Jumat, 21 Desember 2012

Rapot Mama

Kisah jumat ini: Rapot mama
“kamu tuh gimana sih… masa matematika dapet 6” Seorang Ibu berjalan ke luar dari gedung sekolah dasar di daerah pinggiran Jakarta. Air mukanya merah entah karena panas matahari pagi atau karena sebuah buku bersampul merah yang sedang ditentengnya itu.

“Tapi kan nilai olahragaku bagus ma dapat 9.” Ujar sang anak berseragam merah putih tak mau kalah. Kini mata mereka beradu. Lalu tiba-tiba sang anak tertunduk. Mereka berjalan di depanku. Paham sekali rasanya berada di posisi anak itu. Aku hanya bisa membuang napasku perlahan. Matematika… ya…

Kami akhirnya satu angkutan. Supir angkot rasanya enggan hanya membawa tiga orang penumpang. Sang supir lebih memilih menunggu penumpang penuh. Dan aku bersiap melihat adegan demi adegan antara Ibu dan anak tadi.

“Nggak usah main PS lagi. Liburan ini pokoknya kamu belajar. Kamukan udah kelas 6. Mau nanti nggak lulus?” Ucapan Sang Ibu kini sedikit dipelankan. Sang anak tetap saja terdiam. Matanya beralih ke kaca melihat lalu lalang kendaraan. Sepertinya ingin menangis.

“kebanyakan main sih.” Ucap Ibu itu masih terbawa emosi.
Tak berapa lama kemudian beberapa penumpang naik juga. Rata-rata memang Ibu bersama anaknya yang mengenakan seragam. Ya mungkin hari ini memang hari penerimaan rapot.

“Eh… Mama Aldi… gimana Aldi rapotnya?” Baru saja mereka duduk obrolan sudah pecah. Sang Ibu yang semenjak tadi memasang muka masam seketika berekspresi membaik.

“Eh mama Dita… Aldi rapotnya jelek. Matematikanya dapat 6. Kebanyakan main ini mah. Cuma dapat ranking 5” Ujar sang Ibu sambil menunjukkan rapot anaknya. Ibu yang dipanggil mama Dita itu segera mendekatkan diri melihat hasil rapot yang ditunjukkan tersebut.

“Ih itu bagus… Cuma matematika saja yang dapat 6. Lainnya 8 tuh. Olahraganya 9.” Ujar Ibu tersebut . Kata-katanya membesarkan hati. Meski aku sendiri tak ada sangkut pautnya.

“Olahraga buat apa coba. Nanti tuh yang di UN kan kan matematika. Masa matematika 6. Mau masuk SMP mana coba?” Sang Ibu tetap saja kekeuh dengan pendapatnya.
“Dita masih kelas 4 mah masih santai ya… ranking berapa Dita?” Tanya sang Ibu ingin tahu nilai rapot anak temannya itu.

“Eh mama Aldi… siapa tahu Aldi bakatnya memang di olahraga. Nanti bisa jadi atlet lho dia. Dita nggak dapat ranking. Tapi emang salah saya juga sih. Habis sibuk dagang terus jadi nggak ada waktu untuk ngajarin Dita. Tapi alhmdulillah nilainya di atas rata-rata.” Jelas sang Ibu sumringah. “Mama Aldi sih waktunya banyak ya. Jadi bisa ngajarin Aldi. Saya jamin deh pasti nanti lulus. Insha Allah dapat SMP Negerilah.” Ujar Ibu itu sambil menyalami tangan Ibu yang dipanggilnya mama Aldi.

“Aamiin” Jawab Ibu tersebut perlahan dan dengan sedikit parau.

“Oh iya Mama Aldi… aku turun sini ya… udah janji mau beliin donat buat Dita” Ujar sang Ibu tak berapa lama kemudian  lalu turun tepat di depan pasar diikuti dengan ibu-ibu lainnya. Kini angkot berjalan lagi. Hanya ada kami bertiga sebagai penumpang.

“Di… mama nggak pernah ngajarin kamu ya?” Tiba-tiba saja suara sang Ibu memecah keheningan. Sang anak menoleh lalu menggelengkan kepalanya. Seketika tangannya menarik lengan sang anak. “maafin mama ya…” ujarnya sambil merangkul anaknya. Ada tetesan air di sudut mata sang Ibu. Wajah sang anak seketika berubah. Dia tersenyum sambil mencium tangan Ibunya.

“Nanti Aldi belajar yang giat lagi…. “ hanya kalimat itu yang sempat kudengar karena aku harus turun. Aku mengakui kehebatan sang Ibu yang mau meminta maaf untuk anaknya sendiri. hal ini tentu menjadi rapot tersendiri untuk sang Ibu. Dan di jumat ini semoga keberkahan menyertai kita semua. aamiin

-RD-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar