Minggu, 16 Desember 2018

Mereka Bilang Saya Cungkring (Hari kedua)

Iya mereka...
Lebih dari satu orang dan itu awalnya benar-benar mengusik saya.

Cungkring memang pas disematkan dalam diri saya yang bertubuh super langsing bin singset. Tapi bukan berarti julukan itu menyenangkan hati atau membuat hati berbunga-bunga. Julukan itu justru menambah deretan panjang keinginan saya dalam sebuah resolusi hidup. Dikira saya tak bosan jadi orang berbobot tak lebih dari 40kg?

Dari mulai lahir sampai punya anak dua, timbangan berat badan tak jauh-jauh dari 39/40. Kecuali hamil ya bisa sampai 50kg itupun hamil anak kedua, rekor Bo! Kalau hamil anak pertama hanya sampai 49,00. Begitu lahiran? Yah balik lagi secara perlahan. Turun puncak BB sekilo demi sekilo. Makan? Banyak padahal. Entah kenapa pencernaannya kaya burung.

"Reisa, kurus banget sih. Reisa, kaya lidi. Reisa, kutilang. Reisa, si seksi body. Reisa, cungkring"

Awalnya risih lama-lama jadi kebal. Ada yang lebih parah bilang katanya raganya tinggal balutan kulit saja. Astagfirullah.

Wahai semua manusia yang memiliki mulut dan lidah. Mulut kita diciptakan untuk makan, minum, dan berbicara yang baik-baik. Kalau tidak bisa baik bicaranya lebih baik diam.

Tapi, bagi mereka itu semua tidak menyakiti hanya sekadar menyatakan rasa. Iya tidak menyakiti diri mereka tapi menyakiti saya. Sudah tahu saya kurus gak perlulah diungkapkan apalagi dijuluki. Dipikir saya punya hati sekuat baja? Saya manusia biasa, perempuan pula. Sensitif keleus!

Saya sudah berusaha menaikan BB dengan berbagai cara. Mulai dari makan banyak, ngemil, minum suplemen ini itu, susu, olahraga. Hasilnya ya tetap begini saja. Ini sepertinya Allah ingin saya begini kenapa? Agar pakaian saya dari zaman kuliah tetap muat. Agar saya tak perlu capek berdiet kaya orang-orang kebanyakan.

Intinya sih bersyukur. Kalau saya bersyukur InsyaAllah berat badan saya ditambah atau kesehatan saya bertambah. Bukankah sehat itu yang terpenting?

Kalau Allah takdirkan saya kurus mau apa? Protes? Sana silakan. Saya mah sudah terima dengan panjang kali lebar kali tinggi. Lalu jadi volume tubuh saya. Toh kurus-kurus gini jago bikin camilan kesukaan keluarga. Gak percaya? Silakan tanya keluarga kecil saya.

Anak-anak saya pun tak luput dari istilah gak bisa gendut. Lha, ibu sama bapaknya aja langsing kaya angka 11 masa iya anaknya mau kaya tahu bulat digoreng dadakan? Kaya angka 00

Kurus itu luar biasa. Apalagi sehat, mantap jayalah. Bagi saya yang terpenting bukan badannya, tapi akhlaknya. Sudah baik belum?

Yasudah sekian cuap-cuapnya. Lanjut ke tulisan berikutnya ya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar