Kisah Kami (untuk 19 Maret 2014)
“Pokoknya nanti aku nikahnya kalau nggak sama anak IPB ya ITB. Kalau nggak Bandung ya Bogor.”
Kalimat itu sering aku ucapkan pada teman-temanku saat lalu. Selintas memang terdengar konyol, namun pada akhirnya kini aku menikah dengan lelaki lulusan IPB.
Alhamdulillah. Rasa-rasanya seperti mimpi, tapi ini nyata yang dihadirkan Tuhan untukku dan juga dia. Skenarionya memang selalu indah. Tak ada satu pun makhluk bernyawa yang mampu menebak skenario hidup rancanganNya, pun halnya denganku. Tak pernah terbayang bahwasannya lelaki yang menjadi lawan mainku dalam sebuah drama pada pelatihan akhlak kini menjadi imamku.
24 Februari 2014
Pertama kali aku berinteraksi dengannya. Dia menawarkan diri menjadi lawan main dalam drama pelatihan akhlak Alfaizin. Selepas Isya kami berlatih drama. Kisahnya? Tentang seorang gadis yang minta putus dari pacarnya. Alasannya? Islam tak mengenal pacaran. Jika pun mengenal tentu dalam sebuah ikatan suci pernikahan. Berkali-kali dia berlatih berkali-kali juga aku mengingatkan bahwasannya percakapannya kurang pas. Sampai pada akhirnya aku menuliskan teks yang harus dibacakan dan hafalkan. Saat itu rasanya sebal karena biasanya lawan mainku bukan dia. Segala hal bisa dipelajari dan dia mau belajar.
25 Februari 2014
Kami akhirnya tampil drama di hadapan 33 peserta pelatihan (Dari Malaysia dan Indonesia) Di luar dugaan, bahwasannya lawan mainku lihai dan pandai berdrama padahal malamnya sempat kuragukan. Drama tersebut sukses besar, bahkan beberapa orang menyatakan suka dengan akting kami. ada salah seorang peserta yang merasa drama tersebut bukanlah sekadar drama. Tapi seolah nyata dan entah kenapa ada perasaan yang berbeda antara aku dan dia.
Usai drama… sahabatku yang juga menjadi notulis dalam pelatihan begitu bersemangat untuk menjodohkan kami. Mereka bilang kami cocok. Bahkan Abangku sendiri menyatakan bahwa antara kami ada chemistry. Awalnya aku mengabaikannya namun pada akhirnya aku tertarik juga untuk mendengar tentang dia dari sahabatku ini. Dia tidak merokok dan tidak pernah pacaran. Syarat terkait calon imamku terpenuhi olehnya.
Iseng… tangan ini jahil mencari tahu tentang dia lewat jejaring sosial. Hanya tahu nama depannya saja. Dan Entah kenapa namanya muncul pada bagian teratas pencarian. Klik. kaki lemas seketika saat membaca seklumit profilnya: Pernah belajar di Insitut Pertanian Bogor jurusan Kehutanan.
26 Februari 2014
Aku dan sahabatku izin pulang sebentar karena ingin mengambil kaos kaki dan bertemu dengan Adik dan Kakak yang kebetulan ada di rumah. Ada percakapan antara sahabatku dan kakak tentang dia yang tanpa sengaja didengar oleh suami mama. Berawal dari sebuah tantangan yang berujung pada keberkahan. Malam itu juga dia datang ke rumah. Percaya atau tidak aku resmi dikhitbah. Dia menyatakan keseriusannya untuk menikah denganku pun halnya aku yang bersedia untuk dinikahi olehnya. Di dunia ini tak ada yang kebetulan. Anehnya seluruh keluargaku saat itu berada di rumah. Komplit. Mama yang baru saja pulang dari surau terkaget-kaget saat melihat dia hadir di rumah dan diberitahu bahwa dia serius denganku.
27 Februari 2014
Dalam setiap doaku aku selalu meminta pada Tuhan agar memberikan jodoh terbaik dari yang paling baik buatku. Jujur aku tak begitu mengenal dia. Pun halnya dia terhadapku. Namun di saat keraguan itu muncul Tuhan selalu memberi keyakinan dengan caraNya yang elegan.
Usai pelatihan di hari kamis sekitar pukul 17.00 aku membereskan peralatan notulisku. Bukan sebuah kebetulan bahwasannya pada saat itu dia berada di tempat pelatihan. Dia duduk tepat di sebelahku. Padanya aku meminta tolong untuk mencabut colokan kabel netbookku. Dia mengangguk dan segera mencabut colokan tersebut. Dalam sepersekian detik saat dia mencabut colokan aku berdoa dalam hati
“Ya Rabb… jika dia memang yang terbaik untuk hamba dia akan memberikan colokan netbook hamba dalam keadaan tergulung/dirapikan. Jika tidak… Hamba akan ragu padanya”.
Allah benar-benar meyakinkanku bahwasannya dia memang pilihan Allah buatku. Aku sudah mengadahkan tangan untuk menerima kabel netbookku Namun apa yang dilakukan? Dengan sopan dan santun dia meminta izin padaku untuk menggulung colokan tersebut. Dengan perlahan dia menggulung colokan tersebut dengan rapi dan apik lalu setelah itu meyerahkan padaku dengan tersenyum meski pandangannya tertunduk.
Allahu Akbar… keyakinanku semakin mantap. Sinyal yang dikirimkan Tuhan benar-benar sampai dan membuat badanku merinding. InshaAllah memang dia orangnya.
***
Dia… tak pernah sedikitpun berniat mencari tahu tentangku. Ketika kutanya alasannya dia hanya menjawab nanti saja biar tahu sendiri setelah menikah. Sementara aku? Banyak orang yang bercerita tenang dia tentang ketakutan dan ketaatannya pada Tuhan. Interaksi kami diawal-awal sebatas sms itupun bisa dihitung dengan jari. Lucu, semua pertanyaan yang kuajukan dijawabnya dengan dua sampai tiga huruf saja “Ya” atau terkadang “iya” atau “ok”. Awalnya gregetan namun akhirnya aku paham memang seperti itulah dia.
Berita tentang khitbahku secara mendadak pada akhirnya sampai juga di telinga Ayah. Ayah yakin bahwasanya dia adalah jodohku meski saat itu Ayah belum pernah bertemu dengannya. Entah kenapa saat itu aku memiliki feeling bahwa Maret ini aku akan menikah. Dan ternyata benar saja bahwasanya ayah memintaku untuk menikah di bulan Maret. Ketika kusampaikan padanya dengan mantap dia menjawab SIAP.
Segala kemudahan diberikan oleh Allah atas niat kami menikah di bulan ini. Dari mulai mengurus berkas untuk pendaftaran ke KUA sampai pada mencari kontrakan untuk tempat tinggal kami sementara. Alhamdulillah banyak sahabat dan saudara yang membantu. Selama berdiskusi dengannya untuk acara tgl 19 Maret 2014, sedikit demi sedikit aku tahu tentang dia.
Dia tak pernah bosan untuk mengingatkanku agar sentiasa meluruskan niat untuk mendapat ridho Allah dan menjadi Rahmatanlilalamiin. Aku yang senantiasa meluap-luap selalu diredam olehnya yang kalem. Sederhananya… taatnya… dan keberaniannya bertanggung jawab atasku menjadikan dia spesial. Dan aku jatuh pada cintanya. ketika ditanya kenapa yakin dengan orang yang baru dikenal kurang dari sebulan, jawaban terkuatnya adalah karena Allah.
Alhamdulillah… Alhamdulillah… Alhamdulillah Terima kasih Rabb. Barakallah untuk semua tamu undangan yang hadir.
Terima kasih atas doa restu dan bantuan yang telah diberikan pada kami hingga kami bisa menjejaki tanggal 19 Maret 2014 ini dan maaf jika ada kekurangan/ kekhilafan yang kami lakukan.
Salam
Reisa dan Tri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar