Minggu, 09 Maret 2014

Adik, kisah kemarin

Harusnya ini saya tulis kemarin, namun sayang lelah lebih kuat mengantarkan diri ke pelabuhan kelelapan.

Kemarin pagi usai salat subuh, diri ini segera bebenah kamar. Begitu usai dan bermaksud menaiki tangga menuju lantai atas guna mencuci pakaian, tiba-tiba saya melihat seorang manusia yang tergeletak di ruang tengah. Alamak, syaukat! Adik saya tengah pulas tertidur di sana.

Sangking senangnya, bergegas saya goncang-goncangkan tubuhnya untuk bangun. Aaakkkk saya punya banyak cerita untuknya. Namun setelah beberapa lama dia terbangun, tiba-tiba saja dia mengatakan bahwa pagi ini ia kembali ke Mess Bandara lagi untuk kerja. Yah... padahal jarang juga bisa ketemu dia. Banyak hal yang ingin diceritakan.

Usai merecokinya menikmati tidur pagi, saya bergegas menunaikan tugas suci, ceilah... nyuci. Hehehe. Begitu usai, langsung turun lagi dan mendapati sang adik sudah rapi karena mandi.

Tanpa banyak berpikir, diri ini langsung saja cerita panjang lebar tentang beberapa kejadian setelah tanggal 26 Februari. Entahlah saya merasa bahwa adik saya tak pernah bosan mendengar saya bercerita meski saya cerita panjang lebar dan detail.

Sampailah pada saat saya berhenti bercerita dia mengungkapkan satu hal yang membuat saya berpikir, bahwasannya semua yang saya katakan saat lalu dan dulu ternyata diingat olehnya.

"Nanti nikah Lo, gue kasih perkakas aja ya. Kan lu dulu pernah bilang kalau orang yang menikah jarang-jarang ada yang kasih alat perkakas karena kebanyakan ngasil setrika, magicjar, blender, dll. Padahal perkakas itu kan perlu, tapi orang-orang nggak pernah kepikiran. Nah nanti lu gue kasih perkakas ya" Ujarnya sambil senyum-senyum.

Ternyata ujaran-ujaran saya saat lalu benar-benar diingat olehnya. Aaakkkk senangnya. Saya mengiyakan saja kalau adik ingin memberikan perkakas. Tapi saya katakan dengan tegas padanya bahwa yang diharapkan itu adalah doa. Agar semua bisa dilancarkan dan dimudahkan. Aamiin

Usai bercerita, adik saya meminta dibuatkan sarapan. Ya sebagai kakak yang baik (tumben) saya mengambilkannya sarapan berupa nasi dan telur asin (maklum belum belanja). Sembari makan saya menanyakan kesediaannya menjadi panitia kecil dalam acara pernikahan saya nanti. Tanpa banyak alasan dia langsung menyanggupi. Alhamdulillah semoga dilancarkan dan dimudahkan Allah. Aamiin.

Bagi saya, adik adalah pendengar yang baik. Jadi teringat saat lalu waktu kami berdua masih kecil dan tinggal di Tumpang, Malang. Semua senang dan sedih kami habiskan berdua saja karena memang kami jauh dari orangtua yang tengah berpisah.

Cepat sekali waktu berlalu, dulu kami masih kecil namun kini adik sudah bekerja dan sebentar lagi saya akan berumah tangga (InshaAllah) semoga dilancarkan.

Dan pada akhirnya saat ini tak pernah sebersitpun terbayang di masa lalu. Mudahkan langkah kami, Rabb...

Dulu saat kecil kami terbiasa berkawan dengan susah, izinkanlah kami berkawan dengan bahagia,  Rabb. Mudah-mudahan Syaukat segera lulus kuliah (ayolah tinggal skripsi doang) aamiin

Terima kasih Rabb...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar