Kamis, 02 Februari 2012

menghindari seseorang di kala "sakit"

suatu ketika saya bertemu dengan seseorang yang amat sangat membantu saya disaat-saat yang memang saya membutuhkan orang lain. pertama kali bertemu entah kenapa saya yakin dia orang baik. dan memang pada akhirnya baik. tapi suatu ketika dia meminta saya untuk menolongnya saya berusaha untuk membantunya. mengantarnya ke mana-mana bahkan sampai tugas dan tujuannya terselesaikan. saya berpikir nantinya suatu saat ketika saya sedang butuh bantuan dia juga akan seperti itu membantu saya. tapi ternyata harapan-harapan indah itu tak berartikan sesuatu hal apapun. saya ditinggalkan dia begitu saja tanpa masalah saya terselesaikan. padahal saat itu masalah saya adalah saya butuh teman untuk sekadar mengantarkan saya ke suatu tempat karena saya tidak tahu daerah tersebut sementara dia menguasainya dengan baik. dia meninggalkan saya di pinggir jalan daerah tempat tujuan saya dengan alasan sudah terlalu malam. padahal saat itu saya memang tidak tahu situasi dan kondisi daerah tersebut. saat itulah saya mulai membenci dia. sama sekali tidak ada perasaan bersalah pun meninggalkan saya yang tidak tahu jalan dan dalam keadaan malam. entah kenapa saat itu hati saya merasa terluka. sakit. dan enggan sekali rasanya untuk sekadar melihat wajahnya apalagi mengobrol dengannya. saat itu diri saya sedang dikuasai rasa dendam. hal itu mampu bertahan lama hingga 2 tahun bahkan lebih. saya tidak pernah mau memaafkan dia karena dia sedikitpun tidak merasa bersalah terhadap saya. sampai pada suatu ketika saya dihadapkan padanya lagi (meskipun saya hampir setiap hari bertemu dengannya) dalam sebuah forum diskusi. saya lupa membahas tentang apa. tapi sedikit disinggung mengenai batas marah yang tidak boleh lebih dari 3 hari. entah kenapa saya merasa sering bahkan selalu berlaku seperti itu terhadap seseorang itu dan itu kuat sekali sekitar lebih 2 tahun. saya tahu itu penyakit hati. tapi namanya juga sakit hati. tak mungkin tak berbekas. sampai akhirnya saya menceritakan kisah saya kepada seorang ustad yang saya rasa dapat memberikan pertimbangan kebaikan terhadap rasa dendam saya yang tak kunjung padam. dia menyarankan saya agar mau belajar ikhlas memaafkan dan melupakan kesalahan orang itu. tapi apa mau dikata setiap saya lihat wajahnya yang saya ingat kejadian malam itu. sampai akhirnya sang ustad itu menjawab agar saya tidak mengingat2 peristiwa itu lagi lebih baik saya "menghindari" dia. tujuannya agar saya tak lagi mengingat ataupun mengungkit kisah lalu yang membuat rasa dendam saya muncul lagi. dan entah kenapa itu berhasil. bahkan sekarang saya dapat berinteraksi dengan baik terhadapnya. meskipun memang butuh waktu yang tidak sebentar. dan kali ini pun saya sedang merasa sakit hati terhadap seseorang yang pada awalnya saya kagumi justru bertindak bersikap sedikit mengecewakan. entahlah tapi yang jelas saya berusaha untuk tidak menemuinya beberapa hari ini. semoga beberapa hari ke depan sifat dendam/tidak suka saya terhadap dia bisa menghilang. amien

2 komentar:

  1. Tragis amat ceritanya.

    Anyway. Kadang kita terlalu menaruh ekspektasi berlebihan kepada seseorang. Semakin kita mengagumi & menyukai seseorang, kesalahan kecil yang dia buat rasanya jadi jauh lebih besar. Mungkin sebenarnya bukan mereka yang salah, tapi kita yang terlalu berlebihan mengharapkan sesuatu dari mereka.

    Ingat yang baik2 dari seseorang, lupakan yang buruk2. Dan kalo emang ga ada hal baik lagi yang bisa diingat, mungkin dari awal dia kurang pantas kita kagumi, sukai & mintai tolong.

    ........

    Ini Raven, btw. FIB Inggris, bekas Tim Super dulu.

    BalasHapus
  2. yap. makasih ven untuk nasihatnya (huaaa udah lama nggak denger cerita2 lw... gue inget semut):D
    oke sip2... dicoba masukannya untuk mengingat kebaikannya.

    ----
    iya saya ingat anda kok! oh iya... sepertinya kita masih Tim Super (tidak ada kata "bekas") ^^v

    BalasHapus