Tiga bulan yang lalu baru saja temanku melahirkan.
Tak sakit katanya, terlebih setelah bertemu tatap dengan makhluk mungil yang sudah dijatuhi cinta sebelum lahir ke dunia
Semua orang menyebutnya dengan istilah bayi, namun temanku memanggilnya dengan istilah cinta.
Cintanya pada cinta mampu mengalahkan cintanya pada suami. Tak salah katanya berlaku demikian, meski agaknya terlalu berlebihan.
Cinta, selalu diajak bermain dengan berebagai permainan yang mampu mengundang tawa dan senyuman.
Suatu ketika, cinta mulai beranjak remaja. Ia dimanjakan sedemikian rupa oleh sang bunda. Tak ada yang salah dengan setiap permintaannya, hanya saja terkadang waktu terlalu enggan bergulat dengan ingin yang berlebihan.
Ia minta miniatur surga yang entah dicarinya di mana. Belum pernah ada yang mengunjungi surga setelah semua orang beranjak dewasa. Kecuali saat mereka belum terlahir di dunia. Sang bunda kalang kabut bertanya seperti apa bentuk surga yang diinginkan cinta? Cinta hanya bilang bahwa surga itu indah.
Sang bunda dengan sekuat tenaga menampilkan surga sesuai inginnya. Hanya saja sang cinta selalu merasa bahwa surganya tak tepat dan kurang akurat.
Bunda merasa kecewa tak bisa penuhi ingin cintanya namun ia tak habis pikir tetap mencoba mencipta dengan segenap jiwa dan raga. Pada akhirnya sang Bunda membuat gelap.
Gelap di hadapan hingga membuat cinta tersenyum elegan. Ini baru surga, cinta berkata-kata hingga mampu membuat bunda berurai air mata.
Impian membangun surga di hadapan berhasil ia lakukan. Pada akhirnya bunda tahu bahwa surga yang diinginkan cinta seperti saat ia dalam kandungan. Gelap namun hangat.
Cinta tertidur cukup lama, ia peluk gelap dengan erat. Bunda tertidur juga setelah lelah menyaksikan cintanya kembali lagi menjadi bayi yang belum sempat lahir ke dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar