Sabtu, 05 Mei 2012

balada malam

lagi-lagi kenapa kau tunjukkan muka bodohmu. aku sekali lagi melihatmu sebagai orang asing. padahal selama hidup denganku tak pernah kau seperti ini. Apa mungkin semua karena gelas-gelas yang kau pecahkan itu tercerai tak sempurna. Bahkan tangan dengan sayatan luka pun kini hanya kau tutupi dan kau diamkan. aku melihat apa yang terjadi kemari dan barusan. tapi aku takut jika harus menerkammu esok hari. terlalu banyak yang sudah kusia-siakan bahkan meninggalkanmu sebentar ke kamar mandi merupakan penyesalan terbesar dalam pengenalanku terhadapmu.

aku masih setia menungguimu sampai kau berani mengajakku lagi melihat kejora yang bersinar setengah hati. bilamana nanti menghilang dan terbang tentu saja semua karena sengaja kulepaskan
agar lagi-lagi tak ada lagi yang membelenggu

tidakkah kau merasa kacau dengan hidupku sekarang? kekacauan yang sebenarnya terjadi pada dasarnya baru aku alami dua hari belakangan ini. mata yang terantuk kantuk tapi tak juga bisa terpejam. lengan dan kaki serta jari jemari yang tertekuk tak juga kau indahkan. sebagaimana berhala kecilmu yang kau taruh dekat dengan neuron dan proton.

dengan muka yang teramat datar kamu belum juga sadar bahwa apa yang kamu miliki sekarang adalah buah dari apa yang kamu pikirkan kemarin. tak pelak rasanya menyalahklan takdir yang kamu anggap tak juga membawa keberuntungan buat hidupmu dan segenap penjurumu.

meski lagi-lagi sepuluh jari ini lelah menapaki. ada saja waktu yang kaubuat untuk sekadar memaksa aku yang tak lagi kau hiraukan seperti batu di pinggir pasir yang tandus. segenggam air yang kau simpan secara berhati-hati meski sedikit kan membuahkan hasil


Depok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar