Rabu, 27 Februari 2013

hadiah ^_^

Anggaplah ini hadiah

Mungkin yang kau tunggu dan mungkin juga tidak. Tapi, meskipun tidak kau harap, semoga harapan baik tentangmu dan tentang kita dapat terasa di lembar-lembar jiwamu kelak.


Empat tahun aku mengenalmu, salah! Lebih tepatnya merasa mengenalmu. Tapi ternyata belum


Saat itu aku menjadi pendidik non formalmu. Aku anggap kamu sama seperti yang lain. Anak-anak berseragam putih abu-abu yang masih labil dan kelabu. Kupikir begitu...


Perhatianmu terhadap bidang pelajaran yang kuajarkan terasa, bahkan kupikir berlebihan. Kupikir tanyamu saat sesi mengajar berakhir hanya sebatas pertanyaan yang ingin kau dapatkan lebih dari sekadar pengetahuan. Salah... sebenarnya kau tahu, hanya saja sedang mengetesku. Aku maklum, baru menginjak semster 2 bangku kuliahan sudah berasa lebih pintar dengan mengajarkan kamu dan kalian yang akan bersedia menanggalkan seragam kebanggaan.


Kamu, jauh lebih pintar dari yang aku  bayangkan, pikiranmu panjang, kritis, cocok menyandang gelar anak kuliahan.

Tidak seperti aku, meski sudah kuliah tapi masih saja kekanak-kanakan. Bahkan masih sering menangis, jika jadi bahan olokan  di kelas, oleh temanmu yang usil atau memang suka menyindir.


Lambat laun semua berlalu. Setelah itu kita tidak bertemu sampai ujianmu berlalu. Tahu-tahu di hari pengumuman penerimaan mahasiswa baru, kamu mengirim sebuah pesan untukku. Tanpa sebutan "kak" yang seperti biasa kau sapa. Aneh, seperti bukan kamu, muridku dahulu. Kita satu kampus, tapi jarang bertemu karena memang kita beda penjurusan ilmu. Aku di sastra kamu di hukum. Baru kusadar ternyata kamu sengajak membuat pertemuan yang seolah kebetulan.


Kamu bilang suka, sejak jumpa pertama. Aku hanya tertawa, kuanggap itu hanya pernyataan suka sewajarnya. Murid pada gurunya.


Namun, lambat laun aku mulai sadar. Rasa sukamu seperti kesukaan pada lawan jenis yang wajar. Ternyata kamu suka aku beneran.


Aku nggak pacaran, jelas kubilang. Lalu tanyamu menantang. Lalu mau apa?

Kujawab tak kalah lantang, jika memang kau cinta, jangan cuma asal kau ucapkan. Ada satu ikatan suci yang bisa kau lalui untuk mendapatkan aku. Pernikahan. Jawabku asal dengan pertimbangan pengetahuan.

Kamu mengangguk, seolah mengerti lalu begitu saja pergi.


Saat aku wisuda akhirnya aku bertemu kamu lagi. Tapi kamu agak berbeda, jauh dari awal sikap dan rupa. Kamu banyak menunduk tapi aku senang mendapat ucapan dan seikat bunga ucapan selamat, jujur membuat hati sedikit teraduk. Lalu kamu pergi dan tak kutemui hingga dua minggu yang lalu.


Kamu datang masih dengan wajah tertunduk. Setahun setelah wisuda kita tak jumpa. Ternyata kini kau datang membawa undangan wisudamu. Cepat sekali semua berlalu, dan entah kenapa sepertinya aku punya rasa yang tidak bisa kujabar ataupun kuucapkan.


Aku, minta maaf tidak bisa datang di wisudamu. Lalu kamu tersenyum tanpa dengar penjelasanku. Padahal, aku bukan tidak mau, hanya saja waktu wisudamu berbarengan dengan tugas kantor untuk mengontrol.


Kupikir kamu marah, ternyata tidak. Sehari setelah itu kamu menunggu, lebih tepatnya memaksaku agar bersedia kau tunggu. Selepas itu, semua berlalu, ternyata rasa yang kuanggap semu semakin tebal di kalbu.


Kamu nyatakan keseriusan. Aku hanya bisa senyum, keheranan. Antara yakin dan hanya lelucon. Ternyata yang kau utarakan kau buktikan.


Tiga hari yang lalu, kamu datang ke rumahku, memintaku pada abi dan umiku.


Pernyataanmu tak main-main dan aku menemukan kamu yang lain.


Tunggu aku, muridku. Biarkan aku berpikir agar ini semua berakhir. Muridku, jika memang kamu merasa akulah orangnya maka bersiaplah :)


Hayalan sebelum lelap.

Untuk JOSH


Published with Blogger-droid v2.0.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar