Rabu, 10 Juli 2013

Sejarah Diplomasi Jepang (Tiga Pilar Diplomasi Jepang--Indonesia)

Selamat Siang 

Sehari meninggalkan yang biasa dilakukan rasanya gimana gitu..
Aih... Ramadan datang ^^/ Semoga kawan-kawan senantiasa dalam semangat jiwa nan bergelora untuk terus menjalani hari-hari yang penuh keberkahan ini. Yuk kita peluk ramadan dengan erat agar hati kita senantiasa damai membersamai bulan yang sangat dinanti dan dicintai oleh setiap hati yang senantiasa mengingat Rabbi :D

Siang ini mau berbagi tulisan yang pernah dikemukakan dulu...(biar pinter dikit akunya)
Tiga Pilar Diplomasi Jepang--Indonesia
Diplomasi adalah hubungan luar negri suatu negara dengan negara lain yang merdeka dan berdaulat untuk memenuhi kepentingan negara tersebut. Jepang merupakan salah satu negara di kawasan Asia yang gencar melakukan diplomasi dengan negara lain baik di Asia maupun di luar Asia. Sejak Perang Dunia 1 hingga ke- 2, Jepang banyak melakukan Diplomasi dengan negara-negara Barat seperti Jerman, Italia dan sebagainya. Kegiatan diplomasi yang dilakukan Jepang tidak lain bertujuan untuk mensejahterakan rakyatnya.

Tiga pilar utama diplomasi Jepang dinyatakan sebagai diplomasi yang berpusat pada Bangsa, kolaborasi Serikat dengan negara-negara dunia bebas, dan kepatuhan terhadap posisinya sebagai bangsa Asia. Pengaturan internasional di mana Jepang telah menemukan dirinya telah pasti berubah secara dramatis sejak saat itu, dengan normalisasi hubungan diplomatik dengan Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina dan kemajuan kerjasama regional melalui Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara dan Masyarakat Eropa. Sesuai dengan perubahan tersebut, posisi dan peran bahwa Jepang telah bermain di masyarakat internasional telah berkembang secara dramatis, dan inilah transisi diplomasi Jepang.

Indonesia sebagai salah satu negara yang pernah dijajah oleh Jepang pun telah lama menjalin kerja sama dengan Jepang. Hal tersebut dapat dilihat pada saat Peringatan 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang yang difokuskan pada tiga pilar; yaitu pendidikan, kebudayaan, dan generasi muda. Pemerintah Indonesia dan Jepang akan aktif mendorong kerja sama di tiga pilar itu. Hal tersebut dikemukakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato sambutannya pada pembukaan acara peringatan 50 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Jepang, di TMII, Jakarta, Minggu (20/1).

Acara tersebut dihadiri Pangeran Jepang Akishino dan Putri Kiko, Ketua Kehormatan Panitia Peringatan 50 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia—Jepang Ginandjar Kartasasmita, Ketua Panitia Panitia Peringatan 50 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia—Jepang Rachmat Gobel, dan Dubes Jepang untuk Indonesia Shin Ebihadfra.

Pendidikan sebagai instrumen strategis untuk mendekatkan hubungan kedua negara dan dapat menjadi media transfer teknologi. Jepang memang negara yang sangat peduli terhadap pendidikan. Hal ini telah dibuktikannya sejak dahulu pada saat Jepang berada dibawah pimpinan  Kaisar Matshito. Saat terjadi Restorasi Meiji pun pendidikan diinternalisasikan Jepang ke dalam lima sumpah teno yang menitikberatkan bahwa pendidikan sebagai esensi pembangunan nasional.

 Kerja sama budaya diperlukan untuk mendekatkan hubungan masyarakat kedua negara, baik melalui misi kebudayaan maupun pariwisata. Sementara itu, kerja sama di bidang kepemudaan, meliputi misi pertukaran pelajar yang di kemudian hari akan menjembatani pemahaman dan kerja sama antara kedua negara. Jepang merupakan salah satu mitra terpenting Indonesia di bidang ekonomi. Jepang mendukung pembangunan RI dengan berbagai program bantuan, sedangkan Indonesia melakukan ekspor penting ke Jepang.

Menurut Presiden, saat ini hubungan kedua negara telah memasuki babak baru dengan penandatanganan perjanjian kemitraan strategis (EPA) pada 2007. Hubungan ini diharapkan dapat meningkatkan kemakmuran kedua negara dan menjadi hubungan persahabatan yang strategis. Ketua Kehormatan Panitia Ginandjar Kartasasmita mengatakan bahwa hubungan kedua negara tercermin dari kerja sama berbagai pola baik di kawasan maupun internasional. Hubungan yang sinergis ini telah memberikan sumbangsih yang sangat berarti bagi stabilitas politik dan keamanan di kawasan Asia.

Sementara itu, Ketua Panitia Rachmat Gobel menyebutkan beberapa kegiatan selama tahun 2008 dalam rangka 50 tahun hubungan kedua negara, seperti pendidikan, kebudayaan, kesenian, sosial dan pariwisata yang sekaligus mendukung Tahun Kunjungan Wisata 2008 Indonesia. RI—Jepang memiliki rekam jejak yang cukup baik dalam kerja sama menjaga perdamaian dunia di berbagai forum di kawasan maupun internasional, karena kedua negara menjadi anggota Forum Asia Timur—ASEAN, PBB, dan sejumlah misi perdamaian lainnya.

RI dan Jepang juga memiliki komitmen untuk mendorong perdamaian dan keamanan kawasan dengan keikutsertaannya menyukseskan penyelesaian isu nuklir Korea Utara.Sementara itu, di bidang lingkungan hidup, kedua negara berpartisipasi dalam Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup (UNFCCC) di Bali yang menghasilkan Peta Jalan Bali. Di tempat terpisah. Penekanan hubungan diplomatik pada bidang pendidikan, kebudayaan, dan generasi muda bertujuan memberikan warisan kepada generasi yang akan datang.

Dari penjelasan dan ulasan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa Tiga pilar utama diplomasi Jepang dinyatakan sebagai diplomasi yang berpusat pada Bangsa, kolaborasi Serikat dengan negara-negara dunia bebas, dan kepatuhan terhadap posisinya sebagai bangsa Asia. Sedangkan diplomatik antara Jepang dengan Indonesia difokuskan pada tiga pilar, yakni pendidikan, kebudayaan, dan generasi muda. 



Referensi
Muhammad Reza. 2008. “Hubungan Indonesia—Jepang Fokus Tiga Pilar” Suara Karya Online. http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=190890. Diakses pada 19 Desember 2010.


Anonim. 2008 “Public Diplomacy”. http://publicdiplomacy.wikia.com/wiki/Japan. Diakses pada 19 Desember 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar