Senin, 08 Juli 2013

Kasopanan Timur karya Dahlia

Kalian tahu karya sastra Melayu Tionghoa? Beberapa tahun yang lalu ada banyak kisah sastra Melayu Tionghoa yang senang sekali saya baca. Berikut ini akan saya tampilkan sedikit ringkasan cerita Kasopanan Timur karya Dahlia yang sempat menjadi pembahasan saya dan teman-teman dalam diskusi yang berkaitan dengan gender. 

Ringkasan yang saya tampilkan di sini sebenarnya sebagai pemicu saja untuk memperkenalkan salah satu dari banyak karya sastra Melayu Tionghoa yang menjadi bagian dalam perjalanan sejarah sastra di Indonesia. 

Yuk simak ringkasan berikut ini.

Kasopanan Timur bercerita tentang kehidupan seorang gadis Tionghoa bernama Kiok Nio. Kiok Nio dalam cerita ini digambarkan sebagai gadis Tionghoa yang berani mendobrak suatu pandangan masyarakat tentang pekerja kantoran bagi seorang gadis. Masyarakat di lingkungan Kiok Nio beranggapan bahwa gadis yang bekerja di kantoran dianggap sebagai wanita penghibur. Masyarakat hanya berpandangan bahwa seorang gadis lebih cocok untuk bekerja di rumah sebagai penjahit atau pembuat kue. Kedaan seperti ini membuat Kiok Nio sedikit tertekan, terlebih ia adalah seorang terpelajar tamatan Mulo dan ahli sebagai penulis steno sehingga ia merasa ilmunya tersia-sia.
            Kiok Nio akhirnya menerima suatu pekerjaan kantoran yang ditawarkan oleh Flora, sahabat Kiok Nio sejak kecil di sekolah, seorang keturunan Belanda—Indonseia. Flora sangat prihatin dengan kehidupan Kiok Nio dan ingin mengajak Kiok Nio mengubah kehidupannya menjadi lebih baik. Kiok Nio menganggap bahwa itu adalah pilihan yang tepat dan ia mengesampingkan anggapan masyarakat tentang pekerjaannya.
            Kiok Nio bekerja sangat rajin sehingga membuat Jansen—Bos Kiok Nio seorang keturunan Belanda—menaruh hati padanya. Akan tetapi, rasa cinta Jansen tidak memberikan arti apa-apa terhadap Kiok Nio. Kiok Nio menolak lamaran Jansen karena ia menganggap bahwa yang cocok terhadap dirinya adalah orang sebangsanya. Kiok Nio merasa sebagai gadis Timur—orang Tionghoa—ia masih harus menghargai kesopanan timur.
Kiok Niok mencintai seorang pemuda sebangsanya yang bernama Tan Koen San. Tan Koen San telah jatuh hati saat pertama kali bertemu dengan Kiok Nio. Tan Koen San berasal dari Surabaya, di Batavia ia bekerja sebagai penata buku pada salah satu firma Tionghoa. Walupun mereka berdua saling mencintai tetapi diantara mereka belum ada yang berani mengungkapkan hal tersebut.
Ketika Tan Koen San, Kiok Nio, dan ibunya berjalan-jalan ke Bogor, tanpa sengaja mereka berdua bertemu dengan Gouw Kim Goan, majikan Koen San yang memiliki perangai buruk. Melihat kecantikan Kiok Nio timbul niatan Kim Goan untuk memilikinya. Kim Goan meminta bantuan Koen San untuk mau menjadi comblang untuk dirinya. Tetapi, Koen San menolaknya karena ia mencintai Kiok Nio. Penolakan yang dilakukan oleh Koen San tidak membuat Kim Goan kehilangan akal. Ia pun memakai jasa comblang bernama Liang Bok atau terkenal dengan panggilan Uwa Ringgit—yang rela melakukan apa saja demi uang.
Uwa Ringgit pun pergi menemui ibu Kiok Nio untuk melamar Kiok Nio. Tetapi, lamaran tersebut ditolak oleh ibu Kiok Nio dengan alasan bahwa Kiok Nio sudah memiliki tunangan. Uwa Ringgit tidak menyerah untuk mendapatkan Kiok Nio untuk Kim Goan, ia pun meminta bayaran yang lebih pada Kim Goan agar Kiok Nio dapat menjadi miliknya. Uwa ringgit mengetahui kedekatan antara Koen San dengan Kiok Nio dan hal tersebut membuat Uwa Ringgit mencoba untuk membunuh Koen San dengan cara meracuninya. Akan tetapi, racun itu tidak sampai membuat Koen San meninggal.
 Mendengar musibah yang menimpa Koen San, Kiok Nio terlihat sangat sedih. Ia tidak bisa menengok Koen San yang tinggal di kosan. Baginya tidak pantas seorang gadis Tionghoa datang ke kosan yang ditempati oleh anak-anak muda sehingga Kiok Nio hanya bisa berhubungan dengan koen San melalui surat saja.
 Beng Tjin, paman Koen San menyuruh Koen San untuk kembali ke Surabaya untuk menghindar dari orang yang berniat jahat terhadapnya. Awalnya Koen San ragu untuk menerima ajakan pamannya tetapi pada saat ia berniat mengunjungi Kiok Nio, ia melihat Kiok Nio sedang asyik bercengkrama dengan Jansen akhirnya ia menerima ajakan pamannya. Koen San cemburu dan menganggap bahwa Jansen adalah laki-laki pilihan Kiok Nio.
Setelah tinggal beberapa hari di Surabaya kesehatan Koen San tidak membaik. Melihat kondisi Koen San yang semakin parah membuat Siok Lian—sepupu Koen San—mengirim surat kepada Kiok Nio untuk menyampaikan keadaan Koen San. Setelah mendapatkan surat dari Siok Lian, Kiok Nio pun mengambil keputusan untuk menemui Koen San di Surabaya.
 Koen San senang melihat kedatangan Kiok Nio, ia pun menayakan perihal laki-laki yang berkunjung ke rumah Kiok Nio. Akhirnya semua masalah menjadi terpecahkan. Kiok Nio menceritakan tentang Jansen dan Koen San pun sadar bahwa ia salah paham selama ini. Koen San akhirnya melamar Kiok Nio untuk menjadi istrinya. Mereka berdua pun akhirnya menikah dan hidup bahagia. Sementara Kim Goan akhirnya menerima ganjaran hukuman selama 5 tahun penjara akibat rencana percobaan pembunuhan yang ia dan Uwa Ringgit lakukan terhadap Koen San.

***
membaca ini jadi terlempar ke beberapa tahun silam. Saat membaca kisah ini dengan penggunaan bahasa yang sedikit berbeda dan dibaca dalam tempo sesingkat-singkatnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar