5 Juli 2016
“Kamu di mana?
Hampir tiga tahun kita nggak ketemu. Katanya kamu sahabatku?” Aku megetikkan
kalimat itu di halaman kosong sebuah badan email. Cuma itu yang bisa aku
tuliskan. Lalu setelah beberapa saat aku hapus lagi. Antara ragu dan ingin tahu
berkali-kali kuketik dan berkali-kali kuhapus. Hasilnya semua itu hanya masuk draft email saja tanpa sempat terkirim.
Aku hanya bisa
menghembuskan napasku perlahan. Rasa-rasanya lesu. Besok hari kelahiranku dan
sudah saatnya aku kembali ke lingkungan lama yang sempat kutinggalkan hampir
tiga tahun lamanya. Teman. Hampir tiga
tahun ini temanku adalah tumpukan pekerjaan. Setelah gagal bertahan hidup di
tahun 2013 lalu kuputuskan untuk hijrah ke negara orang. Meski begitu… di mana
pun aku berada selama masih menapak di bumi kepunyaan Allah kurasa tidak
masalah. Namun memang sedikit menjadi masalah ketika kuputuskan meninggalkan
Indonesia negara tercinta. Keputusan itu juga melahirkan sekat-sekat baru dalam
kehidupan pertemananku kecuali keluarga.
Aku mengecek
ponselku. Tapi kurasa sia-sia saja. Rasa ini akan seperti tahun lalu. Bahwa
yang mengucapkan selamat atas hari kelahiranku hanya keluarga. Ya memang
keluarga yang bisa menjadi tumpuan dan pijakan dikala badai datang dan kelaraan
hati mengguncang. Namun dulu aku masih percaya dan yakin bahwa aku masih
memiliki teman. Salah! Maksudku sahabat terbaikku. Tapi semua rasanya salah.
Sepertinya memang tidak ada teman atau sahabat sejati kecuali Rabbi dan
malaikat setia pengikut dan penjaga di dekat pundak kanan dan kiri. Itu saja!
Yang lainnya dusta!
Galau! Jika
ditahun ini masih seperti tiga tahun lalu mungkin kosa kataku dapat dikatakan
masih popular. Namun tidak di tahun ini. Zaman sudah berubah begitupun aku. Aku
sudah tidak seaktif beberapa tahun lalu. Biasanya aku mengumpulkan beberapa
teman-teman seangkatan untuk sekadar melepas lara dan kerinduan. Bercerita
banyak hal. Oh… betapa aku merindukan saat-saat seperti itu. Sepertinya
hibernasi keceriaanku harus segera dihapuskan. Aku butuh pulang! Selain keluarga
jujur kukatakan bahwa aku ingin bertemu orang yang dikatakan Sahabatku!
Tiga tahun
lamanya aku berhenti bermedia sosial. Lagi pula percuma. Tak ada yang mencari
aku. Semua orang sudah punya dunia masing-masing. Begitu pun aku. Jadi kurasa
tak salah jika mengubah total hidup dari hal-hal berbau medsos. Bahkan aku tak
memberitahu siapapun terkait nomor ponsel kecuali keluarga. Bergegas aku
mengemasi koper hijau tosca. Tak semua barang kubawa karena aku masih yakin
bahwa aku akan kembali lagi ke tempat ini. Tapi entah kapan. Yang jelas aku
memutuskan untuk berangkat malam ini juga. Meski aku tahu ini akan jadi kejutan
tersendiri untuk keluargaku. Mama… aku pulang!
****
Penerbanganku
berjalan lancar. Tak ada istilah telat untuk sebuah perjalanan hebat. Aku bayar
mahal untuk ini semua. Aku hanya ingin perjalananku sempurna tanpa cela. Tujuh
jam perjalanan sudah kulalui. Kini aku berdiri di terminal kedatangan luar
negeri Bandara Soekarno Hatta. Tak ada yang menjemputku. Pastilah begitu.
Keluargaku hanya tahu bahwa aku akan pulang di akhir penghujung bulan. Namun
ini kejutan di hari kelahiranku sendiri. Aku sudah mengirimkan surat elektronik
ke atasanku bahwa aku izin cuti selama dua minggu. Kurasa cukup.
Aku memilih Taxi
favoritku. Hujan lalu turun. Seolah menyambut kedatangan dan memberikan ucapan
selamat datang.
“Pak tolong
radio Prambors” Ujarku pada Pak Supir lalu dia mengganti frekuensi radio.
Sebelumnya dia menawariku menonton televisi. Namun aku menolak. Aku hanya rindu
suara. Jam di ponsel menunjukkan pukul 09.00. Otomatis jamku pandai mengatur
waktu seperti aku.
“Maaf kita ke arah
mana?” Ujar sang supir taxi tanpa melihatku.
“Ke arah
Sudirman Pak.” Ujarku mantap. Aku ingin membeli oleh-oleh dulu untuk
keluargaku. Minimal membeli kue untuk hari kelahiranku sendiri. Lagi pula aku
tak sempat berbelanja kemarin. Sudahlah kurasa kedatanganku juga merupakan
oleh-oleh terbesar untuk keluargaku sendiri.
Taxiku berjalan
perlahan dan mantap. Sesekali aku serius mendengarkan ocehan penyiar radio yang
sudah tak kukenal lagi milik siapa. Mungkin sudah ganti. Toh tiga tahun sudah
barlalu pasti para penyiar lama juga pindah ke lain radio yang mungkin sudah
banyak ternama.
“Ya… bagi yang
ingin mengucapkan selamat ulang tahun untuk teman sahabat keluarga atau pacar
bisa langsung sms atau telpon kami untuk sekadar kirim-kirim salam…” Suara itu
yang terdengar dari radio. Bergegas aku menyuruh supir untuk membesarkan
volumenya. Aku ingin mencatat nomornya dan menelpon. Tiba-tiba kegilaan yang
telah kupendam selama tiga tahun muncul. Ingin rasanya aku membuat kehebohan.
Aku ingin menelepon dan mengucapkan selamat ulang tahun untuk diriku sendiri.
Siapa tahu.. teman-temanku ada yang mendengar. Terutama sahabat terbaiku.
Sial. Ponselku
tidak bisa digunakan untuk menghubungi nomor prambors. Tak kehabisan akal aku
pun meminjam ponsel milik pak supir dengan jaminan kuganti pulsa dua kali
lipat. Pak supir setuju dan bergegas menyerahkan ponsel layar sentuhnya padaku.
Bergegas aku menyentuh angka-angka yang berujung pada nomor milik radio
kesayangan semenjak SMA itu.
“Ya halo… ini
dengan siapa dan di mana?” terdengar suara dari seberang telepon. Sepertinya aku
masuk dalam daftar tunggu karena tidak langsung on air.
“Tara. Saya baru pulang ke Indonesia
hari ini” Jelasku menjawab suara perempuan yang bertanya di sebrang telepon.
“Wah. Mbak Tara
tunggu dulu ya. Nanti sekitar lima menit kita telpon balik. Sudah ada yang
menelpon duluan. Oh iya mau mengucapkan selamat untuk siapa dan di mana?”
“Mau mengucapkan
selamat untuk saya sendiri Mbak” Jawabku cengengesan. Rasa malu sudah dilindas
oleh roda-roda taxi.
“Lho kok…
Oke-oke. Sip. Kami akan hubungi Mbak Tara setelah penelpon pertama ini ya. Nanti
langsung on air. Jadi nanti suara
radionya langsung dikecilkan ya “ Jelas perempuan itu dan aku paham.
“Halo dengan
siapa di mana dan mau ngucapin selamat untu siapa?” Suara penyiar lelaki
sepertinya sedang menghubungi penelpon pertama. Aku mendengarkan dengan
seksama.
“Halo… saya Lisa
di Bogor. Ehm..Mau ngucapin selamat hari kelahiran untuk sahabat saya Tara yang
entah sekarang ada di mana. Semoga Lo selalu sehat dan bahagia. ” Ucapnya dan
membuatku terdiam.
Suara itu…
“Loh kok nggak
tahu sahabatnya gimana. Lo sahabatnya apa bukan nih?” Tanya sang penyiar mencoba
menilik dengan nada guyonan.
“Saya sahabatnya
tapi mungkin bukan sahabat terbaiknya.” Suaranya terdengar terisak.
“Loh kok kamu
nangis? Sepertinya kamu kangen banget sama dia?” Suara sang penyiar terdengar
lebih ekstra bertanya.
“Iya… hampir
tiga tahun nggak ketemu. Nggak ada kabar sama sekali. Mungkin ini salah satu
cara agar dia bisa dengar. Itupun kalau dia ada di Indonesia” Ujarnya
menjelaskan. Tanpa sadar bulir-bulir air mata yang sudah tertahan sejak semalam
jatuh juga. Pak Supir melihatku menangis melalui kaca dan buru-buru memberikan tissue.
“Wah ini
mengharukan sekali. Gue sampai ikutan nangis. Semoga Tara denger ini semua ya Lis.
Karena ini mampu buat gue berkaca-kaca gue mau kasih kesempatan buat Lo untuk
ngomong selama satu menit ke sahabat lo itu. Silakan Lis” Ujar penyiar member kesempatan.
Pak supir segera memperbesar lagi volume radionya.
“Tara… gue kangen
sama Lo. Lo di mana sekarang? Gue nggak tahu mau ngomong apa lagi. Yang pasti
selamat hari kelahiran. Harapan gue… kita bisa ketemu lagi…” Ujarnya tertahan
karena isakan tangisnya lebih keras kini terdengar. Sang penyiar segera
mengambil alih.
“Ya… Lisa…
sebelumnya dia udah request lagu dan lagu ini dipersembahkan khusus untuk
sahabatnya Tara. Semoga Tara dengar lagu “Cantik” dari kahitna ini yang katanya
lagu favorit dia sejak lama. Selamat mendengarkan.
Tak berapa lama
kemudian ponsel milik pak supir yang berada digenggaman bordering. Nomor milik
prambors yang kutelepon tadi. Dengan segera aku mengangkatnya.
“Halo Mbak”
Ujarku karena kupikir perempuan lagi yang menelpon. Ternyata tebakanku salah.
Suara berat justru yang terdengar.
“Eh ini mbak Tara.
Ehm… jeda habis lagu ini kita langsung on
air ya” Jelasnya.
“Ehm… mas… saya Tara
temannya Lisa yang tadi on air” Jelasku
memberitahu.
“Seriusan ini.
Wah… kok bisa pas ini. Yakin kalau Mbak ini temannya Lisa yang tadi?”
“Iya… saya juga
kaget.”
“Oke-oke… Mbak
tahan dulu ya… jangan ditutup. Kita langsung on air aja. Tolong di kecilin suara radionya ya…” Jelasnya dan aku
langsung menyuruh pak supir segera mengecilkan radionya waktu terdengar bait
kalimat terakhir “Sungguh aku sayang
kamu…”
“Yup balik lagi
bersama saya Seto diacara pagi-pagi kirim selamat agar hati tetap hebat.
Sebelumnya tadi penelpon pertama kita Lisa mengucapkan selamat hari kelahiran
untuk sahabatnya yang sudah lama tak ditemuinya. Dan kini penelpon kedua kita
ada Tara. Yang tak lain dan tak bukan adalah orang yang dicari-cari Lisa. Kok
bisa pas? Yuk langsung aja kita sabung di line telepon kita.
“Halo dengan
mbak Tara”
“Iya… saya Tara.
“Sebenarnya Mbak
Tara telpon ke sini mau mengucapkan selamat ulang tahun untuk siapa?”
“Tadinya saya
mau mengucapkan selamat ulang tahun untuk diri saya sendiri. Tapi ternyata saya
keduluan.” Ungkapku jujur.
“Sekarang posisi
di mana?”
“Saya baru
datang di Indonesia jam 09.00 tadi. Sekarang di taxi. Perjalanan pulang ke
rumah” Jelasku
“Wow… wow… ini
yang namanya keajaiban. Kalian klop banget sih. Gue emang nggak tahu masalah
kalian apa? Tapi yang jelas gue seneng bisa jadi bagian dari kisah pertemuan
kalian lewat kiriman salam ini. Tara… Lo masih di situ kan?”
“Iya”
“Sekarang Lo
bisa ngucapin sesuatu ke Lisa yang tadi udah ngucapin selamat ke Lo. Gue yakin Lisa
pasti dengerin Lo sekarang.”
“Buat Lisa…
makasih banget atas ucapannya dan kiriman lagu favorit gue. Gue juga kangen
sama lo… “ aku sudah tak bisa berkata-kata lagi. Air mataku sudah tumpah.
Mungkin suara isaknya terdengar seantero Jakarta. Ah sudahlah. Ini kado
terindah.
“Ra… rindu lo
pecah juga” Terdengar suara parau dari seberang telepon. Mungkinkah Prambors
menyambungkan telpon ini menjadi telekonfrence dengan Lisa.
“Eh… samanya
kaya Lo. Udah ah… gue udah banjir” Ujarku menghapus sekat yang lalu. Sura
tangisan kami pecah bersama. Entahlah aku tak peduli. Mungkin sudah di cut. Yang pasti benang-benang
persahabatan yang putus ditengah jalan kini akan mulai tersambung lagi.
Tamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar