Awan dan penjiwaannya
Kalau bermain peran dialah yang paling menikmatinya. Peran kali ini tentang penjual mainan dan pembelinya. Saya awalnya jadi penjual dan Awan pembeli. Tawar menawar yang alot dan akhirnya membuat saya tertawa sendiri.
Awan lebih menjiwai. Saat menjadi penjual dia begitu khusyuk menjadi pedagang.
Bagaimana caranya dia menawarkan mainannya yg dijajakan, kejujuran yg diungkapkan (misal rodanya sudah lepas satu) 😂, sampai cara dia berteriak memanggil pembeli mengalahkan mail dua seringgit.😂
Yang lebih lucu lagi ketika saya deal dg 3 brg yg saya beli dia antusias bahkan berpikir cepat bahwa untuk membawa belanjaan, saya perlu kantung kresek. Dia pun mencari kantung kresek tsb
Memang sih media uang"an yg kami gunakan belum membuat dia paham seutuhnya tentang jumlah nominal. Tapi setidaknya ada perkenalan tentang jual beli, akad, dan tawar menawar.
Satu lagi ada bagian yang membuat saya terenyuh.
Jadi ceritanya saya dan Angkasa yg jd pembeli. Angkasa pilih semua mainan yg Awan jajakan. Lalu saya bilang
"Adik, jgn semuanya. Nanti uangnya gak cukup buat beli beras, minyak, dll" adiknya mah iya belum paham. Sbnrnya saya mau libat reaksi Awan.
"pak semuanya berapa? Maaf ya anak saya mau beli semuanya"
"Gpp Bu, namanya juga anak". Yaudah ambil aja semuanya. Kasihan ibu nanti klo uangnya buat beli mainan semua gak bisa beli beras. Gak usah bayar ya"
Rasanya hati saya Dug sendiri.
"Ini beneran gratis pak?"
"Iya Bu, saya gak rugi kok. Nanti kan diganti Allah, yg penting anak ibu senang terus uang ibu bisa buat belanja"
Permainan ini ternyata bisa menggugah rasa empati Awan. Dan dia tahu bahwa Allah-lah yg akan mengganti semuanya. Sudah ada landasan dan berpegang teguh pada Allah sudah cukup baginya. Dan mengasihi sesama manusia melalui tolong menolong.
Lebai? Ah biarkanlah saya cuma berbagi rasa dan cerita.
Kalimat anak" itu ajaib memang. Dan semuanya itu jujur.
Itu nikmat yg saya rasakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar