Malas ya?
Setiap orang ada kalanya berada di titik itu. Rasa rajin
saya yang dulunya membahana seiring jalannya waktu pada masanya gugur juga. Satu
demi satu semangat itu kandas. Lalu siapa yang harus disalahkan dan harus
mempertanggungjawabkan itu semua? Jawabannya ya saya sendiri. Siapa suruh
semangat luntur? Sebenernya kalau mau dipikir-pikir juga siapa yang mau
semangatnya luntur? Maunya tuh semangat on terus tapi apa daya rasanya lingkungan
nggak atau lebih tepatnya kurang mendukung.Ya gusti pangeran. Seandainya saja
saya nggak berada di masa ini lalu berada di masa yang mana?
Kesannya seperti meratapi hidup. Tapi memang kenyataannya
demikian. Apa sih yang dicari dalam hidup ini? Yang pasti yang bakal datang tuh
kematian. Mati ya… mati harga pasti nggak bisa ditawar-tawar lagi. Sebelum mati
apa yang mau dipersiapkan? Sudah punya bekal untuk penerangan selama di kubur
nanti? Bukannya kamu takut gelap?
Ya gusti kalau saja saya tahu saya mati kapan mungkin ada
masanya saya bersenang-senang dulu baru benar-benar beramal. Pada kenyataannya
mana? Yang ada saya nggak tahu mati kapan dan yang pasti saya harus segera siap
sedia.
Masya Allah maafkan hamba yang senantiasa kufur nikmat. Beneran
deh ini mah. Makasih loh Allah hamba udah diingetin lewat kalimat-kalimat hamba
sendiri. Ini nih yang kadang memicu kelahiran semangat baru dalam hidup.
Alhmdulillah. Nggak sia-sia ya nulis asal-asal kaya gini barusan. Yuk sa…
persiapkan amal terbaik untuk nanti di sana. Bukankah menjalani hidup dan
menghadapi persioalan hidup sebagai salah satu bentuk Ibadah. Dan di sini
terbukti manusia itu sering dan senang berkeluh kesah. Termasuk saya…. Termasuk
saya…
Ampun Gusti Pangeran Allah. Ampunn…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar