Jumat, 30 November 2012

Demi nama Tuhanku: Aku terkapar

Sesekali aku perlu melakukan harakiri bagi pendulang-pendulang suksesku
bukan karena aku merasa pantas berada di singgasana yang tak beradab seperti ini.
hal ini tentu saja membuatku terus meracau secara berkala dalam setiap hari bulan dan bahkan tahun
Sesampainya pada ujung perhentian yang aku hadapi malah sakit yang luar biasa
hingar bingar tepuk tangan para pemujaku sudah terkubur dalam-dalam
energi statis yang bergerak dinamis secara sadar juga terhenti hingga tak pasti

Lalu menyalahkan siapa jikalau aku tak mampu menyangga para pendulang suksesku?
mereka tak pernah tahu bahwa ada beberapa bagian ulu hatiku yang terkoyak akibat racauan yang mereka anggap sebagai jimat pamungkas dalam mencapai suksesku

tapi rasanya tidak.
Salah kalau menilainya demikian rendah dan terlalu sederhana atas apa yang telah raga ini lakukan

Mati saja
mati saja

dan tentu saja mati di antara puing-pung ambisi yang tak terwadahi.
Sekali lagi kunyatakan aku bukanlah dewa untuk pendulang suksesmu.
aku hanya kepingan asa yang mencarai harap dan belajar memaknai bahagiaku


Demi nama Tuhanku:  Aku terkapar






Tidak ada komentar:

Posting Komentar