Kamu
Sebagian pikiranku tiba-tiba menggambarkan kamu
Terlebih saat hujan turun saat papan catur dibuka
Mungkin beberapa prajurit yang kamu kalahkan saat itu mengalahkan
impianmu
Entahlah
Apa kabarnya dengan dirimu
Aku ingat saat kumandang matahari di tengah siang
Lengan panjang putih berbalut jeans kau tutupi dengan kain saat
mengahadap
Lalu semua pergi
Karena hujan turun lagi
Kamu
Sayangnya kamu kaku lalu terpaku
Padahal impian yang kamu tanyakan waktu itu sempat membuat ragu-ragu
ini berlalu
Nyatanya
Kamu malah kalah dengan impianmu
Alasanmu beralih karena ada yang lebih dari mimpimu
Padahal di saat itulah ujianmu berlangsung
Lalu diam-diam kamu pergi
Kamu kalah dengan mimpimu sendiri
Yang jelas nyatanya bukan kamu
Kamu
Sempurna satu kata jika dilihat secara kasat mata
Semua yang ada sesuai mimpi
Tapi di satu titik kamu kalah dengan rasamu
Setidaknya yang kamu agungkan adalah pangeran kita.
Hal itu menutupi yang lain
Yang salah dan terasah
Kamu belajar
Akupun demikian
Kamu menghindar
Tapi selalu tampil di satu waktu
Di mataku
Semoga tak menjadi harapan semu
lalu berlalu menjauh dan meninggalkanmu
Kamu
Kamu berjarak
Aku beri jarak
Kamu diam
Aku dalam temaram
Kamu berbeda aku tak menyalahkan
Lalu kamu diam-diam hilang
Seadanya jika berkenan
Akupun demikian
Bagimu lakumu
Bagiku berlalu
Kamu
Tak ada yang bisa menghubungkan kita selain dunia itu
Yang bersapa kadang tak kenal waktu
Kamu hadir di waktu-waktu yang tepat
Bercerita segala yang akurat
Dan senantiasa meminta untuk dijawab
Kamu jauh di sana seperti halnya aku yang berada di beranda
Lalu kamu tinggikan mimpiku hingga beberapa tahap menjadi nyata
Akankah kamu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar