Jumat, 08 September 2017

Serba serbi Awan, Serba serbi kehidupan (kami)


Saya percaya bahwa proses memang tidak pernah mengkhianati hasil. Alhamdulillah saya bersyukur sekali telah dikaruniai seorang anak yang luar biasa ceriwisnya. (Kaya saya, yahdutnya mah pendiem) Meski dia lelaki, saya sangat-sangat bersyukur. Usia 1tahun Awan memang sudah terlihat bakat bicaranya. Awalnya banyak ibu-ibu yang bertanya kok bisa anaknya cerewet sekali. Dengan santai saya selalu menjawab "emaknya aja bawel banget". Akan tetapi keceriwisan Awan benar-benar di luar dugaan. Selain ceriwis dia juga suka sekali teriak-teriak, entah memang bakat emaknya menurun 1000 persen atau memang dia sedang mencari perhatian. Keceriwisan Awan bertambah pesat sejak melewati usia setahun. Kepesatan inilah yang senantiasa menaburkan semangat saya untuk mengenalkan ini dan itu kepada Awan. Apa saja yang Awan dengar, hanya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya akan ia tirukan seratus persen, meski pelafalannya tidak sejelas orang dewasa. Lihat iklan dikit langsung hapal, diajari lagu anak-anak langsung mengikuti, dan yang membuat saya kagum dia mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, berdialog dengan santai, seperti mengajak orang dewasa mengobrol alias nyambung. Saya punya tugas penting dalam hidupnya untuk mengenalkan Allah sebagai Rabbnya. Berbagai hal saya lakukan, mulai dari menceritakan kisah-kisah nabi Allah (saya memang cinta bercerita), mengenalkan segala ciptaanNya dari mulai tumbuhan, aneka hewan, tata surya, manusia, dan segala sesuatu yang ketika dikenalkan kepadanya membuat Awan merasa takjub dan menumbuhkan dan menyemai kecintaan pada Allah Sang Maha Segala. Hal itu terasa sekali ketika ada kalimat-kalimat yang keluar dari mulut ya. (Kalimat lho bukan sekadar kata)
"Nabi Ibrahim tidak panas dibakar Api, Allah baik ya,Bun."
"Matahari panas, besar, baju Awan jadi kering, Allah hebat ya, Bun"
"Nabi Yunus ditelan ikan Paus ya, bun? Bukan dimakan? Nabi Yunus minta maaf Allah. Awan sayang sama Allah"

Iya, sejak usia setahun setengah, saya kenalkan Nabi-nabi Allah ke Awan. Mukzijat apa yang didapat oleh nabi-nabinya selalu dia ingat dan itu menumbuhkan rasa tersendiri bagi Awan bahwa memang Allah itu Maha Keren. Menceritakan kisah Nabi dengan media buku cerita memang sangat membantu sekali, saya menggunakan buku My First Quran story untuk hal itu. Akan tetapi, hal yang membuat saya merasa takjub dengan Awan ialah ia dengan mudah mengingat dan menceritakan kembali kisah-kisah nabi diikuti dengan intonasi penekanan yang saya gunakan. Persis. Bahkan tanpa membuka buku pun dia bisa hapal dialognya.
Mengenalkan berbagai ciptaanNya seperti Matahari, bulan, bintang, tumbuhan, hewan, dan sebagainya saya gunakan banyak media yang sekaligus menstimulus motorik halus dan kasarnya. Kebanyakan mainan yang saya buat dari kardus bekas susu, bahan alam dsb. Ketika saya ajak bermain dia sangat antusias (namanya juga anak-anak). Membuat ini dan itu tentu dan selalu semua itu saya kaitkan dengan Allah. Misal saat membuat bulan, saya ajak dia menempelkan kolase di media bentuk bulan, saya jelasakan bahwa Allahlah yang menciptakannya,  kapan bulan ini ada, bulan ini selalu berzikir kepada Allah, dia sangat patuh pada Allah, dsb. Begitu saat dia real berhadapan dengan bulan, Taraaaa....
"Ada bulan tuh, Mabun (sambil nunjuk ke langit), bulannya bersinar, bulannya patuh sama Allah, hai bulan... Dada bulan (sambil melambai-lambai ke bulan), patuh samanAllah ya, Awan juga patuh sama Allah)" ujaran ini membuat saya tersenyum puas kepadanya.
Saya benar-benar terkesan sama balita ini, segala yang saya jelaskan sangat mudah direkam, misal dia melihat semut, seketika itu juga dia akan mejelaskan ke saya bahwa semut itu diperbolehkan lewat oleh Nabi Sulaiman, bahwa semut temannya nabi Ibrahim (saat nabi Ibrahim dibakar api, semutlah yang bantu memadamkan api dengan air). Ketika melihat, cicak Awan pun lari dan memberitahu saya kalau cicak itu tidak baik (saya hanya memberikan istilah baik dan tidak baik sampai saat ini) karena meniupkan api ketika Nabi Ibrahim di bakar dan memberitahukan persembunyian Nabi Muhammad saat di dalam gua. Dari semua hewan yang saya kenalkan, Awan  sangat suka dengan burung hud-hud (Kisah Nabi Sulaiman),  Paus (kisah Nabi Yunus), dan Unta ajaib (kisah Nabi Saleh). Hanya sampai disitu saja? Awan juga saya kenalkan dengan 4 Imam Besar (Hanafi, Maliki, syafi'i, dan juga Hanbali). Entah kenapa dari kesemua kisah 4 imam ini Awan sangat-sangat terpesona dengan Imam Hanbali.
Saya ingat beberapa waktu lalu, ketika mengajak Awan untuk melukis buah apel pada gambar pohon yang telah saya buat. Seketika itu juga dia berkata.
"Mabun, gambar apelnya kaya yang di cerita Imam Hanbali ya. Imam Hanbali sama ibunya gak punya uang buat beli makan, Imam Hanbali ke hutan dapat apel buat ibunya. Imam Hanbali sayang sama ibunya. Allah baik ya, Mabun Karena kasih Imam hanbali apel buat dimakan..." Mabunnya diem,, terus bengong terkaget-kaget karena kisah imam Hanbali saya kenalkan sudah lama sekali saat dia usia satu setengah tahun. Tak puas dengan kalimatnya, Awan bergegas mengambil buku kisah Imam Hanbali dan segera membuka halaman, lalu menunjukkan gambar apel yang dipungut Hanbali pada saya. "Tuh, kan bun, Awan tahu" ciuman hangat mendarat dikeningnya (kebahagiaan  yang membuat saya semakin bersyukur). Di sini yang saya tekankan bahwasannya Awan sangat-sangat mengetahui bahwa inti dari ini semua adalah karena Allah, terlepas dari dia sangat ingat kisah dan mampu menunjukkan apa yang diucapkannya. "Allah baik, ya bun" itu bagi saya sudah sangat cukup sekali.
Masuk usia 2 tahun, kisah-kisah Nabi alhamdulillah hampir semua sudah dikenalnya, dihapalnya, dan dicoba untuk direalisasikan dalam hidupnya (keteladanannya). Saya dan yahdutnya juga sudah mengenalkan salat (meski kalau saya lagi salat dia selalu naik ke kepala saya saat sujud dan berkata lagi naik kuda) tapi setidaknya dia selalu ikut berdoa. Tapi, lambat laut toh dia mulai sedikit-sedikit mengikuti gerakan solat dengan takbir, sujud, dan rukuk (meski pada bagian ini dia seperti adegan mau salto). Dulu saya selalu berdoa di dalam hati, ternyata apa yg saya kerjakan ditiru plek sama Awan. Dia ikut mengadahkan tangan tapi mulutnya komat kamit nggak jelas. Akhirnya saya ganti dengan melafalkan apa-apa saja yang menjadi doa saya (saya berdoa menggunakan bahasa Indonesia, agar Awan tahu apa yang saya minta kepada Allah). Tak berlangsung lama Awan pun mengikuti juga. Dia ikut berdoa mendoakan mabun dan yahdutnya dan yang paling membuat saya tersenyum saat dia berdoa seperti ini.
"Ya Allah, Awan minta kereta Api terbang, Ya Allah. Semoga Awan, mabun, dan yahdut sehat terus bisa naik kereta api terbang, aamiin" Awan memang okeh sekali. Saya memberitahu bahwa dia bisa minta apa saja ke Allah. Apalagi kalau di surga nanti (saya sudah kenalkan ke Awan tentang surga dan neraka)  Makanya dia terobesi minta kereta api yang bisa terbang karena dia memang sangat suka sekali naik kereta api. Oke, imajinasinya boleh juga.
"Mabun, boleh tak minta kereta api terbang?" Matanya secara bulat penuh mengharapakan jawaban iya dari saya. Dan saya pun mengangguk mantap. "Boleh, Nak.
Selain itu semua, yang kami (saya dan yahdutnya) lakukan adalah memberi keteladanan tentang akhlak. Tersenyum, makan dan minum sambil duduk dan menggunakan tangan kanan, memulai segala sesuatu dengan bismillah dan menyudahinya dengan hamdallah, mengucapkan tolong, terima kasih, meminta maaf, membaca doa sebelum tidur, salim kepada orang yang lebih tua, mengucapkan salam, sayang pada hewan (terutama kucing) dengan memberinya makan, membuang sampah pada tempat sampah dan banyak hal lainnya yang alhamdulillah semunya langsung ditiru oleh Awan. Menyenangkan dan bersyukur sekali. Bahkan ketika Awan mendapat makanan dari tetangga, tak segan-segan dia mengucapkan terima kasih ke Allah dulu, baru kemudian kepada yang memberi.
"Terima kasih ya Allah, Awan dapat ayam goreng, makasih ya Emih (panggilan kepada nenek di sebelah rumah yang telah memberinya ayam goreng) rasa syukur memang harus dinyatakann, seperti yang dituliskan dalam Quran (Addhuha: 11) dan itu menjadi pengingat bagi saya untuk meniru cara Awan dalam bersyukur. Memang, siapa saja yang bersyukur maka nikmatnya akan ditambah oleh Allah, rasa syukur yang Awan nyatakan membuatnya selalu dan terus-terusan mendapatkan rezeki entah berupa makanan, mainan, atau buku-buku dari siapa saja yang senang dengannya baik yang dekat maupun yang jauh. Alhamdulillah. (Makasih buat semuanya yang sudah perhatian dengan Awan, semoga Allah membalas semua kebaikan kalian. Aamiin)
Dari kesemuanya ini sepertinya saya tidak menemukan masalah apa-apa dari Awan, semua seolah baik-baik saja, sampai akhirnya dia suka sekali bertanya dengan kata "kenapa?" (Sebelumnya dia suka bertanya dengan kata "apa" minta dijelaskan ini dan itu) Dan itu tidak pernah berhenti sampai ia mendapatkan jawaban yang membuat dirinya merasa yakin dan puas.
"Kenapa harus patuh sama mabun dan yahdut? Kenapa harus makan? Kenapa kuman nggak kelihatan? Kenapa matahari terbenam? kenapa Awan nggak boleh marah-marah? Kenapa yahdut kerja? Kenapa mabun masak? kenapa bobo siang? Kenapa harus Allah (maksudnya solat)? Kenapa pakai sendal? kenapa mandi? Kenapa yahdut baik? Kenapa ekor kucing goyang-goyang? Kenapa mainan harus diberesin? Kenapa mabun sakit? Kenapa jangkrik bunyinya gitu? Kenapa menggambar? Kenapa layangan bisa terbang? Kenapa dan kenapa yang lainnya. Hal ini yang membuat saya semakin yakin bahwasannya jadi seorang ibu haruslah cerdas. Bagaimana kalau sang ibu memberi jawaban yang sekenanya dan seadanya? Saya sangat bangga karena banyak ibu yang menjadi ibu profesional dengan berbagai macam gelar sarjana yang telah disandangnya semata-mata untuk mendidik anakanya karena Allah. Menuntut ilmu itu perintah Allah, dan mengajarkannya pun demikian. Jawaban yang diberikan atas pertanyaan Awan benar-benar harus logis, jujur, dapat diterima, dan harus mudah dicerna olehnya karena yang dia tanya adalah sebuah alasan bukan sebuah penjelasan. Tak pelak saya mendapatkan pujian darinya ketika saya mampu menjawab pertanyaan darinya
"Mabun hebat, Mabun keren, Mabun pinter" atau "yahdut pinter, yahdut cerdas" Dan jawaban itu  semua direkam jelas olehnya. Gantian, giliran saya yang bertanya pada Awan dengan pertanyaan kenapa? Dia pun punya jawaban sungguh-sungguh membuat saya terpesona, takjub, bahagia, dan puas. Misal : Mas Awan, kenapa mainannya diberantakin?
"Kan Awan lagi main bun, nanti Awan beresin lagi, biar bersih, biar mabun gak capek, kan Awan patuh sama mabun sama Allah" mak nyoiii rasanya.. jadi meskipun berantakannya seharian (dari pagi sampai sore) tetapi dia selalu ingat untuk merapikan mainannya, memasukkan mainan sesuai dengan label nama mainannya (tempat lego, tempat mobil-mobilan) meski cara penyusunannya masih belum sempurna.
Sampai suatu hari, bagai dapat siraman air panas saya shok terkaget-kaget ketika Awan berteriak-teriak menyanyikan lagu ayu ti*ng2 yang berjudul sambal*do. Ya Allah gusti dapat denger lagu itu dari mana? Kapan saya kecolongan? Padahal hampir 24 jam Awan sama saya. Saya memang punya tv tapi sama sekali gak dapat saluran tv manapun hanya bisa nyetel dvd (itupun kasetnya barney, atau film2 india kesukaan saya). Saya tanyakan lagu apa itu? Awan hanya senyum malu-malu sambil bilang dari teteh. (Saya baru sekali pindah rumah ke daerah Padaherang, di sini saya punya banyak tetangga yang memiliki anak kecil dari usia balita sampai usia remaja) memang dia tidak sampai habis menyanyikan lagu itu, tapi satu bait lagu itu dihapalnya sambil dia bergoyang. (saya akui saya memang suka menari dan itu nurun ke Awan)
"Mas Awan kenapa nyanyi lagu itu?
"Karena teteh nyanyi lagu itu, lagunya enak. Awan suka" mak jeger. Tadinya saya mau esmoni level 12 tapi saya tahan. Saya cuma bilang, itu lagu gak baik mas, mending mas Awan nyanyi lagu nabi-nabi (lagu 25 nabi yang dulu dinyanyikan Dea Ananda). Tapi Awan tetep saja menyanyikan lagu yang belum sesuai dengan umurnya itu. Saya alihkan dengan lagu sentuhan boleh dan sentuhan tidak boleh, tetapi tetap saja Awan kukuh dengan lagu yang baru didengarnya. Akhirnya saya nyanyi lagu pamungkas kesukaan Awan, Indonesia raya secara keras biar lagu yang dia nyanyikan kalah suara toh mumpung dia belum hapal banget lagu sambal*do itu. Trik saya berhasil, serta merta Awan mengikuti lagu yang saya nyanyikan (alhamdulillah dia berhasil dialihkan) Awan sudah hapal lagu Indonesia Raya. Tapi ternyata itu tidak berlangsung lama. Oke, saya banyak melakukan cara. Dari mulai memberitahu teteh (tetangga sebelah) agar tidak menyanyikan lagu-lagu yang tidak jelas di depan Awan karena dia sangat mudah menghapal. Sampai akhirnya saya menemukan moment, bahwa inilah saat yang tepat agar dia lebih senang mendengar ayat-ayat Al-Quran ketimbang lagu gak jelas. Memang selama ini saya hanya mengenalkan Al-Quran melalui cerita-cerita para nabi, hewan-hewan yang terdapat dalam Al-quran, buah-buahan yang disebut di dalam Al-Quran dan sebagainya.
Bismilah, seperti yang sudah saya niatkan. Saya pun membacakan Ayat-ayat Al-Quran ditelinganya saat ia mau tidur, setelah selesai salat, saat ia bermain. Sehari bisa saya ulang sampai ratusan kali. Pertama sekali yang saya bacakan adalah surat Al-fatihah. Dan ternyata, apa yang saya lakukan membuahkan hasil. Tidak sampai seminggu, Awan sudah hapal Alfatihah. Tanpa diminta membacanya dia sudah membaca surat Al-fatihah sendiri. Saat dia bermain, setelah salat dia sendiri yang mengulang-ngulang bacaan itu, bahkan ketika dia teriak-teriak yang dibacanya pun surat Al-fatihah. Hal itu membuat saya yakin bahwa memang Al-Quran sangat mudah dipelajari *dipelajari dalam hal ini maksudnya untuk dihapal oleh Awan*. Selain melakukan hal itu, saya juga mengurangi jam bermain Awan dengan anak-anak tetangga karena yang teramat saya sadari anak-anak di sini perkataannya sangat-sangat tidak baik. Bayangakan saja mereka terbiasa menggunakan umpatan anji*g, beg*, kepada sesamanya saat bermain bahakan berani memakai umpatan itu terhadap orangtuanya. Lingkungan baru saya ini di sebuah desa, yang nilai-nilai kesopanannya menurut saya mulai luntur. Banyak orangtua yang bekerja di Jakarta dan menitipkan anak-anak mereka pada nenek dan kakeknya. Bahkan, mereka terbiasa memukul, menedang jika sedang bermain. Kadang mereka merebut mainan Awan dan membuatnya jadi bahan ejekan, padahal kebanyakan dari mereka berada di usia sd-smp, sedangkan anak-anak yang seusia Awan di sini rata-rata bicaranya belum jelas. Jadi Awan kurang bergairah jika bermain dengan anak-anak yang menurutnya belum bisa diajak diskusi alias ngobrol. Saya sudah konsultasikan kepada yahdut Awan terkait hal ini dan alhamdulillah dia sangat mendukung sekali untuk mengurangi waktu bermain Awan bersama anak-anak sini tetapi sama sekali tidak mengurangi porsi bermainnya. Saya sangat senang bermain hal-hal baru dengan Awan, membuat aneka mainan, membuat kue bersama, dan menghabiskan waktu berdua (ketika yahdut kerja) bersama Awan. Meskipun pada akhirnya saya harus mendengar komentar-komentar yang nyelekit dari para tetangga
"Awan mah kasihan, dikerem di rumah aja sama mabunnya. Dikunciin, gak boleh main di luar." And the blah and the bluh, and embuh. Saya harus budekin kuping dan tetep pasang senyum manis dan ikhlas jika mendengar komentar ini. Nggak apa2 saya dikomentarin gitu yang penting Awan saya tidak terpengaruh dengan perkataan yang tidak baik dan perlakuan yang tidak menyenangkan dari anak-anak lingkungan sini. Toh setiap sore, Awan saya kasih kesempatan main di luar rumah agar tidak bosan. Jadi emak-emak memang begitu, tak perlu risih apa kata orang yang penting yang kita lakukan selalu berada dalam koridorNya. Dari dulu saya sudah kebal jika dibicarakan (dari mulai saya menyapih Awan dengan susu uht ketimbang susu bubuk, bahkan sampai saat ini ketika orang heboh anti vaksin dan saya tetap memvaksin anak saya sebagai bentuk ikhtiar). Bagi saya yang terpenting tidak apa-apa mereka menyakiti saya dengan kata-katanya yang dilontarkan dengan santai daripada saya membalas atau sekadar menjelaskan tapi mereka tak mau mendengarkan. Senyumin dan diamkan saja.
Kejadian lagu yang dinyanyikan Awan saat itu membuka diri saya sebagai seorang ibu yang ingin mengenalkan lagi dan lagi tentang kalam Allah terhadap Awan. Dan alhamdulillah sampai saat ini tak sampai sebulan (kami pindah bulan Juli dan kejadiannya di pertengahan Agustus) Awan sudah menghapal 4 surat di usianya 2 tahun 4 bulan. Sebenarnya kalau lihat postingan teman-teman di fb terkait berbagai mainan yang bisa mengaji dll, ingin sekali rasanya saya membelikan untuk Awan. Tapi keinginan itu masih harus ditampung dalam doa dulu karena kemampuan diri belum sampai pada tahap tersebut. Meski saya belum mampu membelikan mainan-mainan mahal yang punya efek kebaikan tersebut saya tak cepat redup. Saya yakin meski mulut saya harus sampai berbusa dalam menyampaikan ayat-ayat suci kepada Awan, saya siap saya ridho karena saya masih punya kemampuan untuk itu dan saya sudah peroleh hasilnya. (Emak-emak jangan kuat ngoceh aja, ngajinya juga harus kuat hehehe)
Tapi meskipun kelihatannya Awan sempurna sekali, sejatinya dia juga anak-anak biasa yang punya banyak kekurangan. Awan itu penakut (sama seperti saya, tapi kalau di depan Awan saya harus terlihat berani), Awan kalau sudah ngeyel mau dibujuk rayu sampai jungkir balik tidak akan digubris cara ampuhnya mending saya tinggalkan daripada saya memancing esmoni yang menyeramkan jika keluar dalam diri. Tapi dari sekian banyak sikap kekurangan tersebut saya menyadari bahwa anak saya daya keseimbangannya kurang baik. Awan mudah nabrak sesuatu, mudah jatuh, mudah menumpahkan sesuatu. Entah karena memang ini pengaruh dari bentuk kepalnya yang tidak bulat/lonjong sempurna karena saat lahir dia ditarik sehingga bentuk kepala bagian belakang tidak seimbang (besar sebelah). Meski dia sering diledek kepalanya besar oleh anak-anak tapi saya selalu menjawab bahwa volume otaknya juga besar jadi dia cerdas (bukankah kata-kata adalah doa? Saya sangat meyakini itu) saat ini Awan tidak begitu atau terlalu peduli dengan ejekan kepalanya yang besar tapi mungkin nanti saat dia menanyakan hal tersebut saya sudah menyiapkan amunisi jawaban yang tentu akan membuat dia merasa puas. Saat ini Awan selalu memakai pakaian usia 4th karena baju seusianya tidak pernah muat dibagian kepalanya (kerah) saat memakai kaos yang harus masuk melewati bagian kepala. :) Di mata mabun, Awan sudah amat sangat sempurna. Terima kasih Ya Allah.
Akan banyak ujian yang akan kita lewati bersama, Nak dan juga Yahdut. Selama kita tetap bergandengan tangan, saling menguatkan, dan tetap berjalan dalam koridorNya, InshaAllah jalan yang gelap gulita sekalipun akan bisa kita lalui. Bersabar dalam segala hal dan bersyukur kita jadikan sebagai perisai diri. Mari kita jaga bahagia dan bahagia dalam penjagaanNya.

Alhamdulillah, Malam takbiran Idul Adha
31 Agustus 2017
Catatan Mabun Cantik sedunia .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar