Sehari meninggalkan yang biasa dilakukan rasanya gimana gitu..
Aih... Ramadan datang ^^/ Semoga kawan-kawan senantiasa dalam semangat jiwa nan bergelora untuk terus menjalani hari-hari yang penuh keberkahan ini. Yuk kita peluk ramadan dengan erat agar hati kita senantiasa damai membersamai bulan yang sangat dinanti dan dicintai oleh setiap hati yang senantiasa mengingat Rabbi :D
Siang ini mau berbagi tulisan yang pernah dikemukakan dulu...(biar pinter dikit akunya)
Tiga Pilar Diplomasi Jepang--Indonesia
Diplomasi adalah hubungan luar negri suatu
negara dengan negara lain yang merdeka dan berdaulat untuk memenuhi kepentingan
negara tersebut. Jepang merupakan salah satu negara di kawasan Asia yang gencar
melakukan diplomasi dengan negara lain baik di Asia maupun di luar Asia. Sejak
Perang Dunia 1 hingga ke- 2, Jepang banyak melakukan Diplomasi dengan
negara-negara Barat seperti Jerman, Italia dan sebagainya. Kegiatan diplomasi
yang dilakukan Jepang tidak lain bertujuan untuk mensejahterakan rakyatnya.
Tiga pilar utama diplomasi Jepang
dinyatakan sebagai diplomasi yang berpusat pada Bangsa, kolaborasi Serikat
dengan negara-negara dunia bebas, dan kepatuhan terhadap posisinya sebagai
bangsa Asia. Pengaturan internasional di mana Jepang telah menemukan
dirinya telah pasti berubah secara dramatis sejak saat itu, dengan normalisasi
hubungan diplomatik dengan Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina dan kemajuan
kerjasama regional melalui Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara dan Masyarakat
Eropa. Sesuai dengan perubahan tersebut, posisi dan peran bahwa Jepang
telah bermain di masyarakat internasional telah berkembang secara dramatis, dan
inilah transisi diplomasi Jepang.
Indonesia sebagai salah satu negara yang
pernah dijajah oleh Jepang pun telah lama menjalin kerja sama dengan Jepang.
Hal tersebut dapat dilihat pada saat Peringatan 50 tahun hubungan diplomatik
Indonesia dan Jepang yang difokuskan pada tiga pilar; yaitu pendidikan,
kebudayaan, dan generasi muda. Pemerintah Indonesia dan Jepang akan aktif
mendorong kerja sama di tiga pilar itu. Hal tersebut dikemukakan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato sambutannya pada pembukaan acara
peringatan 50 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Jepang, di TMII, Jakarta,
Minggu (20/1).
Acara tersebut dihadiri Pangeran Jepang
Akishino dan Putri Kiko, Ketua Kehormatan Panitia Peringatan 50 Tahun Hubungan
Diplomatik Indonesia—Jepang Ginandjar Kartasasmita, Ketua Panitia Panitia
Peringatan 50 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia—Jepang Rachmat Gobel, dan
Dubes Jepang untuk Indonesia Shin Ebihadfra.
Pendidikan sebagai instrumen strategis
untuk mendekatkan hubungan kedua negara dan dapat menjadi media transfer
teknologi. Jepang memang negara yang sangat peduli terhadap pendidikan. Hal ini
telah dibuktikannya sejak dahulu pada saat Jepang berada dibawah pimpinan Kaisar Matshito. Saat terjadi Restorasi Meiji
pun pendidikan diinternalisasikan Jepang ke dalam lima sumpah teno yang
menitikberatkan bahwa pendidikan sebagai esensi pembangunan nasional.
Kerja
sama budaya diperlukan untuk mendekatkan hubungan masyarakat kedua negara, baik
melalui misi kebudayaan maupun pariwisata. Sementara itu, kerja sama di bidang
kepemudaan, meliputi misi pertukaran pelajar yang di kemudian hari akan
menjembatani pemahaman dan kerja sama antara kedua negara. Jepang merupakan
salah satu mitra terpenting Indonesia di bidang ekonomi. Jepang mendukung
pembangunan RI dengan berbagai program bantuan, sedangkan Indonesia melakukan
ekspor penting ke Jepang.
Menurut Presiden, saat ini hubungan kedua
negara telah memasuki babak baru dengan penandatanganan perjanjian kemitraan
strategis (EPA) pada 2007. Hubungan ini diharapkan dapat meningkatkan
kemakmuran kedua negara dan menjadi hubungan persahabatan yang strategis. Ketua
Kehormatan Panitia Ginandjar Kartasasmita mengatakan bahwa hubungan kedua
negara tercermin dari kerja sama berbagai pola baik di kawasan maupun
internasional. Hubungan yang sinergis ini telah memberikan sumbangsih yang
sangat berarti bagi stabilitas politik dan keamanan di kawasan Asia.
Sementara itu, Ketua Panitia Rachmat Gobel
menyebutkan beberapa kegiatan selama tahun 2008 dalam rangka 50 tahun hubungan
kedua negara, seperti pendidikan, kebudayaan, kesenian, sosial dan pariwisata
yang sekaligus mendukung Tahun Kunjungan Wisata 2008 Indonesia. RI—Jepang
memiliki rekam jejak yang cukup baik dalam kerja sama menjaga perdamaian dunia
di berbagai forum di kawasan maupun internasional, karena kedua negara menjadi
anggota Forum Asia Timur—ASEAN, PBB, dan sejumlah misi perdamaian lainnya.
RI dan Jepang juga memiliki komitmen untuk
mendorong perdamaian dan keamanan kawasan dengan keikutsertaannya menyukseskan
penyelesaian isu nuklir Korea Utara.Sementara itu, di bidang lingkungan hidup,
kedua negara berpartisipasi dalam Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup
(UNFCCC) di Bali yang menghasilkan Peta Jalan Bali. Di tempat terpisah. Penekanan
hubungan diplomatik pada bidang pendidikan, kebudayaan, dan generasi muda
bertujuan memberikan warisan kepada generasi yang akan datang.
Dari penjelasan dan ulasan di atas dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa Tiga pilar utama diplomasi Jepang dinyatakan
sebagai diplomasi yang berpusat pada Bangsa, kolaborasi Serikat dengan
negara-negara dunia bebas, dan kepatuhan terhadap posisinya sebagai bangsa
Asia. Sedangkan diplomatik antara Jepang dengan Indonesia difokuskan pada
tiga pilar, yakni pendidikan, kebudayaan, dan generasi muda.
Referensi
Muhammad Reza. 2008. “Hubungan Indonesia—Jepang Fokus Tiga Pilar” Suara
Karya Online. http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=190890. Diakses pada
19 Desember 2010.
Anonim. 2008 “Public Diplomacy”. http://publicdiplomacy.wikia.com/wiki/Japan.
Diakses pada 19 Desember 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar