Rabu, 14 November 2012

Berkhianat untuk Selamat



Kejadian 11 November 2012


Berkhianat Untuk Selamat

Siang itu hujan masih deras. Sebagian halaman yang terlihat dari kaca tergenangi air. Aku Nila dan Inai saling berpandangan. Sudah hampir satu jam kami bertamu di rumah Mas Endo. Sebutan akrab kami bagi senior IKSI yang telah lama bergelut dengan PDS HB Jassin.  

“Tunggu hujan reda saja” Ucap Mas Endo yang  bersandar pada kursi roda sambil bersusah payah mengangkat tangan kiri dengan tangan kanannya. Stroake. Beliau terserang penyakit yang saat ini tengah popular di kalanga masyarakat Indonesia. Ya kami berada di sana karena dua hari sebelumnya mendengar kabar bahwa beliau sudah terserang stroake sejak tiga bulan yang lalu. 

Aku sebagai salah satu junior yang banyak sekali mendapatkan kebaikan darinya merasa terpanggil untuk melihat keadaan beliau secara langsung. Dan Alhamdulillah di Minggu siang ini Tuhan memberikan kesempatan.

“Iya Mas” Jawab Nila disertai anggukan kepala antara aku dan Inai yang saling menyambung. Sembari menunggu hujan menuntaskan air kehidupannya bagi semesta berhenti kami banyak mengobrol. Tentu saja obrolan kami seputar sastra dan saudaranya. Tapi diantara kami bertiga Nilalah yang banyak mendapatkan pertanyaan dari Mas Endo. Selain karena dia masih resmi menyandang status sebagai mahasiswa dirinya juga tengah dalam masa pelepasan status tersebut. Skripsi. Yup tepat sekali. Pertanyaan yang dilontarkan tidak jauh-jauh dari kegiatan skripsi yang sedang dikerjakannya. Semester ini adalah targetnya untuk segera menyelesaikan hal yang seharusnya semester lalu ia tuntaskan. Demi skripsi inilah sekarang ia cuti menjadi Ibu kepala sekolah. 

Beberapa obrolan sudah puas terlempar dan tertangkap diantara mulut dan pendengaran kami. Tidak ingin terlalu lama mengganggu waktu istirahat beliau kami putuskan untuk pamit. Lagi pula hujan sudah semakin berdamai dengan niat kami. Hanya rintik yang kini menaungi. 

Setelah pamit kami pun segera memakai alas kaki yang berada di samping mobil carry  yang terparkir. Sepatu Inai sedikit basah tak terkecuali denganku. Di antara kami bertiga hanya aku dan Inai yang membawa payung. Setelah membuka payung unguku Nila segera bersambut dan berada di sisi kananku. Sementara Inai masih sibuk bercengkrama dengan tali-tali sepatunya.

Pandangan kami mengarah ke depan. Selain melihat jalan raya yang sedikit sepi dari lalu lalang kendaraan. kami melihat ada dua ekor soang yang sedang mondar mandir tak karuan sambil berpesta rintik hujan. Jujur saat itu yang ada dipikiranku bingung antara mau melaju ke depan dengan risiko akan disosor (maklum trauma) atau menunggu sampai yang punya soang itu muncul agar kami bisa melaju dengan aman tentram dan damai. 

Belum sempat aku putuskan Nila yang berada di sebelahku mengajak kaki ini untuk melangkah maju.
“Tenang rei… pokoknya tenang aja. Kalau kita panik nanti dia bisa ngejar kita. Pelan-pelan saja” Ujar Nila memberikan motivasi sambil melangkah perlahan-lahan. Jujur aku mengikuti saja. Karena terus terang Nila omongannya patut untuk di dengarkan. Saat melangkah kebetulan Nila ada di sebelah kananku. Dan jujur keberadaan Nila cukup menutupi pandanganku terhadap soang-soang itu. Aku masih jalan perlahan hingga tiba-tiba.

“Aaaaaaaaaaaaaaa” dengan kecepatan bulan dan seluruh planet yang berputar Nila lari tidak karuan meninggalkanku. Lari dan teriakannya itu benar-bener membuat soang-soang itu semakin mendekat. Karena kaget aku pun hanya ikut berlari tanpa memperdulikan apa yang terjadi. Yang pasti aku yakin soang-soang itu mengejar langkah-langkah kaki.




 “Nilaaa…. Kurang asem banget sih. Sumpah-sumpah” sewotku sambil bernapas tersengal-sengal. Sepatuku sudah basah karena masuk ke dalam kubangan. Sementara payung yang kupegang ku arahkan entah ke siapa yang pasti kepalaku terguyur rintik hujan. Nila hanya tertawa sambil memegang perutnya.

“Ngeselin banget sih… nyuruh tenang-tenang tahu-tahu lari duluan” aku masih meracau menahan kesal meskipun sebenarnya ada tawa yang tersungging dipinggir emosi.

“Maaf…rei… hehehehe” ujarnya menahan tawa dan segera saja aku melihat Inai. Yang masih berdiam diri di sebrang sana. Kami meninggalkan dia begitu saja tadi.

“Pelan-pelan Nai” teriak Nila berusaha menyemangati Inai agar melangkah pelan-pelan. Tapi Inai tidak mau melangkah karena mungkin dari tadi dia melihat kelakuan dan kejadian yang kami alami. Inai sepertinya memiliki trauma juga. Dia lebih memilih berdiam tubuh sambil memanggil kami agar menghampirinya.

“Gue takut nai” ujarku pelan mungkin Inai tidak dengar juga karena jaraknya lumayan ada sekitar 10 m dari kami.

“Duh beneran deh kalau untuk yang satu ini aku nyerah… duh mas-masnya mana ya aku nggak berani” ujar Nila bergumam ke arahku. Dan ternyata aku baru tahu kalau Nila juga takut sama soang.

Soang itu kulihat semakin menjadi-jadi dalam bertindak. Kepalanya bisa panjang dan lurus 180 derajat bersiap menyosor siapa saja yang coba mendekat atau bahkan lewat. Inai semakin panik apalagi anjing tetangga ikut mengaum cetarrr membahana berbaur dengan suara soang yang melengking tak merdu tersapu rintik hujan. Keadaan seperti ini harus sampai kapan? Aku bertanya sendiri sampai akhirnya seorang bapak-bapak dari arah sebelah rumah Mas Endo keluar. Ia membatu Inai untuk melewati soang-soang itu dan tak lupa anjning berbulu coklat tua. Fuih akhirmya kita bisa berada di luar pintu gerbang. Tentu saja aku dan Nila terkena sewotnya Inai karena merasa ditinggalkan. Aku yang sewot juga tak mau kalah ikut menyalahkan Nila. Hahahahah
Dan di angkot pun Nila mengucapkan maaf sekali lagi secara professional

“Untuk yang tadi maaf ya… beneran deh. Sibuk menyelamatkan diri” Ujar Nila cengengesan

“Tenang aja nil… nanti aku tulis dicerita judulnya “ berkhianat untuk selamat” hahahha. Lagian nyuruh orang tenang-tenang sambil jalan pelan-pelan eh Lo malah ngabur duluan” jelasku dan kami pun tertawa menutup suasana rintik hujan menjelang petang


Salam
Rd. Rengganis 
 12 November 2012

2 komentar:

  1. hahahahah

    apik-apik, lihat judul e bikin penasaran...
    mungkin Mas Vbi mau dijadikan naskah komik... :D

    BalasHapus
  2. makasih mas sudah mampir, salam kenal :). wah penggemar komik juga ya... seandainya bisa dibuat komik seru juga tuh. he he he

    BalasHapus