Kamis, 10 Mei 2012

kurasatakada


Pak Tani mati...
sebuah kekalahan ketika hijau tak lagi menguning
bahkan tak ada lagi gemericik air yang mengalir
sang tikus tak leluasa lagi
bahkan ia sekeluarga sudah mengungsi
bukan karena ular yang tak lagi mencari
hanya saja tak ada lahan untuk ia kerjakan
melakukan aktivitasnya walau sekadar sebuah gangguan
tahukah kau ia rindu dikejar-kejar pak tani
ia rindu dihampiri ular
kini hidupnya sudahlah sepi
karena pak tani sudah mati
bukan...
bukan karena bunuh diri
hanya saja sang ibu tak lagi memberi
memberinya asupan gizi
menelantarkannya tanpa peduli
dan tak ada air mata lagi
Rd.


Pada sebuah 
pada akhirnya kau pergi juga
pada sebuah malam yang tak lagi bisa kuterka-Rd-


Bantal
bantal yang tergeletak di ujung kamar
tak ubahnya bergerak tanpa kau angkat
tak ubahnya berguna tanpa kau pakai
ia sandaranmu di kala lelah
ia penanggungmu di kala pasrah
bahkan ia berbaik hati mengantarmu
kepada malam yang melarutkan
sampai pagi datang menjelang
**

Sabar
Kabel yang melilit tak perlulah kau tilik
ia membelit dalam lingkaran yang alit
tak perlu ditarik dengan hasta jarak bilik
masih terbelit dan terus berkelit
tiada berkesudahan jika tak bersedia kauluruskan
secara sadar dan juga perlahan
lagi-lagi yang dibutuhkan hanya satu... sabar


Sabtu sore yang membuncah
bukan karena seorang kawan lama yang memberikan bunga
bukan karena awan hitam yang membuat janji menurunkan hujan
bukan juga karena senja yang menghadirkan akhir surya tenggelam
hanya saja itu sabtu
sore yang panjang untuk kuhabiskan
secara sendirian bersama layar
dengan menuliskan impian yang sudah kutata
bersama secangkir kopi dan cicak yang melata
aku siap menerjang Dunia!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar