Aku :D |
Baru saja aku menyendokan sesuap nasi berlauk telur mata sapi
pada ayahku. Kami duduk berdampingan. Sambil merintih menahan sakitnya ayah
mengunyah perlahan. Aku membuka cerita selepas salat magrib pada ayahku terkait
kisah di hari ini. Bagiku bercerita adalah teman yang tepat di saat-saat
seperti ini.
“Yah… tadi itu akad temenku keren deh. Akadnya
di rumahnya. Sederhana sekali tapi khidmad luar biasa. Nanti kalau nikah aku
mau setipe kaya gitu.” Ujarku sembari memotong telur dan menyuapkan nasi lagi
pada ayahku. Sambil terus mendengarkan aku bercerita lagi.
Hari ini adalah hari spesial bagi
sahabatku Samiah. Di hari ini ia resmi menyandang status sebagai istri dari
seorang guru lulusan IPB. Aku… Rina… Inay … dan Nila mengambil bagian dalam
acara sakralnya. Meski amatiran alhmdulillah Sami mepercayakan tata rias
akadnya padaku dan Rina. Sementara Inay berperan sebagai fotografer dan Nila
memiliki andil sebagai seksi penyalur dokumen adminstrasi antara mempelai
laki-laki dan perempuan.
Acara di minggu pagi
tadi sederhana sekali. Namun tak dapat kupungkiri justru kesederhanaannya
itulah yang membekas di hati. Pernikahan sahabat kami seolah menjadi sebuah
inspirasi bahwa menikah itu mudah. Tak serempong orang-orang yang menyiapkan
lala lili yang kadang terlalu berlebih.
Hal yang paling
membuatku menjatuhkan butir-butir air mata di minggu tadi adalah saat melihat
ayah Sami yang biasa dipanggilnya dengan sebutan Bapak. Entahlah… saat melihat
Bapak aku teringat ayahku.
Semenjak kemarin sore
aku izin kepada ayah untuk pergi ke Depok guna menepati janji terhadap Sami
yang memang meminta padaku untuk menjadi tata arias sederhana di acara akadnya.
Ayahku masih sakit. Belum sembuh benar… tapi alhmdulillah beliau mengizinkan.
Lagi pula aku sudah berjanji akan segera pulang cepat jika acara sudah selesai.
Sebagai gantinya adikkulah yang bergantian menjaga ayah selama aku pergi.
“Ya… memang Islam itu
tidak pernah ribet. Manusianya aja yang sekarang berlebihan. Sekarangkan banyak
nikah mewah-mewah padahal dalam Islam sendiri nggak ada sunahnya merayakan
secara berlebihan. Nanti kamu kalau nikah maunya di mana?” Ayah berkomentar dan
melempar tanya padaku. Aku meringis lalu merajut pikiranku tentang pernikahan
impian yang memang selalu kuinginkan sejak dulu.
“Aku maunya nikah di
mesjid. Sekali aja selesai Yah. Yang penting ada anak yatim yang diundang.”
Jelasku lalu menyuapkan nasi lagi pada ayah.
Ayah mengangguk.
Sementara dalam hati aku mengaminkan sendiri.
Saat aku pulang tadi
adikku melaporkan banyak hal. Sejak aku tinggal kemarin ayah tidak mau makan.
Aku sih memang sudah curiga akan seperti itu. Soalnya ayah bilang sendiri kalau
makan maunya aku yang suapin. Agak sebel sendiri awalnya karena alasan ayah
kalau disuapin adik gak enak. Tapi aku mencoba paham. Mungkin memang berbeda
rasanya. Tapi aku sedikit menarik napas lega karena meski tidak mau makan nasi…
ayah masih tetap menjaga lambungnya agar terisi. Kata adik… ayah maunya makan
es buah sama singkong goreng. Ya sudah alhmdulillah.
Aku tiba sekitar pukul setengah dua siang. Tadinya aku berniat
merebahkan badanku sebentar. Maklum hari ini baru tidur selama tiga jam rasanya
ngantuk sekali. Tapi berhubung melihat kondisi kosan yang agak berantakan jadilah
aku bersih-bersih dahulu. Percaya saja kalau adikku tidak melakukan kegiatan
yang biasa aku lakukan. Nyapu dan ngepel.
Selesai bersih-bersih aku segera salat zuhur lalu mencuci
beberapa pakian kotorku dan ayah. Lumayan menguras tenaga. Tapi anehnya rasa
kantuk hilang begitu saja. Ayah tertidur di ruang tengah jadi agaknya tidak
menyadari bahwa semenjak tadi aku sudah pulang.
Saat ayah terbangun rupanya aku tengah tertidur. Lumayan sekita dua
jam dapat waktu tidur yang kurasa cukup maksimal. Bangun tidur… ayah segera
minta di sekoh alias di washlap. Di
bersihin badannya pakai handuk basah maksudnya. Hehehe. Aku mengiyakan dan
segera melakukan kegiatan rutinku. Rasanya selama tiga harian ini aku menjadi
seorang perawat. Cieee
Selesai membersihkan badan ayah aku segera salat ashar. Aku baru
sadar saat selesai salat bahwa kaki ayah kini agaknya membengkak. Rupanya saat
aku tengah tertidur tadi ayah dan adikku pergi ke apotik untuk membeli obat.
Ternyata oh ternyata… ayahku terkena asam urat.
Cess…
“Udah aku makannya” ucap ayah saat aku ingin menyendokan suapan
nasi lagi.
“Habisin. Siapa yang mau makan coba?” Ujarku sedikit tegas dan
ayah manyun. Biarin. Sekali-kali memang ayah perlu ditegasin seperti itu. Ayah
lalu membuka mulutnya lagi. Alhmdulillah satu piring habis. :D
Selesai makan nasi aku menawari ayah untuk makan es buah. (Karena
tahu ayah suka es buah… aku dan adikku membelikannya lagi)
“Aku maunya disuapin
syaukat” Ujar ayah dan aku mengangguk-angguk sembari mengirim pesan kepada
adikku untuk datang ke kosan. Kasihan sih sebenernya dari tadi dia udah
bolak-balik. Tapi mau bagaimana lagi… kan ayah yang minta.
Adikku tak lama datang.
Segera saja dia menuangkan es buahnya ke dalam mangkok dan kemudian menyuapi
ayah.
“Aku maunya kalau makan disuapin Nines. Kalau makan es buah
disuapin Syaukat” Ayah berkata-kata sementara aku dan adikku salng bertatap dan
nyengir kuda. Kami sama-sama mengiyakan.
“Kalau sakit gini aku baru ngerasa kalau punya anak. Ada yang
nyuapin… ngelapin badan…” Ujar ayah di tengah-tengah suapannya. Aku dan adikku saling
pandang dan tertawa. Padahal sebelumnya aku sudah banjir air mata.
Menjelang magrib tadi aku menghubungi kakakku. Aku kabari saja
keadaan yang sebenarnya. Pas lagi enak-enak berurai air mata eh… dia telepon.
Aku berbicara sebentar sisanya aku kasih ke ayah. Setelah selesai
bercakap-cakap aku bergegas ngibrit ke kamar mandi. Alasannya sih mandi…
padahal mah… yah… tahu sendirilah…
Semoga sakit ayah menggugurkan dosa-dosanya. Semoga Allah segera
angkat sakitnya dan memberinya sehat dengan cepat. Aamiin
*Saya bersyukur terlahir sebagai anak perempuan ayah :)*
syafakallahu untuk ayahmu ya, salam hormat untuk ayahmu. betapa bahagianya ayahmu punya anak shalihah seperti dirimu
BalasHapusAllahuma aamiin mbak Linda. terima kasih atas doanya. semoga Mbak Linda senantiasa sehat sekeluarga. aamiin :D
BalasHapus