Pagi ini ibu kami tercinta dibawa Yayah AngkasAwan ke UGD pukul 05.00. Ibu sesek napas dan akhirnya langsung ditangani di rumah sakit Sidareja. Mabun, Awan, dan Angkasa di rumah saja karena bocah dua juga lagi kurang sehat. Awan batuk panas adik batuk pilek. Ya Allah semoga Ramadhan nanti semuanya diberikan kesehatan yang prima.
Untuk menghibur diri dan anak-anak sengaja mabun nyicil dekorasi untuk menyambut bulan Ramadhan. Agar mereka tahu bahwa bulan yang penuh keberkahan itu layak disambut sebagai tamu yang senantiasa dirindukan.
Berikut hiasan mabun yang cukup membuat Awan dan Angkasa hepi meski belum 100% selesai. Alhamdulillah habis magrib Yayah ngasih kabar kalau ibu sudah mendingan dan semakin sehat meski tetap harus opname dulu. Gak apa" yang penting sehat. Semangat
Kamis, 25 April 2019
Rabu, 24 April 2019
Daily Routine Chart Awan
Alhamdulillah kemarin eksekusi buat DIY lagi setelah sekian lama ditunda-tunda. Makanya jangan ditunda-tunda yess, jadinya nanti malas kaya saya.
Ini akan membantu Awan untuk terbiasa membuat dirinya disiplin. Gak mudah memang tapi yang penting dia hepi dulu. Nanti kalau stiknya dalam sebulan terkumpul 240an nah dia bisa dapat hadiah.
Ini dia penampakannya
Ini akan membantu Awan untuk terbiasa membuat dirinya disiplin. Gak mudah memang tapi yang penting dia hepi dulu. Nanti kalau stiknya dalam sebulan terkumpul 240an nah dia bisa dapat hadiah.
Ini dia penampakannya
Selasa, 09 April 2019
Menabung latih kesabaran
Awan sudah mulai belajar menabung di usia 2,5 tahun. Dari menabung Awan belajar melatih rasa sabar jika ingin sesuatu. Yap hasilnya Awan sudah bisa beli sendiri sepeda goesnya saat jelang usia 3 tahun. Saya ajarkan bahwasannya jika punya keinginan harus ditampung dulu dalam doa dan sabar. Tidak serta Merta membelikan semua yang dia inginkan karena itu merupakan cara agar dia menghargai setiap proses dari barang-barang yang dia akan beli.
Tahun ini diusia memasuki 4 tahun Awan ingin sekali punya tobot x y z tirtan dan baju profesi. 4 bulan menabung hasilnya sudah 330k. Langsung saya belikan apa yang dia minta. Tapi nanti diberikannya nunggu paketnya datang dan juga jelang hari kelahirannya.
Konsistensi menabung receh setiap hari menjadikannya belajar menghargai uang meski dia belum paham nominal angka. Terbukti saat diberikan pilihan sangu oleh Mbah uti Diah dan Kakung cileduk antara uang bergambar Soekarno Hatta atau yang berwarna biru 50k Awan lebih memilih warna biru karena kesukaan.
Terlepas dari itu semua Awan akan belajar menghargai bahwa setiap koin ataupun kertas uang yang ia terima semuanya berharga. Begitu pula dengan barang yang ia beli dari hasil menabungnya.
Alhamdulillah
Tahun ini diusia memasuki 4 tahun Awan ingin sekali punya tobot x y z tirtan dan baju profesi. 4 bulan menabung hasilnya sudah 330k. Langsung saya belikan apa yang dia minta. Tapi nanti diberikannya nunggu paketnya datang dan juga jelang hari kelahirannya.
Konsistensi menabung receh setiap hari menjadikannya belajar menghargai uang meski dia belum paham nominal angka. Terbukti saat diberikan pilihan sangu oleh Mbah uti Diah dan Kakung cileduk antara uang bergambar Soekarno Hatta atau yang berwarna biru 50k Awan lebih memilih warna biru karena kesukaan.
Terlepas dari itu semua Awan akan belajar menghargai bahwa setiap koin ataupun kertas uang yang ia terima semuanya berharga. Begitu pula dengan barang yang ia beli dari hasil menabungnya.
Alhamdulillah
Minggu, 07 April 2019
Awan dan Peran
Awan dan penjiwaannya
Kalau bermain peran dialah yang paling menikmatinya. Peran kali ini tentang penjual mainan dan pembelinya. Saya awalnya jadi penjual dan Awan pembeli. Tawar menawar yang alot dan akhirnya membuat saya tertawa sendiri.
Awan lebih menjiwai. Saat menjadi penjual dia begitu khusyuk menjadi pedagang.
Bagaimana caranya dia menawarkan mainannya yg dijajakan, kejujuran yg diungkapkan (misal rodanya sudah lepas satu) 😂, sampai cara dia berteriak memanggil pembeli mengalahkan mail dua seringgit.😂
Yang lebih lucu lagi ketika saya deal dg 3 brg yg saya beli dia antusias bahkan berpikir cepat bahwa untuk membawa belanjaan, saya perlu kantung kresek. Dia pun mencari kantung kresek tsb
Memang sih media uang"an yg kami gunakan belum membuat dia paham seutuhnya tentang jumlah nominal. Tapi setidaknya ada perkenalan tentang jual beli, akad, dan tawar menawar.
Satu lagi ada bagian yang membuat saya terenyuh.
Jadi ceritanya saya dan Angkasa yg jd pembeli. Angkasa pilih semua mainan yg Awan jajakan. Lalu saya bilang
"Adik, jgn semuanya. Nanti uangnya gak cukup buat beli beras, minyak, dll" adiknya mah iya belum paham. Sbnrnya saya mau libat reaksi Awan.
"pak semuanya berapa? Maaf ya anak saya mau beli semuanya"
"Gpp Bu, namanya juga anak". Yaudah ambil aja semuanya. Kasihan ibu nanti klo uangnya buat beli mainan semua gak bisa beli beras. Gak usah bayar ya"
Rasanya hati saya Dug sendiri.
"Ini beneran gratis pak?"
"Iya Bu, saya gak rugi kok. Nanti kan diganti Allah, yg penting anak ibu senang terus uang ibu bisa buat belanja"
Permainan ini ternyata bisa menggugah rasa empati Awan. Dan dia tahu bahwa Allah-lah yg akan mengganti semuanya. Sudah ada landasan dan berpegang teguh pada Allah sudah cukup baginya. Dan mengasihi sesama manusia melalui tolong menolong.
Lebai? Ah biarkanlah saya cuma berbagi rasa dan cerita.
Kalimat anak" itu ajaib memang. Dan semuanya itu jujur.
Itu nikmat yg saya rasakan.
Kalau bermain peran dialah yang paling menikmatinya. Peran kali ini tentang penjual mainan dan pembelinya. Saya awalnya jadi penjual dan Awan pembeli. Tawar menawar yang alot dan akhirnya membuat saya tertawa sendiri.
Awan lebih menjiwai. Saat menjadi penjual dia begitu khusyuk menjadi pedagang.
Bagaimana caranya dia menawarkan mainannya yg dijajakan, kejujuran yg diungkapkan (misal rodanya sudah lepas satu) 😂, sampai cara dia berteriak memanggil pembeli mengalahkan mail dua seringgit.😂
Yang lebih lucu lagi ketika saya deal dg 3 brg yg saya beli dia antusias bahkan berpikir cepat bahwa untuk membawa belanjaan, saya perlu kantung kresek. Dia pun mencari kantung kresek tsb
Memang sih media uang"an yg kami gunakan belum membuat dia paham seutuhnya tentang jumlah nominal. Tapi setidaknya ada perkenalan tentang jual beli, akad, dan tawar menawar.
Satu lagi ada bagian yang membuat saya terenyuh.
Jadi ceritanya saya dan Angkasa yg jd pembeli. Angkasa pilih semua mainan yg Awan jajakan. Lalu saya bilang
"Adik, jgn semuanya. Nanti uangnya gak cukup buat beli beras, minyak, dll" adiknya mah iya belum paham. Sbnrnya saya mau libat reaksi Awan.
"pak semuanya berapa? Maaf ya anak saya mau beli semuanya"
"Gpp Bu, namanya juga anak". Yaudah ambil aja semuanya. Kasihan ibu nanti klo uangnya buat beli mainan semua gak bisa beli beras. Gak usah bayar ya"
Rasanya hati saya Dug sendiri.
"Ini beneran gratis pak?"
"Iya Bu, saya gak rugi kok. Nanti kan diganti Allah, yg penting anak ibu senang terus uang ibu bisa buat belanja"
Permainan ini ternyata bisa menggugah rasa empati Awan. Dan dia tahu bahwa Allah-lah yg akan mengganti semuanya. Sudah ada landasan dan berpegang teguh pada Allah sudah cukup baginya. Dan mengasihi sesama manusia melalui tolong menolong.
Lebai? Ah biarkanlah saya cuma berbagi rasa dan cerita.
Kalimat anak" itu ajaib memang. Dan semuanya itu jujur.
Itu nikmat yg saya rasakan.
Langganan:
Postingan (Atom)