Sabtu, 08 Desember 2012

kisah sabtu

Ini kisah di ujung sabtu. Kisah lara yang dibuat dan dirasakan dalam satuan waktu, nggak peduli detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, bakhan tahun. Kisah ini lahir dari kekecewaan yang sengaja hadir atau lebih tepatnya dihadirkan. Berkaitan dengan janji yang, maaf, lagi-lagi terulang lagi untuk tak ditepati. Dalam kelaraan ini tentunya saya ingin berdoa agar teman dalam hidup saya tak melakukan hal yang seperti ini kepada saya. Jikalau ini sampai terjadi, untuk yang awal saya akan beri kemakluman sedang yang selanjutnya, jangan harap api akan padam disiram air satu gentongan


Bayangkan, salah, rasakan. Aku punya ayah tapi seperti tak punya. Jangan heran kerika tangan dan seluruh kakiku berteriak dan berpaling saat berhadapan dengan kisah seorang anak dengan seorang ayah, mungkin itu nyata. Aku tak punya, aku punya! Tapi seperti tak punya.


Cih, mengeluhkan hal yang sekiranya tak patut untuk kukeluhkan. Apa lagi yang memang aku harapkan?


Tak ada, hanya saja sempat terbesit dalam pikiran bahwa yang ditutup-tutupi selama ini adalah bagian dari kisah-kisah laranya

Aku tak menemukannya dalam tulisan. Mulut kita terlalu rapat untuk terkunci. Kau tak ingin hadapi dan saya ingin lari


Dalam seperempat malam aku bermain petasan. Hiburan disaat yang dikerjakan benar-benar dirasakan. Setiap percik ada kami kami kami ... mungkin terlupakan


Published with Blogger-droid v2.0.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar