Senin, 29 Juli 2013
Minggu, 28 Juli 2013
Menyatakan itu... (III): Lana oh Lana
Buncahan rasa senang dan bahagia terpancar dari wajahnya. Sementara aku hanya bisa geleng-geleng kepala. Tak habis pikir jika saat ini diriku ikut berkelana dengannya. Aku sendiri tak paham, kenapa saat ini aku bisa berada di kereta bersamanya. Solo, itu tujuan kami. Tujuan Lana sebenarnya sementara aku hanya ikut saja. Penggembira Lana (senantiasa).
"Heh, diam aja. Nggak ikhlas ikut aku nih? Yaudah sana turun" ujar Lana membuyarkan lamunanku. Bergegas aku melipat ke dua tangan. Cuek, mesti sebenarnya pura-pura.
"Yaudah kalau nggak ikhlas mah, nanti sampe Solo, kamu aku kirim balik ke Jakarta. Pakai paket saja ya, mau paket ekonomi atau ekspres sehari sampai?" Lana menggoda lagi. Aku tetap diam.
"Ya udah kalau masih nggak ikhlas mah kita diem-dieman aja sampe Solo." Lana mulai mengancam sementara aku meliriknya sengit.
"Apakah ikhlas harus dibicarakan, Lan? Udahlah, aku udah di sini masih saja kamu tanya aku ikhlas apa enggak. Sebel! Lagian kamu niat ngirim aku balik ke Jakarta udah kaya orang mau ngirim barang aja." Aku mulai terpancing emosi. Lagian tidak mungkin juga aku didiamkan olehnya. Sementara dia enak-enak saja menyimpan rahasia.
"Nah, kalau kamu ngomong kan aku lega jadinya. Setidaknya aku masih yakin kalau kamu masih sehat senantiasa." Ujar Lana lalu mencolek daguku. Aku mendengus kesal.
"Udah deh, cepet jelasin sebenarnya kita ke Solo tuh ngapain? Kamu sengaja mau ajak aku liburan atau memang ada maksud lain? Terus jodoh pasti bertemu maksud kamu apa?" Tanyaku bertubi-tubi. Sementara Lana tersenyum dan cekikikan sendiri.
"Oke baik, aku jelasin deh biar kamu nggak sensi dan marah-marah lagi. Aku lagi dapat jatah cuti seminggu, kamu pun begitu. Nggak salah dong kalau kita jalan bareng seperti waktu kuliah dulu. Kenapa Solo, ya karena aku lagi pengen aja ke sana. Kamu nggak usah bingung mikirin apapun, yang pasti semuanya udah aku siapin. Pokoknya kamu ikut aku aja. Terus kalau jodoh pasti bertemu aku lagi suka lagunya Afgan" ujarnya besemangat menjelaskan. Aku tahu ada yang disembunyikan. Pasti. Meski aku tidak tahu apa.
Sebenarnya dua hari ini Lana sibuk sekali meminta ktp milikku. Kupikir buat apa, tahu-tahu kemarin dia mengembalikannya dengan tambahan tiket kereta api ekspres tujuan Solo dengan namaku yang tertulis sebagai penumpangnya. Ketika kutanya, Lana hanya bilang "jalan, berkelana, suka cita" tak ada penjelasan lain. Aku sih senang saja mengisi cuti dengan liburan berpetualang, apalagi gratis. Tapi, kalau sampai ada udang di balik bakwan aku males.
Aku masih menaruh curiga besar padanya. Tapi biarkan saja semua berlalu seiring dengan perjalanan ini yang terus melaju.
Semenjak kejadian di kosan Lana tiga bulan lalu, aku sudah tak lagi mendengar kicauannya terkait lelaki yang dikenalnya lewat dunia maya itu, terlebih Lana nekat ingin menjadi istrinya. Sepertinya laki-laki hebat itu sudah dihapus Lana. Sementara aku sudah tak pernah lagi membahas atau mencari tahu sedikitpun tentangnya. Bagiku, Lana kembali normal saja sudah cukup. Aku tak berharap lebih.
Solo. Kami sampai pukul 04.00. Bagiku di manapun jam segitu terasa dingin. Tapi Lana, entahlah hatinya terasa hangat. Sepanjang perjalanan tadi dia begitu ceria. Bercerita apa saja hingga mampu mengundangku untuk tertawa. Sepertinya Lana sangat bersiap untuk petualangan kali ini. Sementara aku masih sibuk menerka dan bersiap diri. Mau ke mana kami nanti? Mau ngapain? Ah sudahlah, bagiku melihat hamparan kasur ekstra besar membuat semua tanya hilang melesap begitu saja. Hotel pilihan Lana begitu luar biasa nyamannya. Aku langsung merebahkan lelahku.
"Heh, subuh dulu." Ujar Lana mengingatkan dan aku bergegas menyegerakan. Kami jamaah bersama. Lana jadi imamnya, entah kenapa aku merasa bacaan Lana sungguh membuat jiwaku tenang. Setelah salat, Lana berdoa lama sekali. Aku turut mengaminkan dalam hati, apa pun yang jadi doanya.
"Lan, kita mau ke mana sekarang?" Tanyaku saat terbangun. Lana sudah duduk cantik di sofa kamar. Dia memegang kertas bertuliskan sesuatu. Entah apa,aku tak bisa jelas melihatnya.
"Udah bangun, gih sana mandi. Habis mandi kita sarapan baru jalan. Nanti kamu akan tahu sendiri kita ke mana" ujar Lana bergegas menarikku masuk dalam kamar mandi. Dan aku menurut.
"Gila ini keren banget" ujarku tak bisa menyembunyikan rasa terkesanku terhadap kondisi yang aku alami saat ini. Lana mengajakku menaiki bus pariwisata werkudoro, bus tingkat dengan atap terbuka. Mantap. Bus ini hanya berhenti di tempat-tempat wisata. Mengelilingi Kota Solo bahkan melewati keraton Solo. Ah, Lana bagiku ini petualangan istimewa. Tak kusangka ia begitu bersiap dengan petualangan ini.
"Senengkan?" Tanya Lana dan aku mengangguk bahagia.
"Temenku keren ih, kamu lagi kenapa sih? Bahagia banget, sebanget-bangetnya" tanyaku penuh selidik.
Seketika Lana terdiam, lalu ia tersenyum girang. Aneh! Aku yang tadi berdiri menikmati pemandangan ini seketika duduk. Bertanya sesuatu yang memang disembunyikannya sejak beberapa hari lalu.
"Lan, kamu jangan bikin aku penasaran. Please... berhenti deh sembunyikan sesuatu dari aku. Nggak lucu!" Ujarku serius. Lana menatapku dengan keraguan yang mendalam.
"Aku sebenernya mau ketemu dia, dia tinggal di Solo. Aku mau ketemu langsung" ujar Lana mampu membuatku terdiam seribu bahasa.
Aku sudah curiga dengan kata "dia" yang disebutkan. Apakah lelaki itu? Pasti iya, tidak salah. Senyum Lana lantas berubah lebar. Ia ingin aku memakluminya. Sementara aku?
"Jangan marah ya, aku harus tuntaskan ini. Aku butuh kamu di sampingku. Kamu nggak perlu ngapa-ngapain. Temani aku saja" ujar Lana lagi memohon.
Sepertinya memang benar, pesona lelaki itu tak bisa lepas dari Lana. Lana benar-benar mampu dibuat sakit setengah gila olehnya. Meski sebal, dalam hatiku ada kesalutan terhadap cinta yang selalu diperjuangkannya itu.
Lana mengamit lenganku, meminta jawaban. Aku memang teman yang baik. Tak ada ajakannya yang kutolak atau bahkan permintaannya yang kudiamkan. Semua kuturuti dan kujawab dengan sebuah anggukan.
"Makasih teman terbaikku" teriak Lana girang lalu menarik ke dua pipiku yang tak gembil.
Lana... oh Lana
Semoga kau berhasil dengan cintamu
Kamis, 25 Juli 2013
mencintaimu itu...
Mencintaimu itu sungguh jauh, tak terjamah dalam rasa, hanya mampu memandang dalam layar.
Mencintaimu itu sungguh mbulet, tak ada simpul ikatan dan hanya melingkar-lingkar tanpa tujuan.
Mencintaimu itu sungguh lama, tak kunjung-kunjung datang hingga rasa menanti telah pergi.
Mencintaimu itu sungguh kacau, hanya kamu di setiap sudut bayang-bayang, buat diri terbebani.
Menulis buku harian
Mimpi Buruk atau bukan?
Rabu, 24 Juli 2013
Malam ini mendapat kabar yang cukup membuat hati berdebar pilu tak karuan. Entah apa rasanya jadi dirinya, mendadak mendapat kabar keberpulangan seorang ayahanda dari sahabat IKSI 2007 tercinta, Nila.
Semoga Allah senantiasa menguatkanmu dan keluargamu Nila, aamiin.
Semoga amal ibadah ayahandamu diterima di sisi Allah Sang Segala Maha. Aamiin
Hidup itu seolah berjalan menuju kematian. Di satu hari ada yang lahir & meninggal.
Hidup itu haruslah mempersiapkan bekal terbaik yang memang sudah seharusnya kita persiapkan. Toh, hanya amal yang mampu menyelamatkan.
Semoga kita senantiasa dalam naungan dan lindungan Allah, aamiin, aamiin, aamiin Ya Rabbal alaamiin :)
Cinta untuk kamu :D
Inai :D |
Menyatakan itu...
Just say it! |
Selasa, 23 Juli 2013
Kutuliskan ini setelah mereguk nikmatnya air putih. Alhamdulillah waktu berbuka telah tiba. Apa buka kamu hari ini?
Dengan segelas air putih dan dua buah lontong isi oncom aku merasakan nikmatnya berbuka tiada dua. Bukankah Allah pemberi nikmat yang pasti, dan aku bersyukur bisa begitu menikmatinya (bahkan kuah kacangnya sampai bersih tak tersisa)
Aku beli lontong isi oncom di pinggir jalan saat sore tadi. Seorang ibu berjalan tergopoh-gopoh membawa dua tentengan ukuran besar dan sebuah nampan bundar. Masha Allah, kuatnya sang ibu. Ketika kutanya ini cara dia untuk ngabuburit (jualan pecel dan lontong)
Well, Semoga kita semua senantiasa mensyukuri segala sesuatu yang telah diberi. Aamiin, termasuk untuk ibu tadi yang terlihat begitu menikmati menjual dagangannya. Aamiin :)
Petualangan dapatkan Doraemon :)))
Doraemon & Dorami |
Senin, 22 Juli 2013
Puisi Anak(ku) :D
sakit |
sepeda biru |
susu cokelat |
Minggu, 21 Juli 2013
Sepenggal kisah Supir Bajaj
bajaj |
Singa hutan dapat menerkam mangsanya setelah ia tinggalkan sarangnya.
Anak panah tak akan mengenai sasarannya, jika tak beranjak dari busurnya.
Andaikan mentari berhenti selamanya di tengah langit, niscaya umat dari ujung barat sampai timur tentu akan bosan.
Emas bagaikan debu sebelum ditimbang menjadi emas.
Pohon cendana jika pada tempatnya tak ubahnya pohon2 untuk kayu bakar." Selesai ia membacakan syair itu seketika teman-temannya bertepuk tangan. Sementara saya ikut bertepuk tangan meski dilakukan di dalam hati saja.
Kamis, 18 Juli 2013
Selamat (Wisuda)
Ketika Emosi diuji
Selasa, 16 Juli 2013
Malam berbahagia
mbak lili: Posisi paling atas |
Dear mbak lili, semoga hajatmu diijabah Allah, di waktu terbaik, dalam kondisi yang baik. Aamiin.
Hari ini beberapa relawan menara kumpul bersama di daerah Bintaro tepatnya di Menteng Park. Sebelumnya kami beriringan menggunakan transportasi roda dua untuk membagi-bagikan makanan kepada orang-orang pinggir jalan yang dirasa membutuhkan.
Hal tersebut dilakukan dalam rangka memperingati hari jadi Sahabat Lili tercinta. Alhamdulillah acara sederhana dan ala kadarnya berjalan penuh khidmat dan erat.
Meski sederhana namun acara itu mampu mengena karena berhasil membuat kami tertawa riang gembira dengan penuh rasa syukur lewat berkumpul.
Selain berbagi dan berbuka, kami juga berdoa dan beribadah bersama. Dan pada masanya, bahagia itu sederhana saja.
Meski makan di suasana gelap kurang terang namun kebersamaan itu senantiasa bersahaja. Memayungi kami dengan tawa atau sekadar kisah bahagia.
Terima kasih untuk Mbak lili, puspo, april, mbak ike, Pak Wani, dinov, syifa, wilda, selvi, dan dea untuk hari ini.
Semoga Ramadan ini kita dihujani berkah yang berlimpah ruah. Aamiin.
*yang lain*
Untuk kamu...
Hei kamu...
Terima kasih untuk tawaran itu, InshaAllah aku usahakan datang. Semoga hati kita tak akan terlelap dalam lautan nikmat yang meluap, senantiasa mengingat menyebut asmaNya hingga akhir hayat. Aamiin
@reisadara