Badan ini lelah dan payah
Tapi di menit-menit perputaran bumi pada porosnya mata ini terus menatap.
Diistirahatkan ia berontak. Suara kipas angin yang senantiasa berputar kanan kiri kini jadi saksi bahwa aku tidak dapat tidur menutup kelopak di tengah malam ini.
Sudah kuadukan hal ini berkali-kali
Pada Tuhanku. Mungkin karena terbiasa menghardik waktu sehingga aku mendapat balasan begitu.
Ataukah mungkin karena kosa kota dipikiran membeludak. Membuat mata berdesak-desak hingga ubun-ubun kepala bergegas menggeliat.
Sejatinya ini termakan kata-kata sendiri.
Seperti bernapas seperti itulah menulis.
Dan ini napasku di 19 februari 2013
19 februari, kala itu
Seorang gadis tergolek di atas kasur. Ujung-ujung kakinya membeku dan kaku. Sesekali ia bolak-balikan kepalanya. Antara menatap tembok dan lemari busana.
Bukan kematian yang sedang dinantinya. Tapi ucapan-ucapan doa yang dirindukannya. Antara takut menghadapi dan berdamai dengan umur baru
25 tahun setara 1/4 abad sudah hidup waktunya.
Ponsel di tangannya berdering. Panggilan masuk bertuliskan mama memanggil.
Dan percakapan sederhana itu teralir. Antara rindu dan syahdu saat itu terlampir
"Selamat hari melahirkanku, Ma" ucap sang gadis pada bagian akhir.
Dan kasihku padamu tak akan pernah terambil seujung kuku, pun kau potong berkali-kali
Selamat hari lahir untuk sahabatku, semoga kau senantiasa mampir dalam hidup yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar