Selasa, 15 Maret 2011

Tuhanku, Selamat telah membuatku seperti ini. Tapi aku suka

Tuhan, berkali-kali dalam doa aku selalu memohon suatu penyejuk hatiku. Keinginan berbagai rasa yang ingin kudapatkan melalui orang-orang yang mungkin atau tidak kukenal seakan kini menjadi bomerang terhadap diriku sendiri. Aku bermain-main terhadap api, dan lihatlah Tuhan. Aku benar-benar terbakar. Mungkin kau lelah mendengar permintaanku itu yang selalu kusebut dalam setiap doa dan tahajudku. hingga kau berikan terlalu banyak rasa yang sekarang membuat aku sakit. Rasanya aku memang belum mampu menghadapi berbagai rasa itu. Bukan karena aku takut Tuhan, sungguh. Aku tidak tahu selanjutnya rasa apalagi yang akan kau hadirkan dalam hidupku.Rasanya ingin terus mengeluh Tuhan walaupun aku malu selalu saja ada yang kukeluhkan dan selalu saja ada yang kubandingkan. Salahkah Tuhan kalau aku iri pada mereka. Melalui kacamataku sungguh aku merasa Kau lebih memperhatikan mereka ketimbang diriku. Atau mungkin aku yang tidak sadar bahwa sebenarnya bentuk perhatianMu terhadapku Kau tunjukkan dengan kejadian-kejadian beberapa hari belakangan ini. Aku seperti tidak kenal diri sendiri Tuhan, atau memang kau ingin menunjukkan diriku yang lain yang mungkin selama ini kututupi  dan tak pernah kusadari. Tadi malam,  lewat seseorang aku rasa Engkau sedang menegurku. Menegurku untuk menjadi seseorang yang ideal aku impikan. Tapi rasanya berat. Lewat dia, seolah kau menegurku bahwa aku belum bisa mengendalikan diri. Bahkan dia berkata aku seperti anak kecil: anak SD. Kau tentu tahu Tuhan, betapa beratnya aku mengontrol emosiku. Baik untuk sekitarku bahkan emosi terhadap diriku sendiri. Seperti kata mereka yang sering menyebutku LABIL. Aku selalu menampiki hal itu walaupun secara sadar memang aku seperti itu. Mereka bertemu aku saat aku sekarang ini Tuhan, bukan dari kecil. Mereka tidak tahu, betapa aku kehilangan masa kecilku yang seharusnya dipenuhi tawa dan mungkin kebahagiaan. Mereka tidak tahu dan memang tidak perlu tahu seperti apa aku dulu. Aku yang merasakan ini Tuhan, dan saat aku merasa nyaman... sifat kanak-kanakku muncul. Jujur, Aku belum bisa membuang, menghilangkan, atau bahkan mengurangi rasa itu. Bukannya aku tak mensyukuri segala bentuk kasih sayangMu melalui tahap-tahap kehidupan yang aku lewati. Aku tahu semua orang memiliki tahap yang berbeda dalam menjaani hidup. Aku suka kau berikan warna-warni dalam menapaki tahap kehidupanku. Tapi, sungguh Tuhan untuk kali ini saja, bantu aku berhenti dalam panas ini. Aku menyebut namaMu di hadapan dia bahwa aku berproses untuk berubah. Menjadi lebih baik. Tapi nyatanya kini ia menghilang. Meninggalkanku saat aku sedang merangkak menuju perubahan itu. Hanya karena satu kaliamat yang tak mampu aku utarakan padanya. Padahal aku tahu dia tahu. Untuk kali ini saja Tuhan, renggkuh aku dalam rasa ini. Rasa ini sudah mengganggu segala aktivitasku. Bahkan dalam abdiku padaMu hatiku berpaling. Tuhan, Selamat Kau mampu membuat aku seperti ini. Tapi aku suka. Mungkin kalau tak Kau beri jalan seperti ini aku tidak tahu rasanya terbakar, tidak tahu rasanya menangis (walau sebenarnya aku tidak meneteskan air mata sedikit pun sih).
Tuhan, bantu aku menyelesaikan janjiku padaMu terhadapnya.
Orang yang kukenal disaat terakhir ini,180 berbeda dari yang  kukenal saat pertama kali benar-benar membuatku JATUH .....

1 komentar:

  1. Reisa,, Aiz bilang,, you'll just be fine,, dan gw semakin sadar bahwa gw dan lu (kita) hanya butuh sekadar ikhlas,,

    BalasHapus