik ekspress ke kampung halaman.
Oke, oke saya bahagia kemarin bisa puas keliling ibu kota bersama teman menggunakan roda dua. Sangking terseponanya saya sampai geleng-geleng kepala. Beneran ini jakarta ibu kota negara yang terkenal dengan istilah gaulnya "Jekerdah"? Jakarta adem dan cuantik plus ciamik saat kami melewati rerimbun pohon yang tinggal segelintir tumbuh.
Jakarta kelihatan sombong dan angkuh saat kami melewati gedung-gedung yang saling pamer ketinggian. Tapi ya itulah jakarta lengkap dan komplit dengan segala keunikannya, yang pasti kemarin tiada macet dan tiada pak polisi. Iyalah mereka juga butuh rehat: rehat dari penglihatan pengendara yang srudak sruduk gak karuan, mungkin juga beberapa oknum dari mereka rehat dari beberapa pungli. Ah meskipun begitu saya yakin masih banyak polisi baik dan santun selain polisi tidur dan patung pak polisi. Jadi inget komik 101% Cinta Jakarta karya vbi djenggoten. Wajib baca tuh komik sederhana karya anak bangsa.
Jakarta kemarin saya habiskan sampai petang bersama april anak (semster 3) ciee teman sama anak muda berasa muda. Saya memang masih muda. Mudah-mudahan jakarta senantiasa muda dan bersahaja. Aamiin. Selamat libur panjang, selamat tahun baru islam, dan selamat atas kebahagiaan.
Salam