Sabtu, 19 Mei 2012

kumpal

Dalam penghujung


Dalam penghujung yang tak berujung

Masih saja kau lempar senyum yang tak terhitung

Membiaskan segala yang kabur lalu bersama angin membaur.

Tak lagi bisa dicari setiap jejak jati diri.

Mengusahakan api yang tak berusaha padam.

Mengusahakan bumi yang masih terus ingin dipijaki.

Kalau tiba-tiba mati dan membusuk tak akan ada reinkarnasi baru yang membiru.

Pudar lama-lama terkikis yang sudah tak bisa dilukis.


Kalau malam


Kalau malam sudah penat

Ia tak lagi bisa dirayu

Memercingkan bintang  saja dengan layu dan sayu

Sudah kehabisan pijar katanya

Bergulat dengan matahari yang sempat patah hati


Kalau malam sudah penat

Ia siap menggunakan sekat

Membatasi diri hingga berkarat

Dan tak lagi bersinar pekat

Mengakhiri segala hasrat


Bukan anjingmu


Aku bukan lagi anjingmu

Yang bisa kau ajak tidur di kasur biru

Yang bisa kau rayu dan juga cumbu

Aku bukan lagi anjingmu

Yang bisa kaupanggil setiap waktu

Dan bersiap menerima grayangan tanganmu yang sungguh terlalu

Aku sudah jadi bangkai

Yang bisa kau cium wanginya dari jarak tak ternilai

Aku sudah habis digeluti cacing dan terkungkung jadi belatung

Sekali lagi, aku bukan anjingmu


Ayah sempurna


Ayahku memang buta

Tapi ia bukan peminta

Ayahku memang lumpuh

Tapi ia tak rela mengeluh

Ayahku memang tuli

Tapi ia bukan pencuri

Ayahku memang gagu

Tapi sikapnya tak pernah ragu

Ayahku sempurna

Saat kupandangi dengan saksama

Telanjang mata, hati bicara.


Maaf


Kecewakan dia teramat menyiksa

Tak menuruti apa yang diminta

Demi sebuah keyakinan

Maafkan anakmu ma..

Dengan Yang sama kita berbeda cara.



Gelas kaca


Gelas kaca yang kau taruh di pucuk pintu pecah

Berserak tak terkumpul

Sekadar mencari tempat berhibur


Published with Blogger-droid v2.0.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar