Sabtu, 24 November 2012

Cinta, Gin, dan sebuah pernyataan

Saya punya cinta dalam sebotol anggur.

Saya nantikan waktu yang tepat untuk membuka dan menikmatinya dengan seseorang


Kalimat itu yang dilontarkannya sepanjang malam. Aku tahu dia mabuk, mabuk karena stess ditinggal kekasih atau seseorang yang special. Aku tak tahu pasti kenapa semenjak masuk club ini, mataku tak berpaling sedetikpun dari dia, perempuan bergaun ungu muda yang senantiasa menegak cangkir gin bercampur irisan lemon.

Entah kepalaku dirasuki apa, segera saja aku menghampirinya dan duduk di sebelah kanannya. Seketika ia melihatku lalu tersenyum sinis dan melanjutkan minum.


"Maaf, sepertinya kamu mabuk?" Tanyaku berusaha mendekatinya sambil melepaskan cangkir kecil dari genggamannya.


"Kamu tahu apa? Kamu mau cinta? Itu sudah kusimpan dan nanti akan kuminum dengan laki-laki spesial" jelasnya, tercium aroma gin yang sangat menyengat.


"Maaf, tapi saya peduli dengan kamu. Boleh saya minta?" Ujarku berusaha meminta gelas berisi cairan bening yang sempat ditariknya kembali. Secara perlahan ia meletakkan itu di meja bar dan memandangku dengan mata yang tidak berpusat.


"Kamu siapa? Saya tidak punya teman seperti kamu" ucapnya setengah meracau sambil menunjuk-tunjuk ke dadaku


"Kenalkan, saya Bara. Saya memang tidak kenal kamu, begitupun sebaliknya. Tapi, entah kenapa melihat kamu hampir 3 jam seperti ini membuat saya khawatir." Jelasku jujur dan aku tertarik.


"Khawatir? Khawatir dengan saya... hahaha jangan pernah membesarkan hati saya" jawabnya terlihat sedikit kesal. Akupun trsenyum mendengar penjelasannya.


"Kamu mau apa?" Tanyaku penuh selidik.aku sudah gila malam ini yang pasti kalimat itu meluncur saja dari mulutku,seolah olah aku bisa mengabulkan keinginannya.


"Pernikahan" jelasnya tersenyum getir sambil melirik sinis ke arahku.


Jawabannya kali ini membongkar semua apa yang ia pendam hingga akhirnya ia bercerita tentang gagalnya pernikahan yang akan berlangsung esok malam.


"Saya siap menggantikan. Asalkan kamu berhenti meminum itu" ujarku tegas sambil menunjuk ke arah gelas-gelas kecil berisi gin.


Perempuan yang tak kuketahui namanya seketika terdiam, matanya kini basah teraliri derasnya air mata.


"Terima kasih atas hiburannya" jawabnya tersenyum, dan menganggap aku hanya berbasa basi.


"Saya tidak sedang menghibur. Saya akan nikahi kamu besok malam, jadi berhentilah!" Aku tak main-main dengan kalimatku. Suasana bar yang penuh dengan kepulan asap rokok dan suara hentakan kaki lantai dansa menjadi saksi bisu ucapanku dan Tuhan tentunya.


Depok, seusai hujan. IMAJINASI datang


Published with Blogger-droid v2.0.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar