Karena aku mendapat kesempatan 2 minggu berada di Malaysia maka aku dan teman-teman (Yana..Wilda..Ery..Wawan..Mbak Dian) bermaksud berkunjung ke negara tetangga meski cuma seharian. Dengan uang yang terbatas… aku bersama lima teman lainnya nekat pergi ke singapura di hari sabtu (22 September 2012). Mencari alternative paling murah diputuskan naik kereta Menuju Singapura.
Kami
berlima naik kereta Senandung Sutra (namanya melayu sekali ya) dengan harga 68 Ringgit
(MYR34 tiket berangkat dan MYR34 tiket pulang) kalau dirupiahin tinggal dikali
3000 perak jadi Rp204.000. Buat para Backpacker aku saranin mending beli tiket
sekalian PP selain lebih murah jadinya nggak ribet karena jadwal kita jadinya
terencana. Pertimbangan kami karena waktu itu Cuma seharian ya otomatis
langsung beli PP biar pas di Singapura nggak perlu buang waktu buat beli tiket
lagi.
Kami
Berangkat jam 11 malam dari KLIA Center sampai di singapura jam 7 pagi di
Stasiun Woodland CIQ. Sebelum berangkat
naik kereta tersebut ada sepenggal kisah menarik yang ingin kubagi.
Yup
kisah ini berawal ketika aku sampai di stasiun KLIA Malaysia jam 9 malam.
Karena takut ketinggalan kereta jadi kami persiapan sudah berada di stasiun 2
jam sebelum keberangkatan. Terus terang nih kami berenam tidak membawa uang
berlebih. Masing-masing dari kami paling banyak membawa uang 50RM atau sekitar
150ribu saja. Habis mau bagaimana lagi memang tidak ada planning untuk mampir
ke sana. Ini hanya modal nekat. Hehehe. Beneran model nekat.
KLIA |
Sampai
di KLIA kami berenam bermaksud menukar uang ringgit kami dengan dolar singapura
untuk persiapan keesokan harinya di sana. Sambil mencari-cari tempat penukaran
(stasiun keretanya besar soalnya jadi sempet muter-muter) sebagian dari kami
duduk di bangku tunggu. Termasuk aku salah satunya. Aku bertiga dengan teman
perempuan lainnya banyak mengobrol untuk merencanakan tempat-tempat yang
rencananya besok akan dikunjungi.
Sambil
asyik ngobrol dengan logat bahasa Indonesia tiba-tiba ada seorang bapak-bapak
sekitar umur 60an menyapa aku dan teman-teman. Bayangkan… awalnya kami disapa
dengan bahasa Indonesia. Beliau menebak kami berasal dari Indonesia. Lalu
tiba-tiba beliau mengubah bahasanya menjadi bahasa Jawa. Di tengah masyarakat
yang berbahasa Melayu beliau menggunakan bahasa jawa untuk berkomunikasi. Oh
iya… diantara kami berenam hanya aku yang bisa berbahasa jawa. Yana Febrina
(dari Padang) Wilda (Bogor) Ery dan Wawan (Bandung) dan Dian (betawi) alhasil
aku banyak ngobrol dengan beliau.
Beliau
ternyata orang Blitar. Namanya Bpk Abdul Rafiq. Beliau telah lama bekerja di
Singapura dan Malaysia. Beliau perakit komputer dan kebetulan beliau akan naik
kereta yang sama dengan kami. Jam menunjukkan pukul 10 lewat akupun berpamitan
dengan beliau karena mau tukar uang di money changer. Belum sempat pergi melangkah beliau sudah memanggil aku. Dengan bahasa jawa
dan logat yang amat kental beliau berkata melihat aku dan teman-temannya jadi
ingat anak-anaknya yang ada di Yogyakarta. Tiba-tiba aja beliau memberikan uang
kepada aku untuk dipergunakan bersama teman-teman selama di singapura sebanyak
100SGD. Kalau dirupiahin sekitar Rp750.000
Alhamdulillah
banget. Tuhan itu memang tidak pernah tidur. Tuhan sepertinya tak ingin membuat
aku dan kawan-kawan selama di singapura terlantar atau kekurangan uang. Padahal
mengenal bapak Rafiq tidak sampai 10 menit. Sangking kagetnya aku gemeter
nerima uang dari beliau. Beliau bilang kasihan ngelihat kami. Hehehe memang
sepertinya muka aku dan muka teman-teman memelas sekali. Padahal memelas karena
kecapean. Alhmdulillah rezeki Tuhan datang dari mana saja.
Kami
berpisah dengan Pak Rafiq saat kereta siap berangkat. Meski kami satu kereta
tapi gerbong dan layanan yang kami gunakan berbeda kawan. Pak Rafiq pakai
layanan yang disediakan tempat tidur dan makan. Wajar aja… Pak Rafiq sepertinya
memang orang kaya. Meski katanya ia sudah menjadi warga negara Malaysia tapi
hatinya Indonesia. Bahasanya masih Jawa dan waktu yang digunakan (jamnya)
menggunakan waktu Indonesia. Semoga Pak Rafiq senantiasa sehat.aamiin
ini foto bapak abdul rafiq yang sempat aku ambil |
Uang
dari Pak Rafiq bermanfaat digunakan untuk naik angkutan umum dari MRT/LRT ke sana ke mari. Semua destinasi yang
terkenal di Singapura kami datangi. Meski kami nggak masuk ke dalam tempat-tempat
wisata hanya berfoto-foto di luar saja sebagai bukti bahwa kaki aku dan
teman-teman sudah menjejak di sana. Dan ternyata singapura negara kecil yang amat mahal. Mahal sekali biaya
hidup di sana bahkan untuk sekadar makan.
Pagi-pagi ketika sampai sekitar pukul 07.00
kami melakukan cetak stampel imigrasi singapura (ye… udah ada dua stampel) Kami
sampai di St. Woodlands. Kami lalu menuju St. Marsialing yang berlanjut ke St.
City Hall untuk segera membeli kartu Singapore tourist pass dipergunakan
untuk naik angkutan umum yang dapat dipakai berkali-kali selama seharian. Uang
dari Pak Rafiq itulah yang kami pergunakan. Harganya 10SGD tapi sistemnya kita
harus deposit 20SGD nanti setelah pemakaian seharian pas kita mau balikin
kartunya 10SGD nya akan dikembalikan. Mungkin sebagai jaminan agar kartu
tersebut kembali.
Ini kartunya |
Karena
sebelumnya Uang dari Pak Rafiq kita pakai untuk naik bus jadi mau beli 6 kartu
nggak cukup. Akhirnya sebagian dari kami menukarkan uangnya.
Awal
destinasi yang mau kami kunjungi saat itu adalah Patung Marlion. Tapi sayangnya
nggak bisa lihat karena lagi ada ajang F1. Alhasil kami foto di depan gate 3 F1
di depan pintu masuk F1 |
Lucu
deh kawan. Kami jalan berenam ke sana ke mari cari tempat wisata dan foto sana
sini. Meski sebagian atau bahkan hampir 100% tempat wisata yang kami datangi
adalah wisata buatan manusia. Beda dengan Indonesia yang tempat wisatanya
ciptaan Tuhan dan keindahannya tiada tara. ^_^ bersyukur dilahirkan di
Indonesia. Benar ternyata kata orang… singapura itu hanya sebesar Jakarta. Tapi
balik lagi seperti Malaysia. Pemerintahnya beres. Jadi negaranya tertata
sedemikian rupa. Indonesia?? Insya Allah sedang berbenah memperbaiki diri
menjadi negara maju. Aamiin
Lalu
destinasi berlanjut menuju berbagai macam tempat. Seperti Pulau Sentosa. Nah
pas mau ke Pulau sentosa itulah ternyata harus naik kereta lagi dan itu bayar
2.5SGD yaudah demi pengen tahu kaya apa universal studio belilah kami tiket itu
dan jeng-jeng sampai juga kami di sana
jalan masuk menuju Pulau Sentosa |
sampai juga |
gaya koplak kami |
Karena
kami nggak bisa foto dengan Marlion asli maka kami sempatkan foto dengan patung
marlion tiruannya yang ada di Pulau Sentosa. Oh iya mau ngingetin jangan lupa
minta peta wisata Singapura di stasiun mana aja pasti ada. Dari membaca peta itulah
aku dan teman-temanku tahu tempat-tempat mana saja yang bisa dikunjungi. Lalu
perjalanan berlanjut ke China Town. Sama aja kaya China Town yang ada di
Malaysia dan di Indonesia. Di sana dijual barang-barang buatan negara China dan
yang menjual orang-orang China yang ada di sana.
ini menuju china town |
Perjalanan
kamipun berlanjut. Demi bisa mencicipi berbagai tempat di sana kami mampir
sebentar-sebentar. Biar semua tempat kedapetan. Kami pergi ke Mesjid Aquila.
Tadinya mau cari mesjid Mustafa center. Eh tapi nggak ketemu yang ada malah
kaya mall Mustafa centre gitu. Setelah salat zuhur perjalanan lanjut lagi ke
Goobyghat menuju By The Bay. Lihat bangunan kaya kapal pesiar sama kincir
angin. Ingat di sana foto-foto gratis. Jadi nggak keluar uang banyak (di mana-mana gratis kali sa) eh... jangan salah. ada beberapa tempat umum di singapura yang nggak boleh difoto. seperti di stasiun bahkan bus. seriusan ini
Nah
foto-foto tadi yang cerita keseruan perjalan kami. Sampai lelah kaki ini. Jalan
dari satu tempat ke tempat yang lain. Sampe lupa kalau kita belum makan.
Hahahahaha mau makan aja sulit. Mikirin uangnya. Hehehe yasudah sembari mencari
makan kami melanjutkan perjalanan ke destinasi terakhir. Yaitu ke Orchad.
Sebenernya sih nggak terlalu paham sama tempat-tempat di sana. Cuma karena di peta ada tulisan orchard
sebagai tempat destinasi maka kami melanjutkan petualangan ke sana dengan
tujuan cari makan.
Ternyata
oh ternyata selain acara F1 di sana lagi ulang tahun patung marlion. Lupa ultah
yang ke berapa. Tapi yang jelas ada tumpukan kartu ucapan untuk si patung yang
digantung dan dibentuk seperti patung Marlion
Kawan
… semoga tidak lelah membaca. Maklum aku hobi sekali bercerita kalau sudah
cerita susah disuruh berhentinya. Saat menjelang makan siang yang kami rapel
atau rangkap dengan makan malam kami terpaksa makan junk food alias makanan
cepat saji. Hanya itu yang murah lagi pula kami semua tidak tahu apa makanan
khas singapura. Kalau di Indonesia kan setiap daerah punya makanan khas yang
memang menjadi cirri dari kekhasan daerah tersebut. Kalau di sana kami mencari
makan yang cukup untuk kantong ^_^.
Setelah
itu kami memutuskan untuk pulang.
Kami melanjutkan perjalanan ke Woodlands lagi dan ternyata keretanya nggak dari sana. Masih tergolong perbatasan. Jadi kami naik bus 911 menuju check poin. Sampai di sana jam 21.00 waktu sana teryata kami belum diizinkan masuk. Mereka ontime banget. Keretanya jam 23.00 ya baru di kasih kesempatan masuk beberpa belas menit menuju jam 23.00.
Kami melanjutkan perjalanan ke Woodlands lagi dan ternyata keretanya nggak dari sana. Masih tergolong perbatasan. Jadi kami naik bus 911 menuju check poin. Sampai di sana jam 21.00 waktu sana teryata kami belum diizinkan masuk. Mereka ontime banget. Keretanya jam 23.00 ya baru di kasih kesempatan masuk beberpa belas menit menuju jam 23.00.
Dan
kembali lagilah kami ke Malaysia untuk melanjutkan magang. Kami tiba pukul
06.00 di KL.
Demikian
yang bisa aku sampaikan tentang perjalanan kami. Oh iya perlu kami infokan
· Sedia air minum ya. Mahal soalnya. Tapi kalau
nggak mau berat-berat ya beli aja sih. Sekalian kalau beli yang seliter. Selain
lebih murah juga lebih hemat. Nanti kalau berat ya bawanya gantian.
· Kalau
Cuma seharian mending beli tiket PP baik dari Singapura ke Malaysia atau
sebaliknya.
·
Nggak usah bawa baju banyak-banyak. Percuma
karena nggak bakalan sempat mandi kalau Cuma seharian. Bawa kaos satu aja
karena panas banget.
·
Kalau bisa bawa bekal. Nah kaya aku yang waktu
itu kebetulan dapat makan dari hotel the Buffe jadi beberapa roti aku ambil dan
masukin tas buat bekal perjalanan. Hohohohoho
·
1 ringgit waktu itu masih Rp3000 dan 1SGD saat
itu Rp7500
·
Banyakin receh siapa tahu perlu-perlu buat apa
gitu. Receh di sini maksudnya uangnya dipecah jadi 10an jangan selembaran
100SGD yang banyak kecuali emang kalau niat mau belanja dan orang kaya. hehehe
Total
kami habis ke sana
PP
68
Ringgit Rp
204.000
Tourist
pass 10SGD Rp 75.000
Makan 5SGD Rp 35.000
Kereta
p. sentosa 2.5SGD Rp 18.500
Total
Rp332.500 (ini hitungan nggak termasuk oleh-oleh yak…)
mau donk Rei ikut Backpackeran :)
BalasHapusBoleh Banget... hayuk hayuk... tapi nunggu uang dulu ya. hohohohoh
BalasHapusnon... maaf nih, tuh USD apa SD? hayooo...
BalasHapusIya maaf... yang benar ternyata SGD
BalasHapuslumayan terjangkau juga ya, mba. :D bisa jadi referensi nih kali aja ntar bisa ke sana kapan2 :D
BalasHapus