Senin, 29 April 2013

Kisah petang, di kereta

SELAMAT PETANG


Seminggu sudah mata ini puas menatap lukisan Tuhan. Dari keelokan rupa alam, hingga keteduhan gurat-gurat wajah dan

jabat tangan manusia serupa wajah.


kantung-kantung hati kini telah penuh. Siap berpendar kembali memulai hari dengan bulir-bulir semangat gigih yang kemarin

sempat tertatih.


Jika aku lemah, aku tak khawatir karena aku punya Allah Yang Maha Kuat dengan pertolongan yang hebat.


Liburan kali ini adalah salah satu caraNya untuk menghibur hatiku :'). Manisnya iman :D


Aku lagi di kertea nih :)

Sebelahku duduk seorang bapak-bapak. Kutaksir umurnya sekitar 45-50tahun. Barusan kami berbincang, salah. Dia wawancara aku. Tanya segala hal, sampe ngantuk aku. Awalnya aku coba jaga jarak, eh pas tahu dan denger langsung kisah beliau yang ternyata dari Kalimantan, aku langsung tertarik. Makinlah beliau berkisah, dari mulai kisah dirinya yang sempat memiliki dua istri sampai kisah anak-anaknya yang saat ini sedang menapak tangga kesuksesan (dari ceritanya sih begitu).


Anaknya jadi dosen di UIN Jakarta. Satunya lagi sedang merampungkan S2. Beliau cerita pengalamannya ke Yaman dan Arab Saudi. Kisah beliau akhirnya berujung pada wawancara terhadapku. Awalnya beliau nitip salam untuk ayah ibuku yang menurutnya hebat karena bisa memberikan pendidikan. Nah masalahnya, beliau masih menyangka aku mahasiswa.


Tampang... tampang... tapi untuk menjaga aman akhirnya kuiyakan. Padahalkan sudah dua tahun yang laku aku lulus. Ujung-ujungnya? Dia menawarkan diri jadi mertua. Alias minta aku mau sama anaknya. Ya Allah... ini ada aja ya kisahnya. Aku hanya senyam senyum nggak jelas. Nggak ada kesempatan untuk jawab apa-apa. Bapaknya cerita terus, sampai ada satu kalimatnya yang sampai sekarang aku ingat


"Kalau dalam islam bisa ada tukar tambah anak, saya mau kamu jadi anak saya. Saya akan minta ke orangtuamu. Sayang, dalam Islam tidak ada" ujar beliau serius sambil melihatku. Penumpang di depanku juga pada mesam mesem. Semua pada dengerin Bapak ini yang tanya terus tentang aku. Sampai akhirnya dia tahu kalau keluargaku sudah berpisah sejak duduk di kelas lima SD. Jadilah aku pencerita utama di kereta gerbong 6 ini. Baiklah, di mana saja sepertinya aku cocok jadi pencerita.


Semoga pelajaran hidup ini senantiasa dapat diambil oleh orang-orang yang mendengar. Salam, buat bapak dari Pontianak di sebelah saya. Jujur, saya ingin sekali menginjakan kaki di Kalimantan. Pasti, nanti... tak lama lagi :)


Semoga perjalanan ini lancar...

Depok, aku datang


Published with Blogger-droid v2.0.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar