Senin, 24 Juni 2013

BBM Naik, dan saya ikhlas jika...

Semarak ulang tahun Jakarta tanggal 22 Juni 2013 kemarin, seolah dijadikan sebagai alat  peredam kelaraan masyarakat terkait kenaikan harga BBM.

Padahal beberapa hari sebelumnya, rakyat mendemo kebijakan pemerintah terkait kenaikan harga BBM, namun secara sekejap seolah "masyarakat" terlupa serta terbuai dengan ajang pesta rakyat yang entah memakan berapa ratus juta rupiah.

Sungguh, tulisan ini tak lebih dari curhatan salah seorang masyarakat Indonesia yang merasa menjadi bagian dari kepemimpinan pemerintahan Republik Indonesia ini.

Sedih dengan kenaikan harga BBM bukan karena merasa terkena dampak langsung saja, tapi juga merasa bahwa pemerintah saya/kami/anda membuat masyarakat kita bermental pengemis sesuai dengan diberlakukannya Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Kok sepertinya pemerintah kita senang melihat rakyatnya mengantre hingga mengular demi mendapatkan uang Rp150.000?

Iyakah pemerintah benar-benar ingin membantu dengan cara (yang menurut saya tak cerdas) seperti itu!

Kok rupa-rupaya pemerintah kita tak pernah mau berkaca atau belajar dari masa lalu. Masih ingat berita tentang seorang nenek yang meninggal dunia saat berdesak-desakan mengantre Bantuan Langsung Tunai (BLT) beberapa tahun lalu?

Ah, sudahlah pemerintah seolah lupa, tutup mata, dan mengatakan ini semua demi rakyat! Beranikah pemerintah bersumpah bahwa kenaikan harga BBM ini Demi Kepentingan rakyat semata? Rakyat yang mana? Tapi, jika memang solusi terakhir untuk membantu/menyelamatkan negara tercinta ini dengan cara menaikan Harga BBM, saya sebagai salah seorang warga yang selalu berusaha untuk berlaku baik, ikhlas dengan ini semua.

Akan tetapi, keikhlasan saya lebih ridho jika dengan kenaikan harga BBM semacam ini membuat para para petinggi negri ini berlaku lebih cerdas dan bermartabat.

Cerdas yang seperti apa? Sederhana saja, berilah contoh kepada rakyat untuk menggunakan transportasi yang sehat lingkungan seperti sepeda goes, bukankah itu lebih baik daripada mereka sibuk bergonta ganti mobil yang menurut saya tidak penting! Terlebih dengan sepeda, selain membuat badan sehat juga mampu meredam penggunaan BBM yang mahal. Ah, pasti ide saya ditertawakan? Hahaha tertawa saja, saya lebih tertawa jika wakil-wakil rakyat yang mengambil keputusan secara voting terhadap kenaikan harga BBM, mau berlaku demikian. Saya berpikiran untuk menjual seluruh mobil yang diberikan negara untuk membantu rakyat kecil dan miskin. Coba, ada berapa ratus mobil yang terpakir di gedung DPR atau MPR yang mereka gunakan? Asal tahu saja mobil itu yang memberi negara loh, atau lebih tepatnya rakyat kita. Iya, rakyat kita yang senantiasa membayar pajak. Tapi entahlah, pajak-pajak tersebut lari ke mana? Yang tahu hanya yang punya kuasa saja, Allah salah satunya!

Mereka tak sadar bahwasannya setiap gerak gerik yang mereka lakukan akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat nanti. Mereka percaya atau tidak yang pasti hal itu akan terjadi. Tidak usah jauh-jauh mereka, saya sendiri pun akan dimintai pertanggungjawaban kelak, bedanya pemimpin negeri ini nantinya lebih berat karena apa? Yap, bertanggungjawab atas jutaan juta jiwa. Penduduk Indonesia banyak bukan?

Lalu cara cerdasnya apa? Ya sudah, sederhana saja, berlakulah jujur! Entah kenapa saya merasa kejujuran bisa menjadi tonggak utama dalam membangun negara tercinta ini.

Kejujuran itu berefek pada segala hal sifat dan prilaku baik. Ini pun berlaku untuk diri saya sendiri. Jujur, saya menuliskan ini tidak ingin memojokan siapapun. Ini hanya ingin curhat. Beneran!

Saat ini yang bisa saya lakukan hanyalah berdoa untuk para pemimpin negri ini. Agar senantiasa berlaku bijaksana dalam menentukan kebijakan bagi rakyatnya. Aamiin.

Jikalau para rakyat merasa terzolimi dengan kenaikan harga BBM, berdoalah! Allah senantiasa mengabulkan doa orang-orang yang terzolimi.

Perjalanan Cileduk-Kuningan

@reisadara

Published with Blogger-droid v2.0.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar