Jumat, 14 Februari 2014

Siang tadi...

Siang tadi selepas menunaikan salat zuhur, aku menikmati makan siang bersama mama. Ada obrolan sederhana yang kami bicarakan terkait abangku dan juga adikku yang sama-sama lelaki. Kini mereka telah bekerja. Bertemu di rumah pun jarang sekali. Setiap mereka libur kerja dan pulang ke rumah justru aku yang pergi. Giliran aku di rumah seperti sekarang ini justru mereka yang sibuk dengan pekerjaannya.

Abangku kini tengah menikmati pekerjaannya sebagai seorang fasilitator di acara peatihan akhlak. Kerjanya melanglangbuana dari satu tempat ke tempat lain untuk memgadakan pelatihan. Jadi baru pulang sekitar sebulan sekali atau dua kali. Di sisi lain, adikku bekerja di travel tepatnya di Mess Bandara. Kalaupun pulang paling juga dua minggu sekali atau sama kaya abang sebulan sekali.

Saat makan siang tadi aku menanyakan satu hal pada mama. Apakah ketika aku pergi mereka sering menanyakan keberadaanku. Dengan cepat mama menjawab iya disertai anggukan kepala. Ternyata sama sepertiku kini. Meski sudah tahu kalau mereka kerja dan pulangnya tak tentu aku selalu menanyakan kepada mama, kepulangan mereka kapan. Padahal sebenarnya bisa saja sih kutanya sendiri via WA.

Mama tadi sempat bilang, kalau kamu di rumah, mereka nggak ada di rumah. Kalau kamu nggak ada di rumah mereka justru ada di rumah. Kocak!

Oke, obrolan pun berlanjut sampai pada akhirnya mama mengeluhkan bahwa dia harus mengunyah pelan-pelan karena giginya sakit. Dengan segera aku menyuruh mama membuka mulutnya, sekadar melihat mungkinkah ada yang bengkak. Tiba-tiba saja mama melepas sesuatu yang baru aku tahu. Gigi palsu. Benar-benar baru sadar bahwa mama sekarang sudah termasuk kategori tua. Sebagian gigi bagian bawah sudah habis. Ya ampun.... kemana aja kamu, Sa???

Hal printil dan mungkin bagi sebagian orang dianggap sepele justru malah membuatku berpikir. Bahwa mamaku benar-benar sudah tua. Meski tak kupungkiri bahwasanya jiwanya senantiasa muda. Namun hanya saja agak sedikit kecewa, berapa lama aku tak bersamanya??

Dalam sisa suapan makan tadi aku berdoa agar Allah Yang Maha Baik senantiasa menjaga mamaku. Usai makan tadi, mama sudah bersedia dan siap untuk berangkat ke Bandung. Ada tugas selama dua hari yang harus dikerjakannya di sana. Sebelum berangkat, aku pamit pada mama bahwasannya mulai esok sampai tanggal 23 aku pergi. Ada tugas yang harus kulaksanakan dan selesaikan.

Mama tersenyum saja saat aku pamiti. Sudah biasa ditinggal pergi anak gadisnya bahkan sampai bertahun-tahun lamanya. Tapi tak dapat dipungkiri, ada turunan yang menjejak dalam diri kami. Sewaktu muda dulu mama senang sekali bertualang ke berbagai negara. Sama seperti ayah yang masih setia dilakukannya sampai sekarang. Berlanjut oleh abang yang melangang buana sampai Cina. Sementara aku, yah... beginilah adanya.

Sempat aku berpikir, apa kusudahi saja semua rencana jelajahku selama aku masih sendiri. Namun mama pernah bilang, sudah jalani saja apa yang kamu yakini selama Tuhan senantiasa di hati.

Tapi pergi berkali-kali aku sempat ragu sendiri, takut kehilangan moment bersama mama. Tapi mama selalu merelakan dengan senyuman, pesan, dan wejangan. Hati-hati...

Hmm...
Entahlah tahun ini ada kisah apa untukku? DariNya sang Sutradara kehidupan. Semoga yang selama ini kulakukan tak ada yang sia-sia. Aamiin

Semoga kami semua dalam keadaan sehat.

Baru kusadari, bahwasanya keluargaku senang menanggalkan jejak di berbagai tempat. :D

Untuk mama, sang petualang Benua Eropa!

1 komentar:

  1. mbak reisa kalo mau jalan-jalan ajak kakakku ya... kalo mbak reisa mau lanjut kuliah diluar negeri ajak kakakku juga ya.

    BalasHapus