Malam yang meramu dunia sedemikian rupa. Pemantik cerita dalam lelap mimpi para perupa. Dalam naungan gelap ia berkarya. Memberi ragam cerita dalam bawah kesadaran. Bukan berarti ia berkarya setelah petang menyelinap secara diam-diam. Hanya saja saat api raksasa tergelincir ia tinggal mencampurkan kesemuanya dalam satu wadah. Percampuran yang didapat saat otak berkesinambungan antara kanan dan kiri. Saat puluh mengucur dengan tenaga waktu berkuda. Saat pencernaan menerima segala energi yang ada. Saat punggung memanggul bobot yang tak terkira. Tak pandang dewasa atau di bawah umur semata. Semua sama rata dan tak mendua.
Bersama diam, luapkan segala impian. Dalam malam yang berjalan dengan perlahan.
Sumedang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar