Tenang dan damai lihat gambar ini |
Hai…
Ups… Assalamualaikum wr.wb
Itulah sebaik-baiknya salam yang harus diucapkan. Apa kabar hari
ini? Semoga senantiasa berbahagia dan terus berpikir positif terhadap apapun
yang ada di hadapan. Weits kok tumben? Iya hari ini agaknya saya sempat
terjerumus dalam lubang picik dan menjengkelkan. Untung saja saya masih
mempertahankan pikiran positif yang masih tertanggal (setidaknya)
Ada apa sih hari ini? Komplit! Seharian hampir eh salah sudah
terjerumus dalam rasa “malas” dalam artian menghadapi segala sesuatu secara
semaunya atau terpaksa. Susahnya menghadirkan keihklasan di tengah-tengah nol
kegiatan yang biasanya dimiliki. Tapi yasudah toh pada akhirnya saya BERHASIL
melawan diri saya sendiri. Ini maksudnya apa toh? Gagal paham dan mengerti
(Hihihihihihihihi *tertawa Mak lampir di dramatisasi)
Jadi gini… seharian tadi saya beranggapan bahwa teman-teman saya
tidak menganggap saya ada. Dalam artian saya tidak begitu dihiraukan dalam
sebuah grup atau kelompok tertentu. Saya pernah menanyakan hal yang penting
dalam grup tersebut. Namun sayang tak ada satupun jawaban atau bahkan tak ada
sebuah respon dari mereka. Saya sedih sih… giliran teman-teman yang lain
bertanya (bahkan pertanyaaan yang nggak penting sekalipun) mereka dengan mudahnya
bahkan beramai-ramai menanggapi. (Kasihan deh saya) Eitssss kasihannya jangan
pakai banget ya!
Sekali… dua kali… sampai tiga kali kejadian itu terus berulang.
Sedih rasanya berada di kumpulan orang-orang yang kadang tidak peka/tidak mau
belajar peka/ memang tidak punya kepekaan. Hingga pernah saya memutuskan untuk “out”
berkali-kali. Saya berpikir dengan keluarnya saya tidak akan berpengaruh
apa-apa. Toh saya juga merasa selama ini ada atau tidak adanya saya tidak akan
berdampak apapun bagi kelangsungan komunikasi dengan mereka.
Ternyata pikiran saya salah. Dengan keluarnya saya justru malah
memperkeruh keadaan dan memunculkan banyak pertanyaan dari mereka kepada saya. Hal
tersebut justru menunjukkan seolah-olah saya sedang bermasalah dengan mereka
dalam artian marah tanpa ada kejelasan. Padahal saya sudah pernah menanyakan
secara baik-baik “kenapa setiap saya yang bertanya mereka selalu tak peduli?”
Tapi toh tidak pernah ada jawaban memuaskan dari mereka. Atau lebih tepatnya
tidak dijawab! (kasihan)
Mungkin terdengarnya di
sini saya yang egois. Tidak mau paham terhadap rutinitas yang sedang mereka
lakukan (dalam artian sibuk) berbeda dengan rutinitas saya di kala ini. Tapi
jika kehadiran saya dalam kelompok tersebut tak membuahkan atau tidak
mendatangkan kebermanfaatan bagi mereka ataupun diri saya sendiri… lalu buat
apa saya terus bertahan ada di sana? Hingga pada akhirnya saya kembali lagi
bergabung dalam kelompok tersebut karena permintaan beberapa dari mereka yang
rupa-rupanya masih punya sedikit peduli (cihuyy)
Akan tetapi pada akhirnya… beberapa hari ini hal tersebut
terjadi lagi pada saya. Di satu sisi saya butuh pencerahan atau penjelasan
terhadap suatu hal dan lagi-lagi tak ada yang merespon. Awalnya saya terus
berpikir positif pada mereka semua bahwasanya di antara mereka belum punya
waktu atau kesempatan menjawab pertanyaan saya. Namun lambat laun pertahanan
saya untuk terus berpikir positif terhadap mereka terkikis… terlebih setelah
sebuah pertanyaan dan pernyataan TIDAK PENTING (bagi saya) muncul lalu tiba-tiba
justru menarik perhatian mereka semua. Lagi-lagi saya merasa diabaikan (*Sambil
mojok dan nangis sesengukan)
Oh oke… saya mencoba berdamai dengan hati dan pikiran saya. Bahwasannya
semua orang tidak sesensitif atau sepeka saya. Rasa
kesal/kecewa/marah/sedih/duka hingga pada akhirnya memuncak menjelang magrib
tadi saya lampiaskan dengan melakukan serangkaian kegiatan yang bermanfaat
untuk diri saya sendiri. Energi orang yang marah amatlah besar. Sayang jika
tidak dimanfaatkan dengan baik dan benar. Lalu apa yang saya lakukan? Saya
masak lalu mencuci lalu menyapu terus merapikan kosan saya sedemikian rupa
hingga terlihat nyaman aman dan tentram. Hasilnya saya capek! Tapi manfaat!
Lihat sekarang saya sedang selonjoran bersantai sembari menonton televisi dan
mengetik tulisan ini. Kosan saya bersih… dan sedikit demi sedikit saya sudah
melupakan kejadian tadi.
Setiap manusia punya masalah masing-masing termasuk diri saya sendiri. Mungkin bagi
sebagian orang masalah saya ini amatlah sepele. Namun tidak bagi saya. Setelah
kejadian tersebut saya berusaha membangkitkan pikiran positif yang telah
terkikis kepada mereka. Saya beranggapan bahwa mereka tak menggubris pertanyaan
saya lantaran tidak tahu jawabannya atau saja mereka juga sedang mengerjakan
pekerjaan lain sehingga lupa untuk menjawab atau sekadar memberi respon
terhadap pertanyaan saya.
Tadinya saya mau mengasihani diri saya sendiri. Tapi saya pikir
buat apa? Tuhan sudah banyak memberi kasih sayang buat saya. Bagi saya disayang
Tuhan sudah cukup. Doa-doa saya direspon oleh-Nya pun sudah cukup. Meski saya
tak lagi (saat ini) punya teman (manusia) untuk bercerita saya rasa tidak
apa-apa. Kamu tahu kenapa? Karena saya punya Tuhan yang selalu ada kapan pun
dan di mana pun. Dia bersedia mendengar keluh kesah serta rasa syukur saya.
Menuliskan hal ini pun salah satu bentuk saya bercerita padaNya.
Dan ketenangan serta kelegaan hati yang saya dapatkan saat ini adalah salah
satu bentuk jawaban dari semua pertanyaan atau penyataan yang saya utarakan
kepadaNya. (Sembari lihat ciptaannya (meski berupa gambar) yang indah-indah)
AllahhuAkbar.
Saya tersenyum bisa melalui ini semua. Alhamdulillah J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar