Kamis, 21 Februari 2013

sehabis hujan

Kau kah Lelaki dengan kesederhanaan yang ditutupi atau tertutupi oleh kemampuan akting di belahan bumi lain?

Pakaianmu selalu suci. Terhiasi bulir-bulir kisah suci yang kau dan aku puji.

Sayangnya aku awam yang rela nekat jadi awan. Melayang-layang di udara dan tak tak jelas berlabuh di mana. Kekuatanku hanya angin. Sama sepertimu hanya saja itu keluar melalui rongga mulutmu

Berkomat kamit mengucap mantra dan menyebarkannya dengan segenap jiwa.

Ada yang lain denganku jelas benar, kalau kamu masih saja tidak merasa coba tarik awan itu. Saat kau tarik yang akan kau temui adalah guratan air yang menetes lalu kering. Sama seperti kekerontangan jiwamu yang kini asing dan tersingkir.

Bila memang asa yang kau punya untuknya tak perlu kau bawa sisanya untukku.

Buat apa? Sebagai sisa tempat untuk menaruh udara di awanku? Kurasa tak perlu.

Kecintaan pada savana jelas sudah mengikatmu menjadi yang lain. Tak lagi membutuhkan awan sebagai peneduh dikala ada seonggok dagingmu yang terasing.

Memayungi savana agar tak kena tetesan air awanku bukanlah perkara sulit dan bukan juga perkara gampang. Semua butuh keberanian agar rumput-rumput yang tumbuh liar bebas tak bertuan. Kecuali jika kau punya pelindung itu.

Ayo kembalilah dengan baju zirah dan kuda putihmu lalu tanamilah savana itu dengan asamu. Hujan awanku akan setia membasahi hingga tumbuh dan akhirnya utuh


Published with Blogger-droid v2.0.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar