Apalagi coba kalau bukan kripik pisang, kemplang, dan juga durian.
Tapi, kali ini saya akan fokus pada kripik pisang.
Tak dipungkiri, selama ngebolang ke Lampung, saya banyak menemukan aneka tumbuhan. Pisang salah satunya. Buanyaaaaakkk
Nah, jadi saya berkesimpulan sendiri bahwasannya memang pisang atau kripik pisang menjadi oleh-oleh yang khas.
Saat di desa Jabung, saya baru tahu bahwa kripik pisang ini dibuat secara sederhana oleh masyarakat. Beberapa masyarakat mengandalkan membuat kripik pisang sebagai sandaran perekonomian kehidupan.
Saya lihat sendiri bagaimana seorang ibu, mengolah pisang yang akhirnya menjadi kripik pisang yang manis dan enak.
Sayang, saya lupa bertanya siapa nama ibunya. Oke, sebut saja namanya Ibu Surtini. Beliau mengolah pisang menjadi kripik itu sendirian. Dia yang memasrah "irisan tipis-tipis" sampai pada tahap menggoreng, menggulai (dikasih gula), dan akhirnya membungkusi.
Tak setiap hari beliau mengolah pisang-pisang yang ada di kebunnya karena ternyata melelahkan juga. Seminggu dua kali saja Bu Tini mengolah pisang-pisang tersebut.
Jika sudah diolah, beliau akan bersiap membungkusnya dan memdistribusikannya ke warung-warung tetangga dan juga pasar.
Harga perkilo yang beliau berikan kepada saya saat membeli adalah Rp15.000/kg. Murah sangat dibanding beli di toko oleh-oleh. Ya iyaalah, Sa. Kan belinya langsung sama sang pengolah, jadinya lebih murah. Lebih enak malah, karena secara langsung saya tahu proses pembuatannya.
Waktu saya datang ke rumah Bu Tini, beliau baru saja selesai menggoreng irisan pisang tersebut, jadinya masih hangat.
Rasanya Ueeenaaakk. Entah kenapa saya lebih suka kripik pisang original ketimbang yang sudah bercampur aneka rasa (cokelat, strawberi dll)
Dan yang lebih Ahamdulillah lagi adalah, saya ditraktir oleh Miss Lilly dalam memperoleh makanan enak ini. Hehehehe
Gratisan memang lebih enak. ^^v
Barakallah orang-orang yang selalu baik dengan saya, hanya Allah Yang Mampu membalas kebaikan mereka semua. Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar