Keretaku berjalan, perlahan lalu tiada tertahan. Semua baik-baik saja. Ac yang menyala, toilet yang bersih, penumpang yang tertib. Komplit.
Bahkan, lebih komplit dari biasanya. Aku perempuan sendiri di 21 April ini. Samping kanan dan kiriku lelaki. Depan belakang lelaki. Aku paling cantik, tiada tertandingi. Lelaki -lelaki kanan kiri, depan belakang adalah pahlawan negeri yang sedang bermeditasi. Mereka brimob dari satuan yang tak kutanyakan. Semuanya bapak-bapak baik, berseragam.
Aku, merasa terlindungi walau di awal tiada nyaman. Mereka banyak tanya sana sini, itu dan ini. Lalu satu-satu kujawab dengan sabar.
Tadi salah seorang di antara mereka merokok. Dan maaf, aku bergegas akting sesak napas. Hakku untuk menghirup oksigen secara mudah. Bergegas sang bapak mematikan rokok dan minta maaf.
Aku, kartini di 21 April ini. Merasa terhormat dan tersanjung mendapat ajakan makan malam bersama. Berjalan beriringan menuju restorasi. Senda gurau bersama, meski kadang aku tak mengerti.
Di antara mereka ada yang paling tua, Pak Mahfud namanya, mungkin usianya lebih muda dibanding usia kereta. Dia cerita Indonesia dari I sampai A. Lengkap sudah dongeng malam di kereta.
Baru saja selesai menyantap, masinis pengemudi menghampiri kami. Mengajak bersua dan berbagi cerita. Lucunya, mereka sama-sama seusia. Lalu teh hangat datang, katanya sebagai teman obrolan.
Lagi-lagi aku mendapat nikmat Tuhan. Sebagai hadiah, kubuatkan mereka tulisan. Kubacakan dan mereka mendengarkan.
Aku, kartini 21 April di hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar