Minggu, 28 Juli 2013

Menyatakan itu... (III): Lana oh Lana

"Dan pada akhirnya, Jodoh pasti bertemu" Ujar Lana dengan riang gembira.

Buncahan rasa senang dan bahagia terpancar dari wajahnya. Sementara aku hanya bisa geleng-geleng kepala. Tak habis pikir jika saat ini diriku ikut berkelana dengannya. Aku sendiri tak paham, kenapa saat ini aku bisa berada di kereta bersamanya.  Solo, itu tujuan kami. Tujuan Lana sebenarnya sementara aku hanya ikut saja. Penggembira Lana (senantiasa).

"Heh, diam aja. Nggak ikhlas ikut aku nih? Yaudah sana turun" ujar Lana membuyarkan lamunanku. Bergegas aku melipat ke dua tangan. Cuek, mesti sebenarnya pura-pura.

"Yaudah kalau nggak ikhlas mah, nanti sampe Solo, kamu aku kirim balik ke Jakarta. Pakai paket saja ya, mau paket ekonomi atau ekspres sehari sampai?" Lana menggoda lagi. Aku tetap diam.

"Ya udah kalau masih nggak ikhlas mah kita diem-dieman aja sampe Solo." Lana mulai mengancam sementara aku meliriknya sengit.

"Apakah ikhlas harus dibicarakan, Lan? Udahlah, aku udah di sini masih saja kamu tanya aku ikhlas apa enggak. Sebel! Lagian kamu niat ngirim aku balik ke Jakarta udah kaya orang mau ngirim barang aja." Aku mulai terpancing emosi. Lagian tidak mungkin juga aku didiamkan olehnya. Sementara dia enak-enak saja menyimpan rahasia.

"Nah, kalau kamu ngomong kan aku lega jadinya. Setidaknya aku masih yakin kalau kamu masih sehat senantiasa." Ujar Lana lalu mencolek daguku. Aku mendengus kesal.

"Udah deh, cepet jelasin sebenarnya kita ke Solo tuh ngapain? Kamu sengaja mau ajak aku liburan atau memang ada maksud lain? Terus jodoh pasti bertemu maksud kamu apa?" Tanyaku bertubi-tubi. Sementara Lana tersenyum dan cekikikan sendiri.

"Oke baik, aku jelasin deh biar kamu nggak sensi dan marah-marah lagi. Aku lagi dapat jatah cuti seminggu, kamu pun begitu. Nggak salah dong kalau kita jalan bareng seperti waktu kuliah dulu. Kenapa Solo, ya karena aku lagi pengen aja ke sana. Kamu nggak usah bingung mikirin apapun, yang pasti semuanya udah aku siapin. Pokoknya kamu ikut aku aja. Terus kalau jodoh pasti bertemu aku lagi suka lagunya Afgan" ujarnya besemangat menjelaskan. Aku tahu ada yang disembunyikan. Pasti. Meski aku tidak tahu apa.

Sebenarnya dua hari ini Lana sibuk sekali meminta ktp milikku. Kupikir buat apa, tahu-tahu kemarin dia mengembalikannya dengan tambahan tiket kereta api ekspres tujuan Solo dengan namaku yang tertulis sebagai penumpangnya. Ketika kutanya, Lana hanya bilang "jalan, berkelana, suka cita" tak ada penjelasan lain. Aku sih senang saja mengisi cuti dengan liburan berpetualang, apalagi gratis. Tapi, kalau sampai ada udang di balik bakwan aku males.

Aku masih menaruh curiga besar padanya. Tapi biarkan saja semua berlalu seiring dengan perjalanan ini yang terus melaju.

Semenjak kejadian di kosan Lana tiga bulan lalu, aku sudah tak lagi mendengar kicauannya terkait lelaki yang dikenalnya lewat dunia maya itu, terlebih Lana nekat ingin menjadi istrinya. Sepertinya laki-laki hebat itu sudah dihapus Lana. Sementara aku sudah tak pernah lagi membahas atau mencari tahu sedikitpun tentangnya. Bagiku, Lana kembali normal saja sudah cukup. Aku tak berharap lebih.

Solo. Kami sampai pukul 04.00. Bagiku di manapun jam segitu terasa dingin. Tapi Lana, entahlah hatinya terasa hangat. Sepanjang perjalanan tadi dia begitu ceria. Bercerita apa saja hingga mampu mengundangku untuk tertawa. Sepertinya Lana sangat bersiap untuk petualangan kali ini. Sementara aku masih sibuk menerka dan bersiap diri. Mau ke mana kami nanti? Mau ngapain? Ah sudahlah, bagiku melihat hamparan kasur ekstra besar  membuat semua tanya hilang melesap begitu saja. Hotel pilihan Lana begitu luar biasa nyamannya. Aku langsung merebahkan lelahku.

"Heh, subuh dulu." Ujar Lana mengingatkan dan aku bergegas menyegerakan. Kami jamaah bersama. Lana jadi imamnya, entah kenapa aku merasa bacaan Lana sungguh membuat jiwaku tenang. Setelah salat, Lana berdoa lama sekali. Aku turut mengaminkan dalam hati, apa pun yang jadi doanya.

"Lan, kita mau ke mana sekarang?" Tanyaku saat terbangun. Lana sudah duduk cantik di sofa kamar. Dia memegang kertas bertuliskan sesuatu. Entah apa,aku tak bisa jelas melihatnya.

"Udah bangun, gih sana mandi. Habis mandi kita sarapan baru jalan. Nanti kamu akan tahu sendiri kita ke mana" ujar Lana bergegas menarikku masuk dalam kamar mandi. Dan aku menurut.

"Gila ini keren banget" ujarku tak bisa menyembunyikan rasa terkesanku terhadap kondisi yang aku alami saat ini. Lana mengajakku menaiki bus pariwisata werkudoro, bus tingkat dengan atap terbuka. Mantap. Bus ini hanya berhenti di tempat-tempat wisata. Mengelilingi Kota Solo bahkan melewati keraton Solo. Ah, Lana bagiku ini petualangan istimewa. Tak kusangka ia begitu bersiap dengan petualangan ini.

"Senengkan?" Tanya Lana dan aku mengangguk bahagia.

"Temenku keren ih, kamu lagi kenapa sih? Bahagia banget, sebanget-bangetnya" tanyaku penuh selidik.

Seketika Lana terdiam, lalu ia tersenyum girang. Aneh! Aku yang tadi berdiri menikmati pemandangan ini seketika duduk. Bertanya sesuatu yang memang disembunyikannya sejak beberapa hari lalu.

"Lan, kamu jangan bikin aku penasaran. Please... berhenti deh sembunyikan sesuatu dari aku. Nggak lucu!" Ujarku serius. Lana menatapku dengan keraguan yang mendalam.

"Aku sebenernya mau ketemu dia, dia tinggal di Solo. Aku mau ketemu langsung" ujar Lana mampu membuatku terdiam seribu bahasa.

Aku sudah curiga dengan kata "dia" yang disebutkan. Apakah lelaki itu? Pasti iya, tidak salah. Senyum Lana lantas berubah lebar. Ia ingin aku memakluminya. Sementara aku?

"Jangan marah ya, aku harus tuntaskan ini. Aku butuh kamu di sampingku. Kamu nggak perlu ngapa-ngapain. Temani aku saja" ujar Lana lagi memohon.

Sepertinya memang benar, pesona lelaki itu tak bisa lepas dari Lana. Lana benar-benar mampu dibuat sakit setengah gila olehnya. Meski sebal, dalam hatiku ada kesalutan terhadap cinta yang selalu diperjuangkannya itu.

Lana mengamit lenganku, meminta jawaban. Aku memang teman yang baik. Tak ada ajakannya yang kutolak atau bahkan permintaannya yang kudiamkan. Semua kuturuti dan kujawab dengan sebuah anggukan.

"Makasih teman terbaikku" teriak Lana girang lalu menarik ke dua pipiku yang tak gembil.

Lana... oh Lana

Semoga kau berhasil dengan cintamu



Published with Blogger-droid v2.0.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar