Kamis, 21 Februari 2013

Supir Angkot dan Kembalian





Pagi ini seperti biasa aku menghadang pagi dengan Bangun lebih awal. Beberapa hari ini belum menemukan inspirasi yang bisa aku bagi. Sampailah sehabis subuh aku berdoa agar ada kisah menarik yang kualami di hari ini serta dapat menginspirasi semua.

Tuhan memang baik. Ia selalu baik. Pagi ini aku memulai kisah sederhana yang membuatku berkaca-kaca. Kisah tentang orang sederhana bukan siapa-siapa. Dia hanyalah berprofesi sebagai supir angkot.

Seperti biasa setiap pukul 07.30 pagi aku sudah berdiri di sebuah tempat untuk menuju ke kantor. Beberapa kali angkot yang ingin kunaiki selalu melewatiku dengan kondisi penumpang yang penuh.  Hingga akhirnya ada sebuah angkot yang berhenti di depanku. Angkot itu kosong. Aku berpikir pasti butuh waktu lebih lama untuk sampai ke kantor karena biasanya tukang angkot suka menunggu penumpang penuh. Ternyata pikiranku salah. Sang supir segera menginjak gasnya setelah aku berhasil duduk dengan manis. Alhamdulillah …

Tak berapa lama kemudian seorang pria bertato di leher naik dan duduk di bangku paling depan. Disusul kemudian seorang ibu yang naik bersama putri kecilnya yang kutaksir berusia tiga tahun. Lalu seorang bapak dan pemuda berpakaian rapi. Berangsur-angsur angkot hampir penuh. Dua orang gadis tak berapa lama kemudian naik. Ibu dan putri kecilnya naik angkot  hanya beberapa menit saja. Tidak sampai 100 meter sang ibu menghentikan angkot.  Lalu membayarkan selembar uang dua ribuan kepada sang supir. Aku jelas sekali mendengar sang supir bilang “Alhamdulillah… penglaris…”

Kuterka bahwa angkot ini baru mulai narik. Benar saja tak berapa lama setelah sang Ibu beserta putrinya turun. Seorang bapak-bapak menghentikan angkot. Sang Bapak mengeluarkan uang lima ribuan. Sang supir ternyata tak punya kembalian. Dengan senyum ia berkata “sudah Pak… nggak usah. Saya nggak ada kembalian”jelas Pak supir. Sang Bapak-bapak pun sebenarnya merasa tidak enak hal itu terlihat dari raut mukanya yang terlihat olehku. Kebetulan aku duduk di belakang pak supir persis sehingga aku bisa melihat apa yang terjadi.

Sang Bapak tersebut akhirnya mengucapkan permohonan maaf dan terima kasih karena ia juga tidak memiliki uang receh. Di dalam angkot kulihat orang-orang seketika membuka dompet mungkin mencari uang receh sama seperti yang aku lakukan. Kasihan si pak supir jika penumpangnya nanti membayar dengan uang lima ribuan atau lebih dan ternyata sang supir tak punya kembalian.

Benar saja tidak berselang lama setelah sang bapak-bapak turun  kemudian dua orang gadis yang tadi naik bersamaan pun turun. Dua di antara mereka tidak ada yang memegang uang ribuan. Sang gadis pun menyodorkan uang pecahan 10 ribu.

“Waduh neng. Bapak belumpunya receh. Nggak ada uang receh?” ujar sang supir angkot lalu sang gadis pun menggeleng. Sang gadis satunya sepertinya masih berusaha mencari uang receh terlihat sedari tadi mata dan tangannya masih mengubek-ubek tas. Sepertinya hasilnya nihil.

“Ya udah neng… bawa aja nggak apa-apa” Jelas sang Bapak supir lalu berjalan perlahan. Dua orang gadis tersebut sepertinya juga merasa tidak enak karena raut muka yang terlihat dari kaca belakang terlihat jelas.
Di dalam angkot tinggal aku serta seorang pemuda berpakaian rapi. Di bagian depan seorang pria bertato di leher juga masih duduk terdiam. Aku bisa bernapas lega karena aku memegang dua lembar uang seribuan yang akan kupergunakan untuk membayar kepada supir angkot saat nanti aku sampai ke tujuan.

Beberapa menit kemudian pemuda berpakaian rapi memberhentikan angkot. Ia mengeluarkan uang 20 ribuan. Jelas saja pak supir tidak punya kembalian. Dan lagi-lagi sang supir mengikhlaskan penumpang tanpa membayar. Jujur dalam hati aku kasihan tapi mau bagaimana lagi kalau pak supir itu ikhlas pasti nanti Tuhan akan membalas. 

Setelah melewati pertigaan. Pemuda dengan tato di leher bilang “kiri” pak supir pun segera berhenti. Dan tahukah apa yang terjadi. Sang pemuda bertato mengeluarkan uang bergambar Pak karno dan Bung Hatta. Pak Supir tersenyum getir. Jelaslah kembalian  ia tak punya.

Dan ternyata Tuhan punya rencana tak terduka. Membuatku ingin meneteskan air mata. “Ini buat bayar yang tadi naik Pak. Sekalian sama mbaknya yang di belakang” jelasnya lalu berjalan meninggalkan angkutan. Pak supir terdiam sama terdiamnya sepertiku. Antara sadar dan tidak. Tapi klakson dari arah belakang akhirnya membuyarkan keterpesonaanku terhadap kejadian itu.

Aku sempat mendengar pak supir meneriakan terima kasih . Sementara aku hanya bisa mengangguk tersenyum saat pemuda bertato tadi berjalan dan menengko ke arahku.

Di dalam perjalanan sang supir angkot bergumam. “Ya Allah pagi-pagi udah dapat rezeki. Semoga pemuda tadi  terus dapat rizki.” Aku ikut mengaminkan dalam hati.

 Sang supir angkot terlihat merasa bahagia. Kulihat raut mukanya dari spion kaca. Tak berapa lama akupun turun. Tetap saja aku menyerahkan ongkos sewaku karena bagiku itu hak sang Bapak.

“Neng… nggak usah. Tadi amanahnya anak tadi kan bayar sewa neng juga.” Jelas sang Bapak dan akupun akhirnya mengangguk.

Angkot yang kuturuni kini kosong seperti saat kunaiki tadi. Semoga pak supir angkot tersebut senantiasa mendapatkan rizki. Dengan keihlasannya rizki yang datang menghampiri.

Semoga kisah ini benar-benar menginspirasi
RD


Tidak ada komentar:

Posting Komentar