Pagi ini seperti biasa aku menghadang pagi dengan Bangun lebih awal. Beberapa hari ini belum menemukan inspirasi yang bisa aku bagi. Sampailah sehabis subuh aku berdoa agar ada kisah menarik yang kualami di hari ini serta dapat menginspirasi semua.
Tuhan memang baik. Ia selalu
baik. Pagi ini aku memulai kisah sederhana yang membuatku berkaca-kaca. Kisah
tentang orang sederhana bukan siapa-siapa. Dia hanyalah berprofesi sebagai
supir angkot.
Seperti biasa setiap pukul 07.30
pagi aku sudah berdiri di sebuah tempat untuk menuju ke kantor. Beberapa kali
angkot yang ingin kunaiki selalu melewatiku dengan kondisi penumpang yang
penuh. Hingga akhirnya ada sebuah angkot
yang berhenti di depanku. Angkot itu kosong. Aku berpikir pasti butuh waktu
lebih lama untuk sampai ke kantor karena biasanya tukang angkot suka menunggu
penumpang penuh. Ternyata pikiranku salah. Sang supir segera menginjak gasnya
setelah aku berhasil duduk dengan manis. Alhamdulillah …
Tak berapa lama kemudian seorang
pria bertato di leher naik dan duduk di bangku paling depan. Disusul kemudian
seorang ibu yang naik bersama putri kecilnya yang kutaksir berusia tiga tahun. Lalu
seorang bapak dan pemuda berpakaian rapi. Berangsur-angsur angkot hampir penuh.
Dua orang gadis tak berapa lama kemudian naik. Ibu dan putri kecilnya naik
angkot hanya beberapa menit saja. Tidak
sampai 100 meter sang ibu menghentikan angkot. Lalu membayarkan selembar uang dua ribuan
kepada sang supir. Aku jelas sekali mendengar sang supir bilang “Alhamdulillah… penglaris…”
Kuterka bahwa angkot ini baru
mulai narik. Benar saja tak berapa lama setelah sang Ibu beserta putrinya
turun. Seorang bapak-bapak menghentikan angkot. Sang Bapak mengeluarkan uang
lima ribuan. Sang supir ternyata tak punya kembalian. Dengan senyum ia berkata “sudah
Pak… nggak usah. Saya nggak ada kembalian”jelas Pak supir. Sang Bapak-bapak pun
sebenarnya merasa tidak enak hal itu terlihat dari raut mukanya yang terlihat
olehku. Kebetulan aku duduk di belakang pak supir persis sehingga aku bisa
melihat apa yang terjadi.
Sang Bapak tersebut akhirnya
mengucapkan permohonan maaf dan terima kasih karena ia juga tidak memiliki uang
receh. Di dalam angkot kulihat orang-orang seketika membuka dompet mungkin
mencari uang receh sama seperti yang aku lakukan. Kasihan si pak supir jika
penumpangnya nanti membayar dengan uang lima ribuan atau lebih dan ternyata
sang supir tak punya kembalian.
Benar saja tidak berselang lama setelah
sang bapak-bapak turun kemudian dua
orang gadis yang tadi naik bersamaan pun turun. Dua di antara mereka tidak ada
yang memegang uang ribuan. Sang gadis pun menyodorkan uang pecahan 10 ribu.
“Waduh neng. Bapak belumpunya
receh. Nggak ada uang receh?” ujar sang supir angkot lalu sang gadis pun
menggeleng. Sang gadis satunya sepertinya masih berusaha mencari uang receh
terlihat sedari tadi mata dan tangannya masih mengubek-ubek tas. Sepertinya hasilnya
nihil.
“Ya udah neng… bawa aja nggak
apa-apa” Jelas sang Bapak supir lalu berjalan perlahan. Dua orang gadis
tersebut sepertinya juga merasa tidak enak karena raut muka yang terlihat dari
kaca belakang terlihat jelas.
Di dalam angkot tinggal aku serta
seorang pemuda berpakaian rapi. Di bagian depan seorang pria bertato di leher
juga masih duduk terdiam. Aku bisa bernapas lega karena aku memegang dua lembar
uang seribuan yang akan kupergunakan untuk membayar kepada supir angkot saat nanti
aku sampai ke tujuan.
Beberapa menit kemudian pemuda
berpakaian rapi memberhentikan angkot. Ia mengeluarkan uang 20 ribuan. Jelas
saja pak supir tidak punya kembalian. Dan lagi-lagi sang supir mengikhlaskan
penumpang tanpa membayar. Jujur dalam hati aku kasihan tapi mau bagaimana lagi
kalau pak supir itu ikhlas pasti nanti Tuhan akan membalas.
Setelah melewati pertigaan.
Pemuda dengan tato di leher bilang “kiri” pak supir pun segera berhenti. Dan tahukah
apa yang terjadi. Sang pemuda bertato mengeluarkan uang bergambar Pak karno dan
Bung Hatta. Pak Supir tersenyum getir. Jelaslah kembalian ia tak punya.
Dan ternyata Tuhan punya rencana tak terduka. Membuatku ingin meneteskan air mata. “Ini buat bayar yang tadi naik
Pak. Sekalian sama mbaknya yang di belakang” jelasnya lalu berjalan
meninggalkan angkutan. Pak supir terdiam sama terdiamnya sepertiku. Antara
sadar dan tidak. Tapi klakson dari arah belakang akhirnya membuyarkan
keterpesonaanku terhadap kejadian itu.
Aku sempat mendengar pak supir
meneriakan terima kasih . Sementara aku hanya bisa mengangguk tersenyum saat
pemuda bertato tadi berjalan dan menengko ke arahku.
Di dalam perjalanan sang supir
angkot bergumam. “Ya Allah pagi-pagi udah dapat rezeki. Semoga pemuda tadi terus dapat rizki.” Aku ikut mengaminkan dalam
hati.
Sang supir angkot terlihat merasa bahagia.
Kulihat raut mukanya dari spion kaca. Tak berapa lama akupun turun. Tetap saja
aku menyerahkan ongkos sewaku karena bagiku itu hak sang Bapak.
“Neng… nggak usah. Tadi amanahnya
anak tadi kan bayar sewa neng juga.” Jelas sang Bapak dan akupun akhirnya
mengangguk.
Angkot yang kuturuni kini kosong
seperti saat kunaiki tadi. Semoga pak supir angkot tersebut senantiasa
mendapatkan rizki. Dengan keihlasannya rizki yang datang menghampiri.
Semoga kisah ini benar-benar
menginspirasi
RD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar