Minggu, 17 Februari 2013

Baca ini Kak

Sengaja kutulis karena ini yang mengganjal.

Aku tak pernah takut orang lain tahu karena memang tak ada yang perlu kutakuti kecuali Tuhanku. Bahkan dia sekalipun mengetahui hal ini bagiku tak apa.

Perkenalan dengannya terbilang cukup singkat. Aku mengenalnya karena dia memang tetanggaku.  

Dia sederhana saja. Tapi kesederhanaannyalah yang membuat mataku terbuka. Ia ramah dan senantiasa menyapa. Pandangannya teduh serasa kulihat segala sesuatu yang ada di sekitarnya meluruh.

Kitab Al Quran senantiasa menjadi pegangan. Berkali-kali aku bertemu saat ia berjalan ke masjid bersama abiku.

Aku terbiasa memanggilnya dengan sebutan "kak" karena secara umur dia dua tahun lebih tua dariku. Pendidikan kami setara, bedanya dia mengambil hukum dan aku sastra.

Kami sudah lama tak bertatap muka karena saat aku mulai bekerja dia melanjutkan pendidikan S2 di Belanda.

Hampir dua tahun aku tak lagi melihat wajahnya secara langsung, tapi diam-diam aku senantiasa memantau dirinya lewat media sosial baik facebook maupun twitter. Aku stalker yang parah. Apapun aktivitasnya pasti aku tahu. Tapi itu juga tak berlangsung lama. Pekerjaan lebih menyita pikiran dan hatiku. Hingga lambat laun aku mulai lupa dan melupakannya.

Sampai suatu ketika abiku menyuruhku membuat cv, bukan cv untuk pekerjaan tapi untuk taaruf. Seketika itu juga aku seperti kembali membuka hati yang senantiasa aku tutupi dan tak pernah kubiarkan terbuka.

Ingatanku tiba-tiba menarikku untuk mencari tahu orang yang senantiasa kucari tahu dan kupantau setahun yang lalu. Rasanya aku ingin menolak tawaran abiku karena hatiku condong padanya. Entahlah aku tak tahu. Setiap kali abiku menanyakan cv taarufku aku senantiasa beralasan lupa untuk membuatnya. Sengaja, itu sengaja kulakukan karena sebenarnya kakak itu yang aku harapkan.

Aku bersorak senang ketika dua minggu yang lalu kulihat di media sosial bahwa orang yang kupanggil kakak akan pulang karena studinya sudah selesai. Dan benar dia pulang. Beberapa kali aku berpapasan dengannya, dia tak lupa padaku. Tak ada perubahan berarti dalam dirinya, tapi secara sekilas ia tampak lebih dewasa dengan kacamata.

Seminggu yang lalu, abiku menanyakan kepadaku perihal cv ku. Dan pada saat itu kubilang pada abi bahwa ada laki-laki yang sudah lama aku sukai. Abiku kaget, dia bertanya siapa pemuda yang membuatku begitu beralasan hingga perintah abi untuk membuat cv selama beberapa bulan selalu ku abaikan.

Aku meminta maaf pada abiku. Bukannya aku belajar menjadi anak durhaka, tapi aku tak ingin pernikahanku tak bahagia karena tak cocok dengan pilihannya. Abiku tak lagi bertanya dengan siapa sebenarnya aku menaruh hati. Yang kutahu pasti, abiku kecewa karena baginya pilihannya adalah yang terbaik.

Dua hari yang lalu kebetulan aku pulang malam, jam 8 aku baru sampai di jalan gang. Tanpa sengaja aku melihat abi dan orang yang kusebut kakak berjalan beriringan.

Dari belakang aku senantiasa berdoa bahwa dia yang akan mendampingiku kelak.

Sampai akhirnya di depan rumah, agak tumben mereka mengobrol lebih lama. Aku pun akhirnya menghampiri mereka. Setelah mencium tangan abiku aku melempar senyum padanya.

Dia bertanya kenapa aku baru pulang jam segini. Aku pun menjawab bahwa aku lembur, mungkin karena ia terbiasa melihatku di masjid saat isya tapi malam ini tidak.

Abiku menatapku penuh heran saat aku menjawabnya dengan wajah berbinar.

Sesampai di rumah abi bertanya apakah pemuda yang kumaksud adalah kakak itu?

Dengan sedikit malu-malu akupun mengangguk.

Tiba-tiba abiku beristigfar.

Aku kaget, adakah yang salah dengan pemuda yang kusuka. Abi menggeleng sambil terduduk. Kutatap wajah abi yang terpantul dari kaca

" kenapa kamu nggak bilang kalau dia, Nduk? Tadi sehabis isya abi bilang kepadanya bahwa kamu sudah punya pilihan. Dia itu yang mau ngajak kamu taaruf, dia yang minta kamu ke abi." Ucapan abi sungguh membuatku ling-lung

Kenapa Abi tidak bilang kalau dia orangnya. Antara ingin menangis dan ingin tertawa.

Saat itu juga aku merajuk pada Abi untuk mengiyakan proses taaruf yang ia ajukan. Tapi abi malah terdiam. Semoga kamu baca ini kak. Aamiin

Depok, hayalan mampir dikala malam.

Untuk kakak yang muncul dalam hayalan ini sudah kutuliskan.

Lamar dia ya, meski dalam hayalan juga :')

I love you pikiranku

Makasih Ya Rabb, legaaa

Published with Blogger-droid v2.0.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar