Namanya Mas Juki
Sebelumnya aku memanggilnya dengan sebutan mas saja.
sederhana saja... ia adalah seseorang yang kukenal sekitar tiga hari yang lalu. sebelum aku sakit. Cara berkenalan kami pun biasa saja. Tiada yang istimewa. aku mengenalnya karena ia adalah seseorang yang memang kubutuhkan untuk membantu memenuhi kebutuhanku. Membeli kacamata.
Ya... Dia adalah salah seorang pegawai di sebuah toko optik ternama di daerah Depok... Jawa Barat.
Saat itu dengan pakaian bernuansa ungu muda aku menghampirinya. Ia sedang asyik merapikan ratusan kacamata dalam sebuah etalase bening. Aku langsung saja duduk berhadapan dengannya. Tersadar dengan kedatanganku ia menyapaku ramah. Kutaksir umurnya tidak jauh denganku. Mungkin setahun di atasku. Dengan bahasa yang sederhana ia menanyakan keperluanku.
"Mau cari kacamata mas... yang udah supershine sekalian ya. anti silau maksudku.hehehe" jawabku cengengesan. Dengan senyum ramah ia menanyakan jenis yang kuinginkan. Aku bilang saja aku tidak mau yang berbahan plastik. Ia mengerti. Langsung saja ia mengeluarkan sebuah box berwarna hitam yang berisi ratusan kacamata.
"Kenapa saya ditawari yang ini?" Tanyaku bingung karena menurutku kacamata yang di etalase juga lumayan bagus-bagus.
"Ini yang bermerk Mbak... Saya lihat kacamata yang mbak pakai merk polo" ujarnya sambil menunjuk kacamata pinkku. Ya kacamata pink yang kukenakan saat itu memang kacamata terawet yang kupunya. bayangkan hampir 5 tahun aku memakainya dan sampai sekarang masih terasa nyaman kugunakan.Tapi... jujur saja aku mau beli kacamata yang biasa saja saat itu. Budgetku hanya 300 ribu rupiah! nggak kurang nggak lebih.
Aku menurut saja ketika dia mengeluarkan koleksi merk andalannya. dari mulai Levi's polo prada dan semacamnyalah ya... aku bingung memilih dan sepertinya mas itu tahu kebingunganku.
"Coba deh mbak yang ini... kayanya pas" ujarnya sambil menyerahkan kacamata berwarna merah bata dengan bentuk lonjong full frame kepadaku. akupun mencobanya. Lucu!
"Tuh kan Mbak... pantes banget. Mukanya mbak kan kecil. pas banget mbak" ujarnya sambil memuji. Ya iyalah secara dia jualan biar dagangannya laku juga kali ya. hahahah
"Atau yang ini Mbak" ujarnya lagi seraya menyerahkan kacamata berwarna ungu. glamor sekali.
"Bagus sih mas... tapi kaya ibu-ibu pejabat" jawabku sekenanya. ia pun terkekeh dan membenarkan ucapanku
"iya Mbak... terlihat sedikit sok... gimana gitu" ujarnya sambil melihatku? emangnya bisa nilai kesan orang pakai kacamata yang dipakainya gitu?
"Bisa mbak... ada lho kacamata yang dipake malah bikin kesan orang itu jadi judes... atau malah sebaliknya jadi anggun dan ramah." ujarnya sambil mengeluarkan beberapa model kacamata dari box itu dan mensejajarkannya di hadapanku.
"Terus kalau saya pakai yang pink ini kesannya emang gimana mas?
"heheheh mbak judes. "jawabnya apa adanya. aku hanya tertawa mendengar pengakuannya saat itu. aslinya juga sih sebenarnya. "eh.. tapi kalau mbak pakai yang ini... mbak kelihatan anggun. beneran deh. lebih terang" ujarnya lagi sambil tetap mempertahankan pilihan pertamanya yang memng aku juga tertarik sih.
"Sebelum cocok nih mas... harganya berapa dulu?" tanyaku sambil melipat kedua tangan.
"kalau pakai lensa Essilor harganya jadi 550 mbak" ujarnya santai. What? lumayan mahal. hampir setengah juta. terakhir aku beli kacamata coklat harganya 250ribu. sesaat aku terdiam. mikir... mau pake uang mana lagi.
"Yah mas... mahal. kantong mahasiswa nih. Budget saya cuma 300" aku ku jujur. Mas itu sesaat tersenyum. Masih ramah. wah... kalau segitu pakai lensa lokal aja mbak. saya kasih harga 300 deh. ujarnya lagi.
"Yah... mas... bedanya apa sih? pakai lensa Essilor sama lokal?" jujur aku emang nggak ngerti. ngertinya cuma pakai. biasanya yang beliin om dan tante sih. sekarang harus beli sendiri meskipun sedikit dapat subsidi. heheheh
"bedanya kalau Lenasa Essilor lebih bagus mbak.. standar interansional. coba deh kacamata Mbak yang pink saya pinjem." akupun langsung menyerahkan kacamataku padanya
"Nah... ini Essilor juga nih... mahal.. di atas 600an ya?" tanyanya dan aku hanya mengangkat ke dua bahu.
"Sekitar itu kali mas... udah lama sih belinya.. itu beli di Ambasador garansi 2 tahun. iya kali ya.. awet gitu" ujarku dan mas-mas itu mengangguk.
"Kalau kataku sih Mbak... mending yang Essilor aja.. sekalian bagus.. awet.. garansi juga dua tahun.." rayuna dan aku pun bimbang.
"maunya sih gitu... tapi uangnya mas... masa saya ngerampok dulu. hahaha" jawabku asal. mas-mas itu tersenyum.
"Yaudah saya kurangi jadi segini" sambil memijit kalkulator di hadapanku. 435.
"ye... si masnya... ngeyel deh kalau dibilangin. saya kan bilang budget saya cuma 300. mau mas hargain 310 aja nggak akan saya ambil mas" jelasku lagi sambil menandarkan kepalaku pada lengan kiri. Mas-ms itu berpikir sejenak. sambil melirikku.
"Yah mbak... yaudah pakai lensa lokal aja ya. udah supershine juga kok. harganya 300" ujarnya merayuku.
"yah mas... kalau lensa lokal mah harganya di bawah itu" tawarku lagi.
"Mbak orang mana sih?" tiba-tiba ia bertanya pertanyan di luar konteks. akupun menjawabnya.
"kuliah di mana mbak?" tuh kan pertanyaannya nggak nyambung
"jurusan?" semester berapa? pasti udah sambil nyambi kerja ya?" dan akupun hanya mengangguk. mengiyakan pertanyaannya.
"Mas kok nggak nyambung sih... ngapain nanya-nanya saya? ini gimana kacamata?" aku mengembalikan ke topik awal. Tawar menawar.
"Eh... yaudah deh mbak... 400 gimana... ini saya yang nombokin nanti" jelasnya masih dengan senyum semangat ala Smash. hahah
"Mas... pelissss... budget saya cuma 300. aduh... mas nya ngerti nggak? aku sudah mulai terlihat kesal. meskipun tahu sebenranya orang ini bermaksud baik. ia ingin agar aku memilih kacamata dengan kualitas maksimal alias bagus.
Mas-mas itu tertawa lagi. kemudian membuang napas perlahan. "Yasudah saya tanya bos saya dulu ya mbak." Ujarnya kemudian pamit dan berjalan melewatiku. Tak berapa lama ia kembali.
"Mbak kata bos... 400 kalau essilor... kalau lensa lokal 300 mbak" ujarnya sedikit terlihat kecewa. sepertinya ia berusaha menawar hebat untukku.
"Yaudah deh mas... yang lokal saja. tapi harganya di bawah 300" jelasku tetepa kekeuh.
"Yah... mbak... ini framenya aja harga 225. masa iya lensanya dihargai 75ribu"
"Yaudah kalau gitu yang lain aja deh framenya.. ada nggak "
"Mbak tuh cocok pakai yang ini... sederhana tapi keren" ujarnya sambil menyerahkan kacamat merk Levi's merah itu kepadaku. "Muka mbak tuh mungil... jadi pas... kalau yang model kotak... agak kurang pas mbak" komentarnya dan aku hanya mengiyakan saja. mau geer sih ... jarang-jarang ada orang lain muji. tapi gak jadi... habis penjualkan maunya barangnya laku... jadi memuji dijadikan salah satu teknik merayu pembeli. hahahah
"nih mas... 250 lensa lokal. kalau iya saya ambil. kalau nggak yasudah" jawabku pasrah
"Yah mbak... jangan 250lah... gini-gini saya tanya bos saya lagi ya... sebentar" ujarnya dan dia pun kembali meninggalkanku meski tak berapa lama.
"Mbak... kata bos 275"
"yaudah... nggak usah pakai angka 5 deh mas. lempeng aja 270 deal" jawabku dan akhirnya masnya setuju. akupun diperiksa kembali. meskipun menurutku minusku tak berubah -1.75 kanan dan -2 kiri.
"berapa lama mas jadi...?
"satu jam... mbak muter-muter aja dulu... atau duduk sini aja mbak biar nggak capek. ajaknya dan akupun memilih opsi ke dua. Akupun segera membayanya lunas. sebelumnya dia menuliskan disebuah kuitansi. menanyakan nama dan no ponselku.
Mas-mas itu lalu menyerahkan kacamataku ke karyawan satu lagi. sementara dia... sibuk menayakanku. kegiatanku. dan apapun. masih sewajarnya kujawab saja. terlebih orangnya memang sangat ramah. sampai akhirnya azan isya berkumandang.
"Mas... saya salat dulu ya" ujarku dan pamit. setelah melaksanakan kebutuhanku (read:salat) akupun kembali ke toko optik. Mas-mas itu kelihatan senang sekali ketika aku datang. kelihatan banget serius
"Mbak... bentar lagi ya... oh iya... nanti-nanti kalau lewat sini main ke sini ya mbak. main-main aja. nemuin saya gitu" ujarnya cengenegsan. aku hanya mengernyitkan dahi. sambil nahan tawa
"maksudnya mas? main-main beli kacamata lagi? tanyaku sambil memperbaiki posisi duduk.
"ya enggak... nggak beli kacamata ya nggak apa-apa. ngobrol aja gitu. eh namanya mbak reysya ya?" tanyanya lagi berusaha membaca namaku yang tadi ditulisnya di kuitansi
"iya tapi tulisannya salah tuh. hahahha" jawabku dan masnya garuk-garuk kepala. untuk nggak garuk-garuk besi. reisa mas" jawabku membenarka ejaannya.
"ya mbak ya?"
"Iya apa?" tanyaku bingung
"iya... nati main-main ke sini... ngobrol-ngobrol aja. oh iya ini garansi seminggu untuk lensa kalau untuk frame sampai rusak. kan merk asli mbak" sambil menyerahkan kertas berukuran kartu nama. lalu dia mengeluarkan sebuah kotak berisi kacamata merah itu dan menyerahkannya padaku.
aku pun sebenarnya mikir. sebenarnya dari tadi udah selesai toh. si mas nya bener-bener deh. tana aaa iii uuu ee ooo lagi aku pun segera mncobanya. pas!
"Cantik mbak" ujarnya. seketika aku tertegun. shok! ini orang.. bener-bener dah pengen banget ditimpuk. mau ngeles geer juga susah. hahahaha
"iya mas makasih. yaudah ya.. saya pulang dulu. makasih loh... eh iya lupa.. mas namanya siapa?" tanyaku karena dari tadi aku nggak tahu orang yang lagi aku ajak ngobrol ini siapa namanya.
"juki mbak. asli sunda" jawabnya senyum.
"yaudah mas juki. makasih ya..."
"iya mbak... pokonya inget pesan saya yang tadi yaaa"
"iya nanti-nanti mampir deh. Assalamualaikum"
"Walaikumsalam" jawabnya dan aku pun berlalu.
Kacamata itu sengaja kusimpan sampai sekarang belum sempat aku pakai ke luar rumah. habis dua hari ini aku sakit. nanti saja deh dipakai hari senin. hahaha #apasih
Catatan: kisah ini terinspirasi dari kisah nyata beberapa hari yang lalu. hahahaha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar