Assalamualaikum....
Walaikumsalam
Pelesir di Garut |
Alhamdulillah, akhirnya saat ini mendarat juga di rumah, setelah bertualang kurang lebih 3 malam 4 hari di Garut, Jawa Barat. Mau berbagi kisah selama perjalanan dari tanggal 2-5 Januari 2013.
2 Januari 2014
Sekitar pukul 20.00 pada akhirnya kami menjejak juga di rumah sahabat Farah, teh Dian. Setelah sebelumnya kami bertransportasi menggunakan bus budiman yang supper, mahal dan nyaman.
Menuju rumah teh Dian, kami menggunakan 3 ojek. Saya berdua dengan Rissa, sementara Farah dan Loka sendirian. Dengar Rp15.000 kami menjejak dengan selamat di sebuah rumah yang rimbun dikelingi pohon bambu pada halaman depannya.
Perut yang lapar karena hanya diganjal mie abc saat diperjalanan pada akhirnya terpuaskan juga oleh aneka masakan keluarga teteh Dian yang begitu nikmat dan berkat. Kepala ikan goreng mujaer sebagai lauk dengan cocolan sambal khas Cigalumpit ditambah sayur sawi yang mantap membuat diri tak bisa menolak untuk nambah lagi dan lagi. Namanya juga lapar...
Makanan Khas Cigalumpit |
Setelah berbenah diri dan bersujud pada Ilahi, pada akhirnya kami ingin mengistirahatkan badan di kasur kamar teh Dian, kecuali Loka di ruang depan (Risiko lelaki) tapi Loka mah udah biasa.
Sebelumnya, kami berdiskusi tentang tempat wisata yang akan kami datangi esok hari, rencana kami akan mengunjungi Taman Bunga Mawar di daerah Samarang, bukan semarang yak. Setelah diskusi terkait tempat wisata esok, pada akhirnya kami diskusi terkait hujan meteor
Kami berencana melihat hujan Meteor di pematang sawah pukul 02.00 tepatnya di samping bawah rumah Teh Dian. Tadinya mau sok-sokan begadang, namun mata punya pilihan lain. Jam 02.00 hanya Loka, Farah, dan saya yang bangun. Namun cuaca yang mendung membuat mata kami lebih berat untuk melongok ke luar rumah, akhirnya... kami lanjutkan tidur lagi. Baru sekitar pukul 04.00 kami serempak bangun, bersiap untuk melaksanakan salat subuh secara bergantian.
3 Januari 2014
Pukul 05.30 pagi kami berempat berjalan-jalan menyusuri sawah dengan latar gunung Haruman yang cantik. Kami banyak mengambil gambar, Alhamdulillah Loka selalu siap sedia dengan kameranya. Jadilah kami bernarsis diri dengan bergaya di sana sini. Sahabat Loka juga mengajak kami mencoba untuk berfoto levitasi. Hasilny Lucu, menggemaskan, dan bikin ngakak tiada henti.
Selesai puas mengambil gambar, kami kembali ke rumah teh dian untuk bersiap menuju Garut Kota, menuju destinasi yang semalam kami rencanakan.
Latar Gunung Haruman |
Perjalanan menuju Garut Kota, melewati daerah Cibatu dan Guntur. Ada kisah kocak yang menghebohkan saat kami berada di terminal Guntur. Ada apa?
Pak si papak preman-preman...
Wow...wow...wow...wow...
Turun dari angkutan, saat berjalan menuju mesjid dalam terminal (Loka mau sholat jumat) tetiba ada seorang laki-laki bertato yang berjalan di samping saya dan Rissa. Di daun telinga kirinya terselip rokok. Tiba-tiba saja dia menghampiri sahabat Loka dan langsung memalaknya. Akhirnya uang digenggaman tangganya berpindah tempat. Rp2000 rupiah kembalian dari angkutan pindah tangan.
Panik! Terutama Loka dan Farah. Setelah menunaikan Jumatan (bagi Loka) dan zuhur jamak ashar, pada akhirnya kami berdiam diri di Mesjid. Khawatir dengan preman tadi, yang masih berada di sekitar masjid sahabat Loka--relawan PMI pusat-- segera menghubungi PMI Garut untuk meminta bantuan. Maklum dia bawa kamera dan peralatan lengkap yang merupakan bagian dari separuh hidupnya. Ngeri kalau terjadi apa-apa. Di sisi lain, sahabat Farah menghubungi sahabat semasa SMPnya yang rumahnya tak jauh dari terminal guntur.
Pada saat yang bersamaan kedua penolong itu datang. Hem-hem, sahabat Farah dan juga seorang TNI, teman dari temannya Loka yang berkecimpung di dunia PMI.
Pada akhirnya kami diantar menuju rumah Hem-hem. Setidaknya Evakuasi dini agar ke luar terminal. Setelah sampai di rumah Hem-hem, kami berdiskusi untuk peralanan menuju Taman Bunga Mawar. Hem-hem dan Rinso (Rini Solihat, sahabat Farah sekaligus isteri Hem-Hem) bersedia mengantarkan kami menuju taman Bunga Mawar menggunkan tiga motor.
Ini Hem-hem |
Baru saja ingin berangkat, tiba-tiba sahabat Loka dihubungi oleh PMI Garut yang ternyata datang membawa ambulance menuju terminal Guntur. Tim PMI ingin menyelamatkan kami juga dengan mobil ambulancenya. Kocak! Akhirnya, diantar bapak-bapak TNi, Loka kembali ke Terminal Guntur untuk menemui TIM PMI yang berniat menyamatkan kami.
Tak berapa lama, Loka datang kembali bersama ambulance PMI. Rekan-rekan PMI pun menawarkan bantuan pada kami menuju Taman Bunga Mawar. Namun sejatinya, Tim PMI sedang punya hajat di Garut. Mereka ingin agar kegiatannya diliput oleh Loka, secara dia relawan pusat yang mengurus web PMI.
Ambulance PMI |
Orang-orang PMI |
Akhirnya diambilah sebuah keputusan, bahwasannya kami ke Taman Bunga Mawar dengan Hem-Hem sekeluarga naik motor, malamnya Loka akan meliput acara PMI dan menginap di sana sementara kami (saya, Rissa, dan Farah) akan menginap di rumah Hem-hem.
Perjalanan menuju Taman Bunga Mawar, sangat menyenangkan. Selain karena sepanjang perjalanan pemandangan gunung Guntur terhampar juga karena udara sejuk tak terelakan. Saya boncengan dengan Rissa, Loka dengan Farah, sementara Hem-hem dengan Rinso dan Alifa, anaknya.
Isi Bensin dulu sebelum berangkat |
Kami sampai sekitar pukul 15.30 di sana. Dengan harga tiket Rp15.000/perorang kami bisa menikmati keindahan berbagai bunga mawar dan bunga lainnya dengan latar gunung indah dan mempesona. Pokoknya aneka bunga terutama mawar warna warni menyambut kedatangan kami.
Pintu Masuk |
Tiket Masuk |
Loka berbaik hati menjadi fotografer kami. Hem-Hem sekeluarga pun difotonya dengan berbagai ekspresi gaya, dan kami (saya, Rissa, dan Farah) menjaga anaknya yang berusia 2 tahun. Iseng-iseng belajar jadi Ibu. :D
Ada bunga lavender lho |
kami di taman bunga mawar |
Kami menjaga Alifa |
4 Januari 2014
Saya, Farah, dan Rissa akhirnya pamit dengan Rinso dan Hem-hem sekitar pukul 07.00 pagi. Janjian sama Loka agar bertemu di Cigalumpit saja rumah Teh Dian. Loka baru selesai acara sekitar siang hari, jadilah kami mengisi waktu pagi hari dengan berjalan-jalan keliling kota Garut sekalian mencari buah tangan. Dari mulai chocodot sampai sendal kulit. Nanti akan ada cerita sendiri di bagian oleh-oleh.
Buah tangan khas Garut |
Puas berjalan-jalan, pada akhirnya tepat pukul 12.00 kami kembali menuju Cigalumpit, rencananya sore nanti kami akan kembali ke Jakarta.
Sore hujan, Garut indah di lihat karena semakin menawan. Dengan jaket kebesaran kami bertiga berjalan kaki dari gapura menuju rumah teh Dian. Sempet-sempetnya narsis ria alakadarnya. Hahahaha
perjalanan pulang disambut hujan |
Sebelum kembali ke rumah teh Dian, Farah mengajak kami silahturahmi ke tempat saudaranya yang lain. Sembari nunggu Loka yang katanya naik truk menuju Cibatu. Kocak. Pukul 15.00 akhirnya kami berkumpul kembali. Dalam perjalanan kaki menuju rumah teh Dian tiba-tiba Loka datang.
Hujan turun lagi, pada akhirnya kami dilarang pulang sore itu karena jam segitu kendaraan menuju jalan raya sudah tak ada. Lagi pula kalau pulang pukul 16.00 sampai terminal rambutan bisa tengah malam, kasihan Farah yang rumahnya di Parung. Bisa-bisa pukul 01.00 pagi dia baru sampai rumah. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang esok harinya setelah salat subuh.
5 Januari 2014
Saatnya kami pulang. Sebelum pulang kami berpose dengan keluarga Teh Dian sebgai kenangan. Seru! Lucu!
Secara estafet keluarga teh Dian mengantarkan kami menuju pinggir jalan raya tempat berlalu-lalang bus-bus menuju Jakarta, Sasak Besi namanya.
Menunggu Bus arah Jakarta |
Dan pada akhirnya kami naik bus primajasa Rp45.000 sampai di daerah Jakarta Timur Cililitan saat zuhur. Kami berempat pada akhirnya berpisah. Kembali ke rumah masing-masing dengan perasaan penuh dan suka cita.
Semoga akan ada trip selanjutnya. Allahuma aamiin
Salam
@reisadara
Published with Blogger-droid v2.0.10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar