Kamis, 25 Juli 2013

Menulis buku harian

Ini tentang menulis. Iya menulis! Bukan sekadar mengetik di depan netbook atau laptop atau sejenisnya. Menulis di sini diartikan sebagai penggunaan alat tulis berupa pulpen/pensil dengan buku/kertas. Pengerjaannya dilakukan menggunakan tangan. Bebas mau tangan kiri ataupun tangan kanan.

Masihkah dari kalian semua melakukan hal demikian? Pertanyaan ini tentu bisa dijawab dengan mudahnya bukan? Jika pertanyaan ini sampai pada diri saya... dengan mudah saya akan menjawab "Ya!"

Sampai saat ini total buku harian yang masih saya jaga dan tersimpan dengan baik berjumlah empat buah. Masing-masing buku harian tersebut merupakan cerminan saya dari tahun ke tahun. Buku harian pertama saya tulis saat duduk di bangku SMA. Lalu berlanjut hingga kuliah hingga pada akhirnya sampai sekarang ini saat saya sudah bekerja (bekerja sendiri). Buku dan pulpen itu masih setia menjadi teman pelampiasan saya baik dalam duka maupun suka. Lalu pada masanya buku tersebut akan diapakan? Tidak hanya sekadar dikoleksi saja kok. Tapi saya punya sekali niatan untuk memberikan buku tersebut kepada generasi penerus saya kelak. Di buku itu banyak sekali kalimat-kalimat motivasi yang saya buat dan saya karang sendiri. Meski sebagian besar banyak curhatan nggak jelas. Hahaha...

Percayalah... di saat suntuk membaca buku harian beberapa tahun silam itu mampu membuat saya tertawa dan senyam senyum sendiri. Hal itu seperti napak tilas. Seolah saya membaca kehidupan orang lain. Sampai terkadang ada lontaran kata yang keluar dari mulut saya ketika habis membaca buku harian beberapa tahun yang lalu.

"Dulu gue alay banget"
"Masa sih gue kaya gini"
"Ya ampun ini beneran gue bukan sih"

Wakakakak.... saya sendiri saja bisa tertawa dan geleng-geleng sendiri baca tulisan tangan tentang keseharian beberapa tahun silam. Lalu bagaimana dengan generasi penerus saya? Ah sudahlah... saya yakin generasi penerus saya akan bangga terhadap saya *Pede abis* lalu kalau bukan mereka yang bangga terhadap saya siapa lagi? hihihiiihih

Menulis di buku harian itu seperti mengekalkan keseharian dalam tulisan. Rasanya akan berbeda dengan ngeblog seperti ini. Kalau diistilahkan dengan makanan sih "ada cita rasa tersendiri" dan itu bikin kangen. Auw... auw... *mulai alay*

Saya pernah belajar tentang hal terkait naskah. Leluhur kita dulu banyak sekali loh yang menuliskan kisah atau cerita di selembar daun atau kertas yang akhirnya menjadi naskah sekarang-sekarang ini. Saya pun ingin berlaku demikian. Toh tidak ada salanya memiliki mimpi seperti itu. Dan salah satu mewujudkan mimpi aneh  saya ya dengan cara menuliskannya serta terus menjaganya. Toh tulisan itu otentik sekali milik saya dan tak akan ada yang bisa menirunya. #yeay
Mari terus membudayakan menulis... dengan media apapun tentunya.
Saya pilih dua tempat... yakni lewat buku harian dan blog pribadi saya. Kenapa? Saya ingin membagi kepada khalayak ramai apa yang ingin saya bagi. Kalau tidak suka ya tinggal tolak saja sedangkan untuk menulis di ranah yang lebih intim dan pribadi... buku harian masih menjadi andalan sebagai pengejawantahan cinta terhadap generasi penerus saya kelak. ceileee...

buku harian dan pulpen kesayangan






2 komentar:

  1. aku dulu malah pas SD pertama kalinya nulis diary, sempet vakum waktu jaman smp sama sma. Sekarang malah lanjut lagi. Bener katamu, waktu ku baca diary-ku jaman SD dulu aku malah ketawa sendiri. Lucu aja gitu baca tulisanku yang alay banget...haha

    BalasHapus
  2. Ternyata kealayan itu ada masanya ya ^^? Semua orang pernah merasakan hal-hal seperti itu. Dan senangnya kita punya bukti otentik terkait kealayan yang pernah kita buat hehheheeh

    BalasHapus