Hahaha saya sengaja memulai ini dengan tawa saya. Tawa yang saya paksakan karena saya takut kesetrum bila tetesan air mata saya menetes ke komputer mungil ini. Seharusnya saya menuliskan kebahagian-kebahagiaan yang saya alami beberapa hari belakangan ini. Tapi nyatanya, rasa sedih, dendam, kesal, gondok dan eneg yang menguasai hati dan pikiran saya kali ini. Ya namanya juga manusia.
Ada kalanya bahagia dan ada kalanya sedih. Entah kenapa tanggal 10 bulan 10 tapi tahun 2011 ini hari saya diisi dengan kesedihan yang teramat sangat. Semenjak pagi saya telah dikuasai oleh rasa iri, ditambah kejadian siang hari membuat saya kesal, marah, jengah, dongkol, dan sebagainya persaan yang dapat dengan mudahnya dipengaruhi oleh musuh –musuh nabi dan malaikat. Setan. Dan semuanya membuncah ketika menjelang isya. Padahal saya sudah menutupinya dengan memaksakan bersikap ceria dan sebiasa mungkin . Tapi, hati memang tidak pernah dan tidak akan berbohong, toh selepas salat Isya saya menangis juga. Saya tahan rasa tangis itu dengan suara sepelan mungkin agar tidak ada satupun orang yang mendengar. Saya hanya butuh di dengarkan oleh tiga, Dzat, serta malaikat raqib dan atid yang selama ini setia berada di dekat saya bahkan di mana pun saya berada. Entahlah, mungkin karena tidak ada yang bisa saya ajak untuk berbagi atau memang tidak ada yang mau berbagi kesedihan dan pengalaman menyebalkan hari ini dengan saya, maka saya menorehkannya dalam sebuah tulisan ini.
Saya sudah mencoba apa yang dilakukan seseorang untuk mengurahi rasa marah, dendam, dongkol, kecewa, sakit hati atau apapun itu namanya dengan berbagai cara. Dari duduk berbaring hingga saya tengkurap tetap saja saya merasa kesal. Bahkan air wudhu pun rasanya sulit untuk mengahpus semua penyakit hati itu. Ya mungkin ini satu-satunya cara yang bisa meredam kemarahan saya. Menulis. Kalau boleh jujur saya juga membutuhkan manusia untuk saya ajak berbagi. Tapi kok, beberapa teman bahkan sahabat terdekat saya sepertinya sedang tidak mempunyai waktu untuk sekadar mendengar atau meredam sedikit saja amarah saya. Apa selama ini saya kurang mendengarkan orang lain? Atau memang saya tidak peduli dengan urusan orang lain? Atau memang… ah saya pun tidak tahu, prasangka-prasangka yang mungkin buruk ini meluncur begitu saja dalam ketikan-ketikan saya tulis di sini.
Saya butuh didengarkan dan saya butuh dipahami. Salah. Lebih tepatnya saya butuh dihibur. Saya merasa selama ini, atau selama hidup saya saya senang menghibur orang lain. Saya senang membuat orang lain tertawa melihat tingkah laku saya, saya bahagia ketika orang mendengarkan cerita-cerita saya. Tapi ketika saya sedih seperti ini sepertinya tidak ada yang mau mendengarkan saya. Saya terlihat putus asa sekali hari ini. Sangat putus asa. Tapi untunglah keputusasaan ini tidak lantas membuntukan pikiran saya untuk melakukan hal-hal negative. Yang saya rasakan setelah menulis ini adalah sedikit kelegaan dan maaf saya jadi sedikit lapar. Air mata saya masih menetes ini tapi setidaknya saya masih bisa tersenyum. Dan untungnya tidak dipaksakan. Hahahahahahah saya lega… lega…
Meskipun kelegaan ini hanya sedikit tapi semoga saja nanti bisa lega beneran karena habis ini saya akan tertidur dan melupakan kejadian hari ini. Kejadian dari pagi hinggan siang, dan lebih diperparah ketika sore hari seperti tadi. Saya jadi tidak suka dengan hari ini. Keadaan hari ini membuat saya bertengkar dengan sahabat saya, membuat saya salah paham, dan tentu saja membuat emosi saya semakin memuncak. Jujur saya katakana, saat ini saya sedang bingung. Bersyukurlah kalian semua yang memiliki orang-orang terkasih untuk berbagi. Saya? Saya hanya membagi ini kepada blog saya tercinta. Blog saya yang sudah saya tinggalkan semenjak hampir dua minggu. Padahal saya janji akan menghadirkan kisah-kisah indah setelah saya kembali dari perjalanan singkat kemarin (SURABAYA-TUMPANG-MALANG) saya masih menyimpan beberapa cerita bahagia, dan berencan untuk menulis artikel yang menurut saya uniq dan pantas untuk saya bahas. Tapi entah kenapa, cerita ini justru dimulai dengan kesedihan saya. Kesediah yang saya anggap tiada tara. Karena benar-benar membuat saya sedih dan kecewa. Terlebih sumber terbesar dari masalah ini adalah KOMUNIKASI. Huahhhhhhh saya baru saja membuang napas perlahan. Saya jadi flu. Gara-gara menagis, mata saya jadi sempat. Saya menyesal telah berlaku dan bersikap tidak menyenangkan terhadap orang-orang yang hari ini menghubungi saya. Terutama untuk mama saya. Maaf ya ma, tadi nggak bermaksud menjawab dengan jutek, judes, dan galak. Mama hanyalah orang tidak bersalah yang mendapat imas dari kekecewaan saya dari pagi hingga sore ini. Tapi, entah mengapa saya yakin mama saya akan pahm dan mengerti. Semoga saja.
Saya tidak suka hari ini. Benar-benar tidak suka. Hari ini adalah hari saat saya dikecewakan manusia-manusia yang tidak berprikemanusiaan. Tidak sesuai dengan pengamalan pancasila terutama sila ke dua. Hahahahahaha saya malah membahas ini terlalu jauh. Tapi saya suka. Karena dengan begini saya bisa berhenti menagis. Dengan melakukan ini saya bisa senyum-senyum sendiri. Dan entah mengapa dengan begini saya yakin, yakin, seyakin-yakinnya bahwa kedua malaikat di kanan dan kiri saya mengangguk tersenyum. Biarkan saya menghayal dan biarkan saya mempercayai hayalan saya itu. Dengan itulah saya bisa sedikit demi sedikit tidak terlalu banyak membenci hari ini. PAYAH! Tapi saya suka kepayahan ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar